02- Di ambang Pintu

En başından başla
                                    

Kalau Ale, sajuh ini yang Narend tafsir ia seperti putih diantara merah dan merah muda. Menjadi jembatan untuk merah menjadi merah muda. Jadi bila ada yang tidak sependapat, maka Ale akan turun tangan menjadi penengah dan menentukan keputusan. Meskipun sangat kontra dengan warna favoritnya, hitam.

Mereka ini termasuk siswa yang biasa-bisa saja. Tidak nakal tapi juga tidak culun. Tidak pinter tapi juga tidak bodoh. Tidak famous tapi juga masih ada yang mengenal. Ya, pokoknya yang biasa-biasa saja.

Biasa tidur.

Biasa makan dikelas.

Biasa pamit keluar mandi, padahal ngapel.

Biasa nya tak pakai minyak wangi~

•♤•♤•♤•

Narend berjalan menuju kelas unggulan A. Ia sih sebenarnya sering melewati tangga kelas ini, sebab kelas unggulan tempatnya ada di lantai atas dan bawah ruang guru. Tidak seperti kelas lain, yang dibelakang mojok dekat kamar mandi, dekat kantin, bahkan dekat pembuangan sampah.

Oke, Narend hari ini silahkan sombong atas keberhasilanmu pindah ke kelas unggulan. Sebenarnya tidak perlu diantar guru, Narend bisa membawa wibawanya sendiri. Tapi Pak Jarwo selaku wali kelas ingin mengantarnya.

Narend cengengas-cengenges ketika membayangkan nasib teman-temanya. Pasti mereka akan kangen dengan temannya yang paling tampan ini. Sangking kegirangan, kabar tidak enaknya dia tidak tahu bahwa seseorang tiba-tiba muncul dari belokan. Meski tidak terlalu keras, Narend tahu dirinya baru saja bertabrakan.

Bugh!

"Maaf... maaf."

Narend melihat keterkejutan kentara dimata almond coklat gadis itu. Bahkan setelah Narend membantunya berdiri, gadis itu tidak bereaksi apa-apa. Tampangnya jutek, dan datar.

Narend menata seragamnya yang sedikit berantakan. Lalu mendongak "Kalau jalan pakek mata dong!" pekiknya. Narend memang sedikit emosional.

Perempuan itu mundur beberapa langkah, lalu membungkuk. "Nggak kelihatan."

Dalam hati Narend mencebik. "Gila, gue sebongsor ini masa nggak kelihatan?"

"Lo picek, apa gimana--- Eh. Jangan kabur!! "

Perempuan itu berlalu dari balik kerumunan siswa yang berhamburan ingin masuk ke kelas, karena bel sudah terdengar. Hanya menengok sekilas kebelakang, kemudian berlari menjauhi koridor.

Perempuan dengan rambut sebahu yang kemarin Narend temui di minimarket. Gadis rambut sebahu itu kemudian berlalu tanpa mengucapkan kalimat pamit atau minta maaf yang layak. Narend dibuat geming begitu saja.

Senjani T.

Ya, setidaknya Narend sudah tau nama perempuan itu dari nametagnya. Besok-besok ia akan menegurnya. Memberi tahu bagaimana cara beretikad yang baik dan meminta maaf.

Atau dia perlu mencari tutorialnya di Mbah Google? Seperti apa yang dilakukan oleh bang Wina beberapa hari yang lalu.

Besok-besok tolong ingatkan Narend akan hal itu.

"Narend are you,oke?" tanya Pak Jarwo. Setahu Narend guru ini mengulang bahasa daerah. Tapi gaya congkaknya layaknya bule.

MonochromeHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin