3 [SIDE STORY- Hana & Orion] 10 Seconds

70 18 2
                                    

Ruangan yang diisi dengan banyak rak berisi buku itu dipenuhi banyak orang. Jelas saja karena semester baru telah dimulai. Pada awal semester seperti saat ini, kebanyakan mahasiswa pastilah tengah bergelut dengan banyak tugas dan laporan. Apalagi Orion, selain disibukkan oleh kuliah, ia juga kini menjabat sebagai kepala divisi kaderisasi di himpunannya.

Kalau kata Petra, Orion dianugerahi kecerdasan sedari lahir. Namun, pada kenyataannya ia tetap harus bergelut dengan buku di perpustakaan untuk menyelesaikan laporannya. Ya, yang benar saja, mana bisa laporannya selesai tanpa membaca buku. Laki-laki dengan kemeja hitam itu menyusuri rak yang memajang buku patologi.

Orion mengambil beberapa buku yang dibutuhkannya untuk menyusun laporan. Jangan tanya ketiga sahabatnya ada di mana. Laki-laki itu tengah mengibarkan bendera perang pada ketiga sahabatnya karena mereka pergi ke studio milik kakak Johnny tanpa mengajaknya.

"Bang Ion."

Orion yang tengah memeluk beberapa buku dibuat terkejut karena sapaan seseorang. Ia membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang gadis tengah tersenyum dan melambai padanya.

"Ngerjain tugas, Bang?" Hana mendekat dan mengintip buku yang ada di pelukan Orion.

Orion membeku di tempat. Jantungnya memberontak tak karuan. Matanya bergetar karena tidak percaya. Laki-laki itu menelan salivanya sendiri sebelum menjawab, "Iya."

"Boleh duduk bareng?" Hana bertanya sambil menunjukkan buku yang ia pegang.

Orion mengangguk kaku. Ia merasa dunia tengah berpihak padanya. Kalau saja ia tidak ingat ini adalah perpustakaan, pastilah ia sudah berteriak kegirangan.

Hana membuka buku yang menunjukkan anatomi manusia dan membacanya dengan seksama. Orion dibuat salah fokus dan ia tidak melanjutkan menulis laporannya. Ia malah bertopang dagu dan menikmati pemandangan yang tersuguh di depannya.

"Bang, bisa bantu jelasin ini nggak?" Hana berbicara tanpa melihat Orion yang kini tengah sibuk memandanginya.

Kesadaran laki-laki itu kembali dengan segera. Ia menyambut buku yang Hana sodorkan padanya. Ia membaca sekilas kemudian tersenyum dan menjelaskan materi tersebut pada Hana.

"Penjelasan Abang lebih mudah dimengerti daripada penjelasan Bang Petra. Nggak salah Bnag Petra suruh aku cari Bang Orion di perpus. Terima kasih, Bang. Oh, iya. Aku masih punya satu hutang loh."

"Hutang apa?" Orion menghentikan kegiatan membacanya dan menatap Hana.

"Jilid yang waktu itu. Aku mau bayar dengan traktir makan. Sekalian mau berterima kasih karena Abang udah bantu aku untuk nulis laporan ini."

Laki-laki dengan kemeja hitam itu tersenyum dan melipat kedua tangannya di dada dan ia bersandar pada bangku.

"Yakin mau traktir? Aku makannya banyak loh."

"Ya asal yang masuk akal aja, Bang. Jangan minta beliin wine atau steak, uang aku nggak cukup." Hana menunduk malu.

Orion tertawa lepas, lupa akan fakta kalau mereka tengah berada di perpustakaan. Semua mata menatap tajam ke arah meja mereka. Orion mengangguk meminta maaf pada orang-orang yang menatap mereka dan Hana malah tersenyum.

***

Sepasang anak muda duduk di sudut warung tenda emperan yang ada di pinggir jalan. Sebuah gerobak ada di depannya dan sisi tenda itu ditutupi oleh spanduk kampanye yang masa pemilihannya baru saja usai.

"Nggak nyangka kalau Abang mau juga makan di emperan gini." Hana menatap sekeliling setelah mereka duduk.

"Eh, jangan salah. Bakso di sini tuh langgananku tau."

The Untold Story ✓Där berättelser lever. Upptäck nu