06-RASKAN-

8 2 2
                                    

Raskan membuka sedikit matanya ketika ponselnya berdering. Dia sangat lelah karena semalam pulang jam 3 dini hari sehabis merayakan kemenangannya dengan kecil-kecilan. Maka dari itu selepas salat subuh, ia melanjutkan tidurnya.

Belum puas ia tidur tapi suara dari ponselnya sangat mengganggu waktu tenangnya. Siapa yang pagi-pagi begini menganggu tidurnya? Dengan malas Raskan meraih ponsel di atas nakas dengan posisi tidurnya yang masih tengkurap.

"Siapa?" ujar Raskan serak.

"Awww suaranya candu banget. Pengen dikarungin."

Raskan  melihat layar ponsel, lalu mengusap kasar wajahnya setelah itu. Demi apa Dishel lagi yang meneleponnya.

"Hmm biar gue tebak. Gue tau lo belum bangun?"

"Nah mangkanya gue nelpon lo. Bangun dong sayang ini udah pagi. Gak malu apa kalau seorang Raskan telat? Iyuwww gak banget deh."

Raskan kembali memejam namun telinganya masih mendengarkan Dishel berceloteh panjang kali lebar.

"Raskan, kok tidur lagi sih?! Gue ngoceh-ngoceh dari tadi dikacangin. Jadi bete 'kan gue."

"Hm," gumam Raskan masih dalam keadaan mengantuk. Ini masih jam setengah 6. Masih ada waktu setengah jam untuk tidur.

"Bangun gak?! Gue sunat lo ntar kalau gak bangun!"

Langsung saja Raskan terduduk. Ancaman macam apa itu? Cewek ini benar-benar merusuhi hidup Raskan.

"Ya gue udah bangun. Puas lo?" Raskan mematikan sambungan teleponnya dengan kesal. Ia lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badan.

Saat Raskan kembali dari kamar mandi, ia mengecek ponselnya. Ada satu chat dari seseorang yang tidak ia simpan nomornya.

0853-8351-****
Sarapannya jangan ditinggalin oke 😙

Raskan tersenyum kecil melihat chatnya. Setelah tadi melihat profilnya, itu adalah pesan dari Dishel. Segencar itu cewek ini untuk mendapat perhatiannya. Bahkan ibunya saja tidak pernah mengingatkannya untuk sarapan. Terlalu sering Raskan sarapan sendiri karena orang tuanya pagi-pagi buta sudah pergi bekerja.

---

"Kan! Lo tadi ngapa dah berhenti di tengah-tengah jalan? Sekilas gue liat lo. Gue mau berhenti juga tapi si Gama nih keburu kebelet boker katanya. Jadinya gue ngebut bawa motornya," cerocos Danang.

"Ada kakek-kakek tadi," jawab Raskan masih duduk di atas motornya. Anak Anarkis belum masuk kelas. Mereka masih berkumpul di parkiran.

"Terus apa hubungannya sama lo coba?"

"Dagangannya jatuh semua. Gerobak es-nya ditabrak," jawab Raskan.

"Astagfirullah," pekik mereka yang beragama Islam.

"Siapa yang nabrak?" tanya Gama.

"Albern."

"Terus dia gak ada niat bantuin tuh kakek? Langsung pergi aja gitu? Anjing," ujar Gama.

"Albern gak sengaja tabrak."

"Ya tapi tetep aja tuh bocah salah, Kan!"

"Bukannya turun kek bantuin. Ganti rugi kalau dagangannya rusak!" ujar Jovi.

"Albern kok gitu. Mustahil hil hil," ujar Piandro.

"Ya seenggaknya punya rasa tanggung jawab lah," balas Yohan.

"Jadi orang kok maunya seenaknya sih heran," sahut Danang. Mereka semua kelewat kesal.

"Kasihan ya kakek-kakekknya," ungkap Pita yang berdiri di dekat Alasta.

RASKANDonde viven las historias. Descúbrelo ahora