14. PENGAKUAN🔓

436 39 12
                                    

14. Pengakuan

⭐⭐⭐

"Gue tau banyak orang melakukan kesalahan. Dari kesekian banyaknya bukankah kita harus memaafkan mereka, karena mereka juga manusia yang berdosa seperti kita."

~ Damien Kurtha

"Sebenarnya kemarin gue ingin mengambil barang berharga gue. Karena Lexas mencurinya," ujar George. Semuanya diam mereka masih belum puas akan jawaban George, mereka ingin tau se-spesial apa barang itu dari pada nyawa sendiri?

"Lebih berharga barang ya, daripada nyawa," cibir Aegeus.

"Kalau barangkan bisa beli lagi. Lo kagak miskin-miskin banget," sahut Satya menyindir George.

Alfio pun langsung memberhentikan percakapan itu.

"Sudah jangan gituin George lagi. George gue tanya, barang itu sebagus apa sih? Sampai-sampai lo rela nyawa lo melayang?" tutur Alfio sambil menatap George tajam.

Damien, Michael, dan Aries pun langsung menatap lekat ke arah George.

"Itu sangat bagus. Gue membelinya satu barang di tempat yang berbeda-beda. Makanya gue rela keluar demi itu." jawab George.

Aries dan kawan-kawannya langsung menghembuskan nafas. Mereka tidak habis pikir akan jalan pikiran seorang George Angga Leksa.

"Apa yang dimaksud barang itu?" tanya Damien.

"Iya, apa barang itu?" sahut Satya yang sudah di ujung keingintahuannya.

"Jam tangan."

Jawaban itu sontak membuat Alaksa kaget sekaligus bingung. Kenapa, jam tangan itu sangat berarti bagi George?

"Itu hanya jam tangan! Kenapa lo rela di habisin ama Lexas hah!" bentak Aegeus.

Aries yang mendengar penuturan George pun menunjukkan raut marahnya yang ia tahan.

Damien yang langsung mengerti kemarahan yang sudah memuncak, langsung menatap Michael agar menenangkan lainnya.

"Dengar baik-baik. Kita dengarkan dulu penjelasan George, jangan langsung memarahinya. Dan lo juga Aries dengarkan dia jangan langsung membuat raut wajah seperti itu." atur Michael membenarkan semuanya.

George selamat untuk kesekian kalinya.

"Apa yang spesial dari jam tangan itu? Apakah karena itu barang langka George?" sindir Alfio.

George pun memberanikan diri menatap wajah teman-temannya itu.

"Sangat, sangat spesial bagi George. Karena itu adalah hadiah dari George untuk kalian karena sudah menjaga dan melindungi George." ucap George tulus.

Semuanya terdiam, itulah mengapa mereka tidak bisa membiarkan George sendirian di luar.

Terlalu banyak musuh yang mengincar Alaksa. Apalagi George, dia itu pintar dan gesit. Tapi akan jadi bodoh hanya karena suatu hal.

Aries pun langsung mengelus rambut George, dia tau bahwa sangat mustahil untuk marah apalagi kecewa sama George yang polos itu.

"Jangan di ulangi lagi." tutur Aries sambil menarik kembali tangannya.

George hanya mengangguk, sambil tersenyum cerah ke arah lainnya.

⭐⭐⭐

Dini dan kedua temannya sekarang sedang sibuk dengan dunia maya masing-masing. Sekarang sudah masuk pelajaran kedua, dan gurunya belum masuk.

ALAKSA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang