15-RASKAN-

4 1 0
                                    

"Jadi, 'kan?" tanya Dishel dengan senang. Dia sekarang berada di depan kelas Raskan. Tentu saja tadi di kantin dia menerima ajakan cowok itu untuk jalan-jalan setelah pulang sekolah.

"Jadi," jawab Raskan.

Selama perjalanan menuju tempat parkir, Dishel tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Untuk pertama kalinya mereka akan pergi bersama. Sesekali ia melirik Raskan dari samping. Visual Raskan hampir sempurna. Tampang coolnya dan ekspresi datar benar-benar idaman para remaja.

"Gila yang mau nge-date," cetus Yohan saat Raskan dan Dishel berpapasan dengannya di koridor besar gedung sekolah.

"Iya dong!" jawab Dishel.

"Gue doa'in cepet jadian deh," kata Yohan langsung mendapat pelirikan tajam dari Raskan.

"Iya bagus doa'in aja! Biar gue sama Raskan bisa deket kayak lo sama Yonan," balas Dishel lalu pergi begitu saja tidak mau tertinggal oleh Raskan.

Yohan memaksakan untuk tersenyum. Mendengar nama Yonan saja langsung membuatnya lesu.

"Raskan, gue seneng banget," ujar Dishel pada Raskan yang sedang mempersiapkan motornya.

"Oh ya?" balas Raskan.

"Iya. Seneng bisa jalan sama lo berdua. Dulu gue pikir itu mustahil. Tapi sekarang beneran kejadian."

Raskan tak menanggapi lebih lanjut. Dia menaiki motornya disusul Dishel. Dishel langsung memeluk Raskan dari belakang. Tak akan dia sia-siakan kesempatan ini.

Raskan melirik ke bawah di mana tangan Dishel melingkar di pinggangnya. Dia menghela napas pelan. Akhirnya dia membiarkan tangan itu memeluknya erat.

"Pengen kayak gini terus," gumam Dishel memejamkan mata di punggung Raskan.

Raskan menelisik lewat spion. Dishel terlihat begitu senang.

"Kapan ya kita bisa setiap hari bareng kayak gini?" ujar Dishel melantur.

"Gak tau," jawab Raskan.

Cowok itu lanjut memanaskan mesin motornya. Suara debumannya terdengar keras. Motor itu lalu melaju keluar area sekolah. Mereka sudah seperti pasangan remaja dengan seragam abu-abu.

---

Di sinilah mereka berada. Duduk berhadapan di kursi dengan payung yang disediakan di halaman depan kafe. Ini tempat yang dipilih Dishel dan mau tak mau Raskan menurutinya. Ini adalah kafe yang berseberangan lurus dengan SMA lama Dishel, SMA Jayanegara. Hari ini seisi kafe penuh oleh murid SMA Jayanegara. Dishel sangat antusias karena sudah sebulan lamanya sejak dia pindah ke SMA Puja Bangsa, dia tidak pernah ke kafe ini lagi.

Berbeda dengan Dishel, Raskan justru telihat was-was. Dia memang duduk santai tapi matanya terus mengawasi sekeliling. Pasalnya, semua murid yang berada di sekitar sini adalah rivalnya semua. Semua murid yang memiliki eksistensi besar di Jayanegara adalah rivalnya. Terutama anak Ashoka.

"Udah lama gue gak nongki di sini. Dulu aja bareng Stella temen gue, kita gak pernah absen mampir di sini." Dishel mulai bercerita sembari memotong makanannya.

"Omong-omong soal Stella, dia itu orangnya se-frekuensi sama gue. Nakal bareng, bolos bareng. Bestie gue banget." Dishel tertawa mengingat masa-masa itu.

"Ah sialan. Jadi kangen sekolah di sini lagi," ujar Dishel. "Kan, kok diem aja?"

Raskan menoleh pada Dishel setelah fokus memperhatikan sekitar. Semua orang yang berlalu lalang di kafe ini juga menaruh atensi pada Raskan. Raskan dan salah satu di antara mereka sempat melemparkan tatapan permusuhan satu sama lain.

RASKANWhere stories live. Discover now