02-RASKAN-

29 4 14
                                    

"LO BENERAN GAK MAU NERIMA CINTA GUE NIH? Yakinnn? Ntar nyesel lho." Dishel berlari mengejar Raskan dari belakang. Cewek itu berusaha mengimbangi langkah Raskan dari lapangan sampai masuk ke koridor kelas 11 ini. Raskan sendiri tidak sudi untuk berhenti atau setidaknya menengok ke belakang.

"Ayo kita pacaran! Gue ikhlas sumpah gak usah ditanya lagi kalau itu mah."

"Lo gak liat bedak gue sampe luntur kena keringat gini. Demi lo, Kan. Demi lo!" sekencang apa pun Dishel berteriak seolah Raskan menutup telinganya rapat-rapat.

Banyak tatapan liar dari kaum adam sepanjang Dishel melewati mereka. Bagaimana tidak, seragam yang cewek itu kenakan saja mengekspos lekukan tubuhnya yang ideal. Apalagi pahanya yang putih mulus karena sebagian roknya tersikap ke atas saat berlari. Cowok mana yang mau menyia-nyiakannya?

"Cinta gue ini tulus. Tulus pake banget jangan disia-siain dong elah."

"Aduh rambut badai gue." Dishel membenarkan tatanan rambutnya yang sempat beterbangan. Kalau tidak karena niat boro-boro ia mau seperti ini mengorbankan penampilan cantiknya.

Raskan berdecak namun kakinya masih melangkah lebar. Sebelumnya ia tak pernah membayangkan akan bertemu gadis seperti Dishel. Dan ia tidak pernah tahu darimana Dishel mengetahui identitasnya. Raskan kira hidupnya akan tenang selama masa SMA ini. Tapi semuanya berantakan setelah kedatangan murid yang baru  sehari pindah ke sekolahnya itu.

"Raskan, lo gak liat gue kecapekan gini?" Dishel berhenti dan menumpu tangan di kedua lutut. Mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

Raskan sontak berhenti dan berbalik badan. Ia merutuk bagaimana cewek itu tahu kelemahannya. Raskan adalah tipe orang dengan tingkat kepedulian yang tinggi. Dia tidak tega jika melihat orang kesusahan.

"Yes berhasil! Akhirnya lo berhenti juga." Dishel menyengir namun persekian detik, senyumnya pudar. Raskan sudah berbalik badan dan meninggalkannya lagi.

"Kenapa gue ditinggal lagi bambangss?!" Dishel yang baru saja berelaksasi harus mengejar Raskan. Lihat saja tak lama lagi Raskan yang akan berbalik mengejarnya. Dia pasti 'kan itu.

"Eh, tuh cewek siapa?" Danang menunjuk pada Dishel yang terus mengejar dan berkoar-koar memanggil Raskan. Saat ini semuanya kecuali Raskan sedang duduk-duduk di bangku lama yang tertata di depan kelas mereka.

"Fans Raskan kali," jawab Yohan.

Raskan sudah lebih dulu sampai di koridor kelas. Ia mengode pada Jovi dan Danang menggunakan telunjuknya. Mengerti maksudnya, Jovi dan Danang langsung berdiri tegak.

"Ada uwu-nya gak?" Danang menggesekan jempol dan jari telunjuknya. Kode meminta uang.

"Gue jajanin di kantin," ujar Raskan lalu masuk ke dalam kelas. Meninggalkan teman-temannya yang duduk santai di koridor.

"Ashiapppp!" Danang bersemangat sama seperti Jovi. Mereka lalu berdiri di kedua sisi pintu kelas. Seperti penjaga. Di saat yang bersamaan, Dishel sudah sampai di depan kelas Raskan. Saat akan masuk ke dalam, Danang dan Jovi menahannya.

"Minggir lo berdua. Gue mau masuk," ujar Dishel dingin.

"Gak boleh," jawab Danang tegas. Penjaga yang baik harus seperti itu, pikirnya.

Di dalam kelas, Raskan menarik sudut bibirnya puas.

Dishel mendelik. Apa-apain ini?!  "Pergi-pergi deh jangan halangin gue. Ganggu aja lo."

Saat Dishel akan masuk, Jovi menahan dengan telapak tangan di depan dada. "Eitsss gak boleh. Ini perintah dari pemimpin Anarkis."

"Mendingan lo balik aja ke kelas," lanjutnya.

RASKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang