36. UKS

45 11 24
                                    


Tiara meringis, entah mengapa
tiba-tiba kepala pusing.

"Kenapa Tiara?" tanya Resa, yang baru melahap bakso di hadapannya.

Tiara menggeleng, "Gak papa kok Resa, aku ke kamar mandi sebentar ya." Tiara meminta izin lalu meletakan mangkuk baksonya.

"Sakit perut? Padahal gue gak pesenin pake saos loh," terang Resa kemudian mencek mangkuk milik Tiara.

"Aku ke kamar mandi dulu ya, Resa." ucap Tiara terburu-buru ke kamar mandi.

Resa dan Tiara mereka makan jauh dari kantin, tepatnya di bawah pohon mangga. Jadi gak tau kalau sempat ada keributan di kantin antara Athaya dan Farel.

***

"Ya Tuhan, kenapa kepala aku sakit banget." Tiara meringis di kamar mandi, sembari memegangi kepalanya.

Lalu menatap wajahnya ke cermin, disusul dengan darah yang keluar dari hidungnya.

"Tiara, ayolah jangan di sekolah," ujar Tiara yang menatap pantulan dirinya.

Darah segar-nya terus mengalir, tapi Tiara langsung menghapusnya dengan air. Namun darah masih terus keluar. Tiara takut tapi bukan karena sakitnya, melainkan jika ada orang yang tau, terlebih sahabatnya Resa atau Sabna.

Setelah berulang kali membasuh nya dengan air, akhirnya darah berhenti keluar. Wajahnya pucat, ia takut jika harus kembali bersama Resa, karena wajahnya terlihat sangat pucat.

Tapi Tiara memaksakan diri untuk segera keluar kamar mandi, setelah membasuh wajah nya dengan air. Ia juga sungkan jika Resa terlalu lama menunggu.

Tiara berhenti sebentar di ambang pintu.

"Kenapa burem? Jangan sekarang ambil nyawanya Tiara ya Tuhan." Tiara lalu memegangi roknya dan tangan kanannya memegang pintu kamar mandi.

Pandangannya berubah buram, hanya tetesan air kamar mandi juga yang terdengar, detak jantungnya kemudian berdenyut lemah, hatinya jadi merasa takut, takut sekali.

"Jangan. Jangan sekarang ya Tuhan." lirih Tiara.

***

Athaya menatap dirinya pada pantulan cermin. Ia membersihkan wajahnya kasar.  Menyadari apa bedanya dia dengan Leo, jika sama-sama melukai hati seorang wanita.

Dirinya tau, ia harus jujur dengan Sabna, tapi gak bisa, misinya belum terjalankan. Ia merasa terjebak sendiri dalam misinya.

Athaya takut jika Sabna akan membenci darinya, ini bukan soal cinta yang pernah Athaya katakan dulu pada Sabna, bahwa cinta bisa datang dari rasa benci. Dirinya ada di satu kemungkinan lain, yakni saat pertama udah gak suka akan membuat lebih di benci jika Sabna tau soal misinya.

"Lo egois Ath! Ini bukan diri Lo, Lo janji akan melindungi wanita. Bukan hanya kakak Lo. Tapi gue gak bisa liat orang yang udah nyakitin Kaka gue baik-baik aja!" tukasnya dengan nada tinggi pada pantulan cermin.

Ia kembali membasuh wajahnya, lalu sambil menatap cermin sembari mengambil nafas panjang, kemudian menata wajahnya kembali untuk terlihat biasa-biasa saja.

Athaya keluar kamar mandi, dan di saat yang bersamaan.

Bukkk

Athaya mendengar suara sesuatu jatuh dari toilet sebelah.

"Siapa tu?" tanya Athaya yang langsung berhenti di depan toilet wanita.

Take to the SKY [ON GOING]Where stories live. Discover now