38. Jeffry Narendra

84 24 6
                                    

Hana baru saja keluar dari kelas dan berjalan menuju parkiran bersama Rima, temannya. Rima tiba-tiba menghentikan langkahnya dan terlihat terkejut. Hana yang menyadari keanehan temannya akhirnya menatap ke arah yang sama. Seorang laki-laki berdiri di depan mobil mewah. Hana malah melihat ke sekelilingnya ketika laki-laki itu melambai ke arahnya. Ia tidak menemukan siapapun kecuali dirinya dan Rima yang masih membeku ditempatnya. Laki-laki itu berjalan menghampiri mereka. Hal itu membuat Hana panik setengah mati.

"Hai, Hana. Di jadwal seharusnya kamu sudah keluar 15 menit lalu." Laki-laki itu tersenyum dan memperlihatkan kedua lesung pipi yang ada pada sisi wajahnya.

"Hai." Hana menjawab gagap.

"Lo pasti temannya Hana ya? Kenali gue Jeffry." Jeff mengulurkan tangannya dan tersenyum ramah pada Rima.

Rima menatap Hana. Tangannya terulur gemetar. "Rima Setia Mahendri."

Hana hampir tertawa karena dalam kondisi seperti ini Rima masih bisa menyebutkan nama lengkapnya dengan baik.

"Boleh saya pinjam Hana." Jeff kembali tersenyum. Senyumnya kali ini sangat lebar hingga membuat kedua matanya menyipit membentuk bulan sabit.

"Boleh, Kak." Rima menjawab dengan cepat dan ia terus menatap tangannya yang baru saja dijabat oleh Jeff.

Jeff mempersilahkan Hana lewat lebih dulu menuju mobilnya yang sudah terparkir dengan manis di parkiran FMIPA. Setelah tiba di mobil, Hana tidak langsung masuk.

"Kak Jeffry ada perlu apa?" Hana bertanya dengan hati-hati.

"Saya mau minta tolong. Boleh?" Jeff menatap Hana dengan wajah serius.

"Selama aku bisa bantu, pasti aku bantu."

"Saya ada misi rahasia." Jeff berbisik.

"Kalau boleh tahu, apa Kak?" Hana jadi ikut memelankan suaranya.

"Kamu tau Petra butuh apa? Dia baru bantu saya. Jadi, saya mau kasih dia sesuatu. Saya nggak terlalu perhatian orangnya. Saya pikir kamu pasti tau karena kelihatannya kalian cukup dekat." Jeff tetap berbicara dengan suara yang pelan.

"Aku kira ada apa. Ternyata tentang Bang Petra." Hana dibuat malu. Ia sempat berpikir kalau Jeff menghampirinya karena sesuatu yang romantis. Ternyata dugaannya salah.

"Kok, kamu kelihatan kecewa? Jangan-jangan kamu kira saya mau pdkt sama kamu? Maaf, abang kamu nggak bisa saya lawan." Jeff tersenyum.

"Bukan gitu, Kak. Apa kata orang coba, seorang Jeffry Narendra nongkrong di parkiran FMIPA? Ini salah satu keajaiban dunia." Hana berbicara sambil berbisik.

"Memang kenapa?" Jeff mengangkat satu alis.

"Kan biasanya Kakak nongkrong di FEB atau FISIP, mana pernah nongkrongnya di FMIPA?"

"Kamu benar juga. Yaudah deh. Yuk, langsung aja ke mall. Nanti beli apanya kita omongin di jalan."

Hana masuk ke mobil Jeff. Ia dapat mencium aroma khas laki-laki. Parfum Jeff seperti bau pepohonan dan kayu. Sangat menenangkan. Hana sempat dibuat penasaran karena ada foto seorang wanita yang menggantung di mobil itu.

"Itu nyokap gue." Jeff berbicara tanpa melihat Hana.

"Aku nggak nanya."

"Siapa tahu lo penasaaran. Dia sudah meninggal 10 tahun lalu."

"Maaf, Kak." Hana menatap Jeff perihatin.

"No, don't say sorry. Entah kenapa saya mau kasih tau aja."

Hening sejenak. Hening yang terasa canggung. Hana menyesal sudah menjawab tanpa berpikir lebih dulu.

Sesampainya di mall, Jeff tidak langsung turun dari mobil.

The Untold Story ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora