12. Cemburu

157 53 0
                                    

Latihan sepak bola selesai ketika matahari mulai tenggelam. Pattar ikut duduk di pinggir lapangan untuk mendengarkan evaluasi yang diberikan Sion. Setelah Sion selesai menyampaikan evaluasi, Pattar langsung bergerak menuju area parkir. Saat tiba di samping motornya, Pattar tersenyum pahit ketika melihat helm yang tadi pagi digunakan Hana. Pattar memakai helm full facenya, kemudian ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan, pikiran Pattar melayang-layang menerka hubungan apa yang terjalin antara Hana dan Petra. Langit jingga yang menunjukkan pesonanya tidak mampu menarik perhatian Pattar. Karena tidak tenang, Pattar akhirnya memutuskan untuk mampir ke rumah Hana.

Pattar memarkirkan motornya di halaman rumah Hana. Ia melepaskan helm full facenya dan meletakkan helm tersebut di atas motor. Pattar mengetuk pintu beberapa kali, ia mundur beberapa langkah setelah mendengar langkah kaki seseorang dari balik pintu. Reva memunculkan separuh wajahnya dari balik pintu, hal itu membuat Pattar bertanya-tanya hal apa yang tengah dilakukan adik sahabatnya itu.

"Kamu ngapain sih?" Pattar mendorong pintu untuk membuka akses lebih luas agar ia bisa lewat.

Reva langsung mendorong pintu tersebut keras-keras hingga membuat Pattar menyipitkan mata.

"Bunda sama Kak Hana gak ada di rumah. Aku sendirian, jadi laki-laki gak boleh masuk ke rumah." Reva menjelaskan sambil mengeluarkan salah satu tangannya untuk mengusir Pattar.

Pattar dibuat tercengang dan tak mampu berkata-kata.

"Ada pesan yang perlu disampaikan?" Reva kembali bertanya dengan menunjukkan sebelah wajahnya. "Kalau gak ada, silahkan Abang pulang."

Pattar menggeleng unyuk mengembalikan kesadarannya, "Abang mau nunggu Hana aja deh."

"Oke, kalau gitu Abang tunggu di luar aja. Soalnya kata Ayah, anak gadis gak boleh berduan sama cowo gak jelas."

Pattar sampai terbatuk mendengar pernyataan Reva, "jadi maksud kamu Abang gak jelas?"

Reva tertawa kecil, "bye bye Abang."

Reva menutup pintu dengan keras sehingga membuat Pattar batal protes.

Pattar memilih duduk di lingkaran semen yang menyerupai batang pohon. Setelah beberapa menit berlalu, Pattar mulai bosan dan ia mencoba menyusuri lingkaran-lingkaran semen yang berujung pada sebuah kolam yang dulunya berisi ikan koi. Pattar menunduk untuk melihat isi kolam yang ada di sudut halaman itu. Tidak ada lagi ikan koi, yang ada hanya lumut yang menghiasi dinding kolam. Pattar sempat tersentak saat mendengar suara decitan dari gerbang yang dibuka.

"Loh kok di luar, Pattar?" Bunda berjalan cepat menghampiri Pattar.

"Lagi nunggu Hana, Bun." Pattar mendekati Bunda kemudian mengambil alih kantong belanjaan yang ada di tangan kanan Bunda dan mencium punggung tangan kanan wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.

"Kok gak nunggu di dalam? Reva ada di rumah loh." Bunda berjalan ke arah pintu dan Pattar mengikutinya dari belakang.

Pattar tersenyum ketika melihat Reva membuka pintu.

"Kok Pattar gak diajak masuk, Dek?" Bunda bertanya pada Reva sambil menyerahkan kantong belanjaan yang ada di tangannya.

"Kan kata Ayah, anak gadis gak boleh berduan sama cowo gak jelas." Reva menjulurkan lidahnya ke arah Pattar yang tengah mengeluarkan barang belajaan Bunda.

Bunda yang melihat Reva meledek Pattar akhirnya memukul pelan bahu anak gadisnya, "Reva, gak boleh jahil gitu sama Abang kamu."

Reva mendengus kesal kemudian ia meletakkan dua tangannya untuk menopang wajah. Pattar hanya menggeleng melihat tingkah Reva.

Suara mobil yang Pattar kenali meninggalkan rumah Hana. Tak lama setelah itu, Hana muncul dengan sebuah paper bag bergambar doraemon di tangannya. Hana kelihatan sangat bahagia. Ia tidak menyadari kehadiran Pattar di dapur karena ia langsung sibuk membongkar isi paper bag yang kini ada di meja ruang keluarga.

"Bun, lihat deh. Bang Petra beliin aku ini semua. Tadi aku ke toko alat tulis yang baru diresmikan itu loh." Hana bercerita dengan antusias.

Reva dapat melihat perubahan ekspresi Pattar setelah mendengar kata-kata Hana. Ia mendekat kemudian berbisik di telinga Pattar, "cemburunya kelihatan jelas tahu."

"Gue gak cemburu." Tanpa sadar Pattar menghentakkan tangannya ke meja yang menimbulkan suara yang cukup keras.

Punggung Hana terasa kaku setelah mendengar suara yang ia kenali muncul dari arah dapur. Hana merasa seperti pencuri yang tertangkap basah. Tidak seharusnya ia merasa bersalah, tapi kini ia merasa bersalah karena meninggalkan Pattar untuk pergi bersama Petra.


#30daywritingchallenge #30DWCJilid24 #Day16

The Untold Story ✓Where stories live. Discover now