17-RASKAN-

4 1 4
                                    

"Ini minumannya." Alasta meletakan nampan berisi gelas-gelas minuman untuk teman-temannya.

"Weh, seger nih!" Gama menyerobot lebih dulu segelas es itu.

Malam ini Anarkis team berkumpul di rumah Alasta. Mereka mengobrol santai di halaman rumah cowok itu. Rumah berlantai satu bergaya minimalis ini agak jauh dari jalan raya sehingga suasananya tenang dari hiruk pikuk kendaraan. Maka dari itu mereka lebih suka main di rumah Alasta karena sangat nyaman dengan suasananya.

"Seger pisan euy," ujar Danang nikmat.

"Nambah-nambah aja woi kalau abis Alasta suruh buat lagi," komando Jovi.

"Sialan lo," sahut Alasta membuat mereka terkekeh geli.

"Ndro, jangan ambil gorengan gue dong!" Danang menggeplak tangan nakal Piandro.

"Minta sih! Masih sisa nih cabe gue," ujar Piandro.

"Enggak-enggak! Enak aja lo," balas Danang menjauhkan gorengannya dari jangkauan Piandro.

"Nang, Nang , satu aja sih." Piandro berusaha merebut gorengan itu dari Danang.

"Woi, gue aja kurang!" elak Danang.

"Secuil-secuil!"

"Andro, anjim lo!" Danang mendorong wajah Piandro yang tidak enak dipandang itu.

"Cuma gorengan aja rebutan lo pada." Yohan menggeleng heran.

"Andro tuh! Maruk!" bela Danang.

"Ambil aja punya gue, Ndro," ujar Raskan.

"Wih, yang bener?!" balas Piandro.

"Iya," kata Raskan.

Sebenarnya sewaktu Alasta membawakan sepiring gorengan buatan ibunya ke halaman langsung diserbu oleh teman-temannya. Mereka mengambil dengan cepat agar nanti tidak kehabisan. Maklum, mereka semua itu rakus. Kalau tidak gerak cepat bisa-bisa tidak kebagian makanan.

"Wah, makasih Kan! Ini baru teman gue. Gak kayak ini nih!" Piandro menyindir membuat Danang langsung tersulut lagi.

"Gue paketin ke Maluku aja deh lo." Danang maju langsung ditahan oleh yang lain.

"WEH WEH SANTAI!" ujar yang lain sambil tertawa.

"Udahlah pindah tempat duduk aja gue." Danang menyeret kursinya duduk di bawah pohon.

"Awas Nang ada penunggunya di situ," ujar Alasta.

"EALAH BANGSUL!" Danang berlari mengangkat kursinya kembali ke kerumunan.

"Mangkanya jangan sok-sok an," hardik Yohan.

"Pulang-pulang Danang kesambet nih," ujar Gama.

"Astagfirullah, kamu itu berdosa banget," sahut Danang.

"Tapi banyakan dosa lo," balas Gama.

"UDAH SONO LU BERSATU AJA SAMA PIANDRO!" hidung Danang kembang kempis mengucapkannya.

Yang lain tertawa kencang melihat Danang yang ternistakan. Suasana malam yang awalnya tenang dan damai mendadak riuh. Dan semoga saja, tetangga sebelah tidak melempar wajan kepada mereka.

"Anak-anak mau lagi gak gorengannya? Tante goreng lagi nih," teriak Aliya —Ibu Alasta— dari pintu rumahnya.

"MAUUUUUUUUUUUUUUU!" Danang, Piandro, dan Jovi langsung menghampiri dengan cepat. Perusuh-perusuh ini lalu hilang di pintu rumah. Sudah dipastikan berebut makanan.

Raskan berdeham untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Padahal dia sudah menghabiskan segelas minuman tapi dia masih merasa haus. Malam ini terasa dingin. Tak kalah saing dengan dinginnya sikap Raskan.

RASKANDonde viven las historias. Descúbrelo ahora