4 [SIDE STORY- Hana & Orion] 10 Seconds

96 19 12
                                    

Sepasang anak muda yang duduk di sudut tenda, sama-sama tidak berbicara. Hana menggeser mangkuk yang masih terisi dan menopang dagunya dengan tangan kanan. Matanya menatap lurus pada laki-laki yang ada di hadapannya. Laki-laki itu justru sibuk memutar sedotan yang ada di gelasnya meskipun hanya tersisa es batu di sana.

Gadis dengan rambut terikat itu tersenyum. "Ada. Eh, bisa dibilang udah suka sih."

Orion menatap Hana yang kini menopang wajahnya dengan dua tangan. Laki-laki itu mengerjap beberapa kali dan mulutnya terbuka tanpa ia sadari.

"Jangan kaget gitu, Bang. Dari SMA juga fans Abang tuh udah banyak."

"Kamu nggak lagi prank, 'kan?"

Gadis itu terkekeh, "Kalo Abang? Kata Bang Petra, Abang tuh punya crush dari SMA ya?"

Orion tiba-tiba sakit kepala. Pertanyaan bunuh dirinya menghasilkan jawaban positif, tetapi ia masih ragu untuk terus nge-gas. Akhirnya ia memutuskan untuk menjawab pertanyaan Hana dengan jujur. Ia sudah tidak peduli akan resiko yang mungkin akan ia hadapi.

"Iya, punya. Adik tingkat."

"Wah, ceritain dong. Anak mana tuh cewek sekarang?"

Orion menarik napas panjang dan mengembuskannya. "Anak Jatayu."

"Wah, ketemu lagi dong. Kenapa nggak dipepet aja, Bang? Jadi gimana awal sukanya dulu?"

"Aku lihat dia pertama kali, waktu dia masih pake seragam SMP. Dia duduk bareng anak yang kayaknya pengamen jalanan. Aku lihat dia ngobrol sama anak yang lagi makan roti. Kelihatannya mereka sudah kenal lama. Anak itu tiba-tiba batuk, terus dengan sigap cewek itu buka tasnya dan kasih tumblernya ke anak tadi. Sesederhana itu. Aku suka sama dia."

"Terus? Kenapa nggak deketin waktu SMA?"

"Dia punya abang yang galaknya ngelebihin Herder."

"Terus Abang takut, gitu?"

"Bukan takut, tapi menghargai." Orion tersenyum saat Hana kelihatannya kecewa.

"Nggak ada usahanya dong kalo gitu. Anak jurusan apa? Siapa tau aku kenal, 'kan?" Hana kembali antusias.

"Anak biologi." Tatapan mata laki-laki itu terarah tepat ke mata Hana.

"Tunggu, anak biologi yang seangkatan sama aku nggak ada dari sekolah kita deh kayaknya."

Orion tersenyum melihat Hana yang tidak langsung mengerti kata-katanya. Laki-laki itu terus menatap Hana dan tidak mengalihkan pandangan darinya.

"Jangan bilang ... " Hana menutup mulutnya tidak percaya.

"Apapun yang ada di pikiran kamu, itu benar."

Wajah Hana kontan memerah. Tangan yang tadinya menutupi mulut kini beralih menutupi wajahnya.

"Aku nggak bisa bilang karena selama ini kamu dikelilingi Petra dan Pattar."

Hana berdehem berusaha mengalihkan perhatian. Tatapan Orion tetap mengunci padanya. Hana yang sudah kehabisan kata-kata akhirnya berusaha menghindari tatapan laki-laki yang ada di hadapannya.

"Nggak usah panik gitu. Yuk, pulang." Orion beranjak dari duduknya dan bergerak ke gerobak penjual mi ayam untuk membayar makanannya.

Hana mengikuti Orion dan baru sadar kalau ia melewatkan kesempatannya untuk membayar, padahal ia sudah berjanji akan mentraktir laki-laki itu.

***

Setelah mengantar Hana ke rumah, Orion langsung bergegas menuju kafe dekat studio milik kakaknya Johnny. Ia telah meneror ketiga sahabatnya untuk mengadakan curhat darurat. Laki-laki itu berjalan cepat memasuki kafe yang ramai itu.

The Untold Story ✓Where stories live. Discover now