•Ayah kenapa si?•

107 53 59
                                    

Oke next part author ajakin tour guide kerumah Sabna nyok, Next part ya inget! Ehe:v

Eeeehhh happy reading juga dong,
.
.
.

"Resa itu Resa kenapa si, tangannya?" Tiara mengambil tangan Resa, lalu ia tiup-tiup.

"Eh, gapapa kok." Resa menarik lengannya kembali.

"Sab, lo kenapa dah?" tanya Resa, Sorot mata keduanya pun benar-benar lekat kearah Sabna, walaupun Sabna berusaha menutupi tetap saja raut wajahnya masih terlihat khawatir.

"Gue pengen pulang cepet, kalian jalannya jangan lama-lama ya, kalau enggak gue duluan." Sabna tidak memberikan senyuman kali ini, Resa mengkerutkan alisnya.

"Lo marah, bete, ngantuk, apa PMS?" tanya Resa yang langsung memegang dagu Sabna.

"Sakit ya? Bibir lo emang aga pucet sih, Sabna lo bisa sakit ya?"

"Ihh Resa." Sabna langsung menipis tangan Resa yang ada di dagunya.

"Bunda gue ilang," ungkap Sabna.

Resa dan Tiara refleks melongo, "LAH KO BISA?" tanya Resa panik.

"Pas bangun Bunda ga ada, jendela ke buka, tapi gerbang nya ditutup," jelas Sabna.

"Terus terus ada bekas tali ga? Atau semacamnya?" tanya Resa antusias.

"Eh, di kata Bunda gue mau bunuh diri! Kayak Ell ...."

"I-itu Rapunzel kalo kabur, lewat jendela kan, ga kudu bunuh diri Bambang," sela Resa yang khawatir jika Sabna keceplosan ngomong kalau dirinya sempet ingin bunuh diri, yang sengaja Resa sembunyikan dari Tiara.

"Resa, hati-hati kalau ngomong Bambang. Nanti pa Bambangnya denger gimana?" nasehat Tiara.

Sabna menghembuskan nafas pasrah, mereka ini peduli apa engga sih sama gue, batin Sabna.

"Gue duluan tapi jangan tuding kalau gue marah ya, gue ga bisa marah sama kalian oke, please ngertiin kalau gue lagi khawatir." Sabna menepuk pundak Tiara dan Resa, lau meninggalkan mereka.

"Aku ngerti kok," balas Tiara, Resa juga mengangguk.

Sementara Sabna yang pulang dengan jalan kaki mempercepat langkahnya. Sabna emang ga suka mesen mamang ojek, atau naik angkutan umum, dan biasanya nebeng mobil Resa atau jalan kaki bareng Tiara.

Langkahnya melaju cepat, hingga nafasnya terengah-engah lalu sampailah ia di depan gerbang.

"Sabna." Suaranya begitu familiar saat memanggil namanya.

Sabna membulatkan matanya saat sosok yang kini ia khawatirkan menyapanya, lalu memutarkan poros badannya.

"Ih Bunda kemana, Sabna pagi tadi ga sarapan, Sabna laper, Ko Bunda ngilang sih? Sabna kan, panik ...." Lalu Sabna memeluk Bunda.

"Sabna haduh, beneran kamu ga sarapan sayang?"

Sabna menggeleng, lalu melepas pelukannya. Bahkan untuk hari ini Sabna dapat hukuman suruh berjemur di lapangan bersama Athaya yang menjengkelkan.

Take to the SKY [ON GOING]Where stories live. Discover now