"Kalo lo nggak percaya semua omongan gue, gue bisa buktiin--"

"Bukti apa yang lo punya?!" potong Dino dengan cepat.

Wanara menahan emosinya, dia sangat-sangat marah sekarang ini. "Apa yang lo harapkan dari Bella? Dia itu cuma orang gila yang mau nge-bunuh sahabatnya sendiri?!"

"Pasti ada alasan di balik itu semua," ujar Dino dengan percaya diri.

"BERHENTI!" pekik Tamara.

Keduanya langsung terdiam ketika mendengarkan pekikan Tamara. "Kamu bisa menerawang masa depan, kan? Aku mau tanya, dimana keberadaan Bella sekarang ini?"

"Dia ada di jalan beringin yang mitosnya jalan itu sangat angker," ujar Wanara tanpa basa-basi.

"Kalau begitu, kita ke sana sekarang!" semuanya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Tamara. Masalah ini harus cepat diselesaikan.

***
Setibanya di sana, mereka semua membulatkan matanya ketika melihat Bella yang ingin meloncat dari jembatan yang ada di jalan beringin.

"BELLA!" teriak Dino dengan spontan. Cintanya masih saja terus menjalar, semua ini bisa dibicarakan dengan baik-baik tanpa adanya nyawa yang hilang kembali.

"Jangan mendekat!" Bella kemudian turun dari jembatan itu. "Gue pikir orang yang paling jahat di dunia ini adalah keluarga Daniel, tapi ternyata lo lebih jahat, No."

"Apa maksud lo, Bel?" Dino semakin mendekati Bella. Namun, Bella tahu, Dino ingin mencoba menghentikan aksinya.

"Gue bilang jangan mendekat!"

"Apa salah gue sama lo, Bel?" Dino mencoba berbicara dengan lembut. Dia sangat takut jika harus kehilangan Bella.

"Salah lo? Lo pikir gue nggak tahu, kalau diam-diam lo suka sama gadis aneh itu?!" Bella menunjuk gadis itu yang mengarah kepada Wanara.

"Wanara?! Gue nggak punya perasaan apapun sama dia, Bel." Dino dengan cepat menolak semua tuduhan yang diberikan Bella. Dia sangat-sangat keliru karena telah berkata begitu. Cinta Dino hanyalah kepada Isabella, tidak ada yang bisa menggantikan posisi Bella dari hatinya.

"Bacot! Gue nggak nyangka, No. Gue benci sama lo!" Bella kemudian langsung membalikkan tubuhnya, mencoba untuk melompat dari sana kembali. Tetapi, entah kenapa Bella tersenyum penuh arti.

Dengan sigap Dino langsung berlari demi menyelamatkan nyawa Bella. Namun, malah Dino yang terkena tusukan dari Bella.

"Arrghhh!" erang Dino kesakitan ketika pisau itu sudah ditancapkan ke dalam perutnya.

"DINOOO!" pekik mereka semua yang ada di sana.

Bella tertawa, kemudian menutup mulutnya menggunakan tangannya. Dia sangat bahagia.

"Kamu itu dendamnya sama aku! Bukan sama Dino, Bel." Tamara berteriak dari seberang jalan.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau Dino bakal terkena tusukan dari Bella?!" Tamara menangis tersedu-sedu menyaksikan Dino yang tergulai lemas tak berdaya.

"Gu--gue nggak ta--u," ujar Wanara dengan terbata-bata. Baru kali ini dia merasakan ketakutan yang luar biasa.

"Lo nggak mikir dengan semua perbuatan lo, Bel?!" tanya Wanara yang tiba-tiba saja sangat membenci Bella.

"Gue mikir, kok. Lo nggak berhak dapetin perhatian dari Dino, jadi lebih baik gue bunuh Dino. GUE MATI DINO JUGA HARUS MATI!" Bella menekankan kalimat terakhirnya yang membuat semua yang ada di sana bergidik ngeri.

Tamara, Valdo, Radit, dan Wanara mencoba untuk mendekati mereka semua. Namun, tidak disangka Bella langsung saja membuang mayat Dino ke jembatan beringin itu.

"Nggak!" teriak mereka dengan serempak.

"Bella dasar brengsek lo!" Radit mengumpat kasar. Baru kali ini dia berbicara kasar kepada seorang gadis.

"Gue bahagia berada di antara kalian, gue sama Dino pamit dulu." Bella kemudian menjatuhkan dirinya dari jembatan beringin itu. Isak tangis semakin terdengar dengan kencang, mereka semua menyesal karena telah percaya pada seorang Isabella.

***

Terima kasih sudah mampir ke ceritaku.

Penasaran part selanjutnya?

Silahkan komen jika ada typo!

Follow Instagram Author
@Dewibiruu

Follow YouTube Author
@dewisarah16

Ranselku [Belum Revisi]Where stories live. Discover now