18-RASKAN-

9 1 1
                                    

"Raskan! Raskan!" panggil Dishel sembari mengejar cowok itu di koridor. Tadi di parkiran ia tidak sengaja melihat Raskan yang melangkah menjauhinya. Berkali-kali Dishel memanggil namun sia-sia karena Raskan tidak mendengarnya.

"Raskan, berhenti dulu ngapa." Dishel merentangkan kedua tangan menghalangi Raskan. Napas cewek itu memburu setelah lari dari parkiran sampai ke sini.

"Kenapa?" tanya Raskan dengan kedua tangan dimasukan ke saku celana.

"Lo yang kenapa!" sembur Dishel membuat Raskan mengernyit.

"Dipanggilin bukannya nyahut ini malah jalan aja! Budek ya lo?" tanyanya.

Raskan membuang muka ke samping. Berbicara dengan Dishel itu sangat tidak berguna dan hanya membuang-buang waktu saja.

"Ah gue tau nih kenapa lo main pergi aja." Dishel bersmirik nakal. "Lo cemburu 'kan liat gue bareng Albern? Ngaku deh lo hahaha!"

"Ayeaye Raskan cemburu!" Dishel bersorak ria mengejek Raskan.

"Siapa juga," jawab Raskan.

"Kalau gak cemburu kenapa lo pergi gitu aja? Kenapa lo gak nyahut waktu gue panggil? Apa huh? Gak bisa jawab 'kan lo?" Dishel semakin bangga karena kemenangannya.

"Hah!" Dishel menutup mulutnya rapat setelah menyadari sesuatu. Dia syok berat. "Jangan-jangan ... lo mulai suka sama gue?!"

"Gak usah kegeeran." Raskan menyentil dahi cewek itu.

Dishel mengaduh dan mengusapi keningnya dengan bibir yang mengerucut. "Jahat banget sih. Kalau gue gegar otak gimana?"

"Dishel," tegur Raskan spontan. "Jangan ngomong sembarangan."

Sekatang seperti ada ribuan kupu-kupu beterbangan di perut Dishel. Dishel sangat senang karena Raskan peduli padanya. Dia tidak bisa untuk tidak tersenyum. Berarti peluang Dishel untuk menjadi pacar cowok itu semakin besar. Ia semakin dekat dengan tujuannya.

"Lo sih tadi gak mau jemput gue jadinya gue bareng Albern. Chat gue aja cuma lo read doang. Mampus deh guenya diambil orang duluan," halau Dishel mencoba menutupi kesaltingannya.

"Seneng lo bareng dia?" Raskan bertanya.

"Ya iyalah! Jok motornya empuk. Motor mahal sih. Yang bawa juga ganteng," jawab Dishel. Setelah ia mengucapkannya, hanya ada keheningan di antara mereka.

"Lo tau Albern itu gak bener jadi jangan deket-deket dia," ujar Raskan.

Setelahnya, Raskan melangkah menaiki anak tangga dengan cekatan menuju kelasnya. Sementara Dishel masih terpaku. Dia perlahan mengulum senyumnya. Perkataan Raskan padanya tadi seperti sebuah ... ah Dishel tidak bisa berkata-kata sekarang.

"Gue semakin semangat buat berusaha jadi pacar lo, Kan!" teriak Dishel dari bawah berharap Raskan mendengarnya.

----

Dishel memasuki kelasnya dengan hati yang berbunga-bunga. Sepanjang perjalanan menuju kemari dia senyum-senyum sendiri. Untung cantik, jadi dia tidak dicap orang gila oleh orang yang melihatnya.

"Aww gue seneng banget." Dishel menjatuhkan diri di bangkunya.

"Lo tau gak kenapa gue bisa seneng?" tanya Dishel pada seorang siswi di sebelahnya. Dialah satu-satunya teman yang Dishel punya di sini. Oh tidak, lebih tepatnya hanya sekedar teman sebangku.

"Gak." Gadis itu menggeleng lugu.

"Bentar, siapa nama lo lupa gue?" tanya Dishel.

"Viran."

RASKANTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon