43. H-1

36 6 12
                                    

"Kamu kelas berapa?"

"Sepuluh, Tante."

"Wah satu tingkat dengan anak gadis Tante, nih."

"Kebetulan kita satu sekolah, Tan."

"Wah jadi udah saling kenal, ya?"

"Iya Tente."

Sementara Sabna yang sedang mengaduk teh di dapur merasa khawatir, takut Bunda akan bertanya macam-macam pada Athaya, sekalipun sekedar basa-basi yang gak penting.

"Sabna kok lama, sayang!?" teriak bunda yang tengah asik mengobrol.

"Iya sebentar Bunda," jawab Sabna lalu keluar dari area dapur dengan membawa dua cangkir teh.

"Sabna kalau di sekolah gimana?" tanya bunda saat Sabna meletakan nampan berisikan teh ke hadapan Athaya.

"Thank," ucap Athaya pelan, Sabna mengangguk.

"Sabna—"

"Bunda ngapain nanya-nanya in aku? Aku anak baik-baik kok. Gak pernah kena kasus," potong Sabna.

"Loh itu kan kata kamu, bunda mau tau dari orang lain. Lagian bunda gak pernah ketemu sama temen-temen kamu, kan," tutur bunda.

Sabna pasrah, ia hanya menunggu apa yang akan Athaya katakan soal dirinya.

"Sabna_"
Athaya menoleh sebentar ke arah Sabna, lalu melanjutkan kembali pernyataan nya.

"Saya punya hal lain yang harus di perhatiin Tante, ga mungkin kan saya perhatiin anak Tante yang bukan mahram saya."

Jawaban dari Athaya melegakan di telinga Sabna. Dan membuat bunda Sabna menatap dengan kagum kepada Athaya.

"Masya Allah, anak baik. Kalau bunda suka yang begini, Sab. Nundukin pandangan, udah ganteng, sholeh—" puji bunda namun di potong kembali oleh Sabna.

"Hih bunda kok main suka-suka an sama anak SMA sih," tukas Sabna lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Bunda menggelengkan kepalanya setelah mendengar ucapan Sabna dan tingkahnya.

"Oh iya makan dulu yu! Sabna tadi yang masak," ajak bunda.

Dari dapur Sabna hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dalam hati Sabna sedikit kesal, "kok pakek acara bilang Sabna yang masak si, yang masak aja Bunda," batin Sabna.

"Gak usah Tante, tadi saya udah makan di rumah," jawab Athaya.

"Yaudah gak papa. Tante gak jadi maksa, tapi lain kali kalau main ke tempat Tante harus makan, ya!" titah bunda.

"Emang boleh Tante, kalau main lagi ke sini?"

Sabna yang sedang di dapur tak habis pikir dengan pertanyaan Athaya barusan.

"Boleh, kan harus silaturahmi sesama Muslim."

"Oke Tante, kapan-kapan Athaya main lagi deh."

"Hafalannya sudah berapa juz? Oiya sambil di minum tuh teh nya!"

Dalam hati Athaya sedikit risih, "Kenapa ibu sama anak beda banget, gue berasa di tes wawancara dah," batin Athaya.

Take to the SKY [ON GOING]Where stories live. Discover now