08- Mepet Sawah

356 279 147
                                    

Lagu Bambi- BAEHKYUN, tiba-tiba terngiang-ngiang di kepala.

****

"Narend, kamu tahu kenapa Tuhan menciptakan manusia?"

Narend menggeleng. "Tidak, tapi yang pasti Tuhan menciptakan manusia untuk beberapa alasan."

"Apa alasannya?"

"Em .. untuk saling menolong dan menyayangi mungkin?"

"Jadi, kamu tidak bisa menyamakan manusia satu dengan yang lain. Kamu tidak bisa merubah hidup seseorang sesuai kemauanmu."

"Maksudnya, Bunda?" Narend tidak tahu apakah Bunda mendengar suaranya. Karena, ia sengaja meredam suaranya dengan cara menenggelamkan wajahnya di perut Bunda. Kalian jangan berpikir yang macam-macam! Ini hal lumrah Ibu dan anak, apalagi dengan si bungsu.

"Bunda tahu .. kamu baru saja menolong orang-orang di dalam metromini beberapa minggu yang lalu."

"Aku tidak menolong, Bunda. Aku hanya memberitahu." Narend tahu kelebihan yang ia punya seringkali menghambat takdir Tuhan.

"Apapun itu namanya." Bunda menyisir ke belakang rambut Narend. "Hari ini ada cerita baru." 

Mendengar itu Narend langsung berdiri, merubah posisinya untuk duduk."Ceritakan!" katanya begitu antusias.

"Ada seseorang yang benar-benar takut pada dunia, seakan ia ingin berteriak namun dirinya berada di lorong yang sangatt gelap. Dia terlihat tidak apa-apa, bukan berarti tidak ada apa-apa. Dia hanya bersembunyi dengan ruang yang ia punya."

"Ruang? Ruang apa?"

"Bunda tidak tahu, Bunda bukan kamu. Sepertinya ruang itu dia beri nama kecewa."

Pembicaraan bunda tentang kehidupan mengingatkan Narend dengan Senjani. Senjani mengarah kepada ciri-ciri yang baru saja bunda katakan. Berada di ruang gelap. Bahkan Narend tidak bisa melihat atau mengetahui apapun dalam diri Senjani kan?

"Dia hidup dalam kegelapan, haruskah kita membantunya? Dia mengira dunia sangat menyeramkan. Padahal tidak."

"Ah, Bunda. Dia bisa membuat dunianya sendiri."

"Kamu ini kebanyakan nonton Peterpan!"

"Terus Bunda?"

"Terus orang itu berkata. Tolong bantu aku, aku tersesat dalam kegelapan, haruskah aku berteriak bahwa aku takut di ruang gelap? Tapi semua itu tertahan di dalam hatinya."

"Kenapa?"

"Karena, ia tidak punya keberanian."

"Aku mau datang sebagai keberanian, hahahaha!!" Narend menggerakkan tangannya seperti Superman. Kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Kalau gitu, genggam tangganya, katakan bahwa tidak ada apa-apa, semuanya akan baik-baik saja. Meskipun dia lebih suka keheningan daripada sebuah kata-kata, ia tetap manusia. Ia butuh teman." kata Bunda menggenggam tangan kanan Narend.

Tawanya tiba-tiba redam. Lagi-lagi Narend terpikirkan gadis itu. Lagi-lagi hatinya menghangat ketika di dekat Bunda.
Narend mendapati bunda tersenyum ke udara kemudian mengangguk. Membuat Narend semakin yakin, dan mantap.

MonochromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang