3 [SIDE STORY- Hana & Orion] 10 Seconds

Mulai dari awal
                                    

Hana tersenyum dan mengamati Orion yang baru saja beranjak dari bangku plastiknya dan memesan makanan mereka. Ia kelihatan akrab dengan penjual di tempat itu. Hana jadi tambah kagum karena ia tahu kalau Orion berasal dari keluarga kaya raya.

Laki-laki dengan gigi kelinci itu kembali ke meja dengan membawa dua gelas es teh di tangannya. Hana tersenyum dan menyambut es teh yang dibawa oleh Orion.

"Kok tahu sih aku suka es teh?"

"Dari SMA kan kamu memang selalu minum es teh di kantin." Tanpa sadar Orion baru saja membuat pengakuan kalau ia memperhatikan Hana sejak SMA.

Salah satu alis Hana terangkat. Ia menyipitkan matanya namun tidak berani mengkonfirmasi hal tersebut.

Tidak lama kemudian, pesanan mereka datang. Orion langsung menempatkan mangkuk pertama ke depan Hana dan mengambil miliknya kemudian. Ia juga mendekatkan kecap dan sambal kemudian memindahkan saus ke meja sebelah.

"Kok, sausnya dipindah?" Hana menyerukan protes.

"Nggak baik buat kesehatan. Dah pake ini aja." Orion menyodorkan tempat sambal ke samping mangkuk milik Hana.

Hana sibuk meracik kombinasi kecap dan cabai yang ia tuangkan dalam mangkuknya. Sayang sekali karena saus tidak bisa bergabung dengan pesta di mangkuknya, tetapi Hana senang karean Orion memperhatikannya dengan baik.

Hana menyendok satu butir bakso dan mendekatkan wajahnya ke mangkuk bakso yang masih mengeluarkan asap. Rambut Hana yang terurai, jatuh mendekati mangkuk dan dengan sigap Orion menahan rambut Hana agar tidak ikut masuk ke mangkuk.

Hana melihat gerakan tangan laki-laki yang ada di hadapannya dan tersenyum malu. Dengan cepat Hana melepaskan gelang karet berwarna kuning yang ada di pergelangan tangannya dan mengikat rambutnya tinggi-tinggi.

"Gelang kamu sama dengan gelang Pattar?"

"Oh, ini? Iya, ini sebenarnya gelang tapi bisa jadi ikat rambut juga. Loh, kok Abang tahu ini kembar sama punya Pattar?"

Orion juga terkejut dengan pertanyaan bodohnya yang berubah menjadi bumerang.

"Tau dari Petra."

Hana mengangguk dan melanjutkan kegiatan makannya.

Hana tengah mengenakan pakaian lengan panjang yang kebesaran sehingga ujung bajunya menjuntai. Dengan tiba-tiba, Orion mengulurkan tangannya dan bergerak melipat ujung baju Hana yang ada di pergelangan tangan.

Hana terlalu terkejut dan tidak bisa berkata-kata. Si pelaku malah melanjutkan makannya tanpa perubahan ekspresi yang signifikan. Hana biasa mendapat perlakuan manis dari Petra, tetapi entah mengapa perhatian Orion terasa berbeda atau mungkin karena Orion bukan saudaranya?

"Bang," Hana menatap Orion yang tengah sibuk mengunyah makanannya, "jangan tiba-tiba perhatian gitu. Nanti aku suka."

Orion terbatuk dan matanya membelalak tidak percaya. Hana menyerahkan minumannya untuk membantu Orion yang tidak berhenti batuk.

Setelah batuknya usai, Orion menatap Hana dengan serius. "Hana, kamu nggak boleh bercanda gitu. Kalau aku mati karena jantungan gimana?"

"Emang nggak boleh aku suka sama Abang?"

Kesabaran Orion diuji. Kini ia memilih untuk tidak percaya dan lebih memilih menggunakan logikanya.

"Hana, suka atau nggak suka itu nggak seharusnya dibicarain tiba-tiba begini. Memang kamu punya rencana buat suka sama aku?"

Orion tahu kalau pertanyaannya adalah pertanyaan bunuh diri, tetapi apa boleh buat. Bisa jadi ini adalah kesempatan sekali seumur hidup yang ia punya.

Terima kasih sudah membaca.

#30DayWritingChalange #30DWCJilid26 #Day 5

#30DayWritingChalange #30DWCJilid26 #Day 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


The Untold Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang