7.GAGAL

1.1K 115 29
                                    

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***

Bel pulang berbunyi akhirnya semua pelajaran telah selesai.

Tamara bersiap-siap untuk pulang, tetapi Valdo menahannya. Valdo meminta sedikit waktu untuk berbicara dengan Tamara.

Awalnya Tamara menolak, tapi karena kasihan, ya sudahlah. Mereka berdua berjalan beriringan menuju ke lapangan futsal.

***
Mereka tiba di lapangan futsal, kemudian melihat berbagai macam alat olahraga yang berada di sana.

Valdo memulai pembicaraan meski rasanya agak canggung. Dia mencoba mencairkan suasana yang begitu ekstrem menurutnya.

"Gue mau nanya?" tutur Valdo sedikit gugup.

"Silahkan," jawab Tamara dingin.

"Lo tau ikan-ikan apa yang alay?" tanya Valdo kepada Tamara. Dia bingung sekali ingin berbicara apa.

"Itusi tebak-tebakan bukan pertanyaan," cetus Tamara dengan tersenyum kikuk.

Valdo berdecak. "Bukannya sama aja?"

"Ya beda lah mangkanya punya otak itu di pake! Aku tau kamu itu anak cerdas."

"Iya deh iya. Lo tau nggak?" tanya Valdo. Mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Apa?" Tamara mencoba mengingatnya. Namun, memang sepertinya Valdo tidak bertanya apapun.

"Itu pertanyaan aku barusan." Valdo berdecak. Memangnya wanita itu pelupa, ya?

"Yang mana?" ulang Tamara. Keningnya mengkerut mencoba mengingat pertanyaan yang dilontarkan Valdo.

"Lo tuh ..." Valdo sudah geram dengan sikap Tamara. Rasanya dia ingin mencabik-cabik Tamara sekarang juga.

"Iya-iya aku tahu, Do. Ikan genit mungkin," simpul Tamara ngasal.

"Salah!" tukas Valdo dengan gesit.

"Terus apa dong?" Benarkah Tamara kali ini salah?

"Ikanmyu kok gyitu," kelakar Valdo. Dia sudah gila memang. Tamara tertawa. Ya, itu adalah tujuan Valdo.

"Kamu alay banget!" Tamara semakin keras menertawakan Valdo membuat Valdo menjadi murung. Tujuan dia hanya untuk membuat Tamara tersenyum bukan untuk di kira bodoh atau alay. Oh Tuhan. Dasar Tamara!

Namun, ada rasa bahagia di hati Valdo. Ingin sekali rasanya selalu begini dengan Tamara. Membuat hidupnya lebih berwarna. Tidak selalu bertengkar dengannya.

Cukup manis memang gadis ini tapi semuanya tertutup oleh dandanannya yang dinamis.

"Ngapain kamu liatin aku terus?" Pertanyaan Tamara di anggap sebagai angin lewat karena Valdo tidak menanggapi pertanyaannya.

Tamara langsung menepuk pundak Valdo dan berhasil membuat Valdo sadar.

Valdo terkejut. "Ngapain lo megang-megang gue?"

"Kamu yang ngelamun dari tadi. Aku panggil-panggil nggak nyaut-nyaut," ungkap Tamara memperjelas.

"Nggak usah ngawur deh lo!" Valdo mencoba mengelak, jangan sampai Tamara merasa curiga.

"Ini serius!" terang Tamara dengan jujurnya.

Sudah ada sesuatu yang menjalar di dalam perasaan mereka masing-masing.

Valdo menatap lekat Tamara dia terpesona dengannya. Tamara hanya bingung dengan tatapan Valdo.

***
Radit dan Dino mencari keberadaan Bosnya itu. Sepertinya sudah kehilangan akal pikir mereka.

"Kayaknya Bos emang beneran suka deh sama Tamara," simpul  Dino.

"Nggak mungkin lah. Selera Valdo itu tinggi, No. Nggak mungkin suka sama Tamara," terang Radit. Dia tidak percaya jika Bosnya mempunyai selera rendahan.

Dino berdecak. "Buktinya dia nyari Tamara dan di suruh ke rooftop, kan? Cuma berdua lagi."

"Belum tentu, No. Kalau ngomong nggak usah ngaco, deh!" Radit masih mencoba untuk yakin kalau itu semua hanyalah ilusi.

Entah kenapa feeling Dino dan Radit mengarah ke lapangan futsal mereka melihat kedekatan Tamara dan Valdo sangat dekat.

Mereka langsung menggagalkan rencana Valdo dan Tamara yang sepertinya mereka akan ... berciuman.

"VALDO, TAMARA!" pekik Dino dan Radit bersamaan. Sontak membuat Valdo dan Tamara langsung tersadarkan. Untung saja_ pikir Tamara.

"Kalian berdua lagi ngapain?!" tanya Dino dengan bersungut-sungut.

Valdo gelagapan, dia sudah salah langkah. "Gue cuma niupin mata Tamara doang, kok. Katanya, dia kelilipan."

"Betul itu Tamara?" Kali ini gantian Radit yang bertanya.

"Iya, betul." Valdo tersenyum. Baru kali ini Tamara dan Valdo sependapat.

***
Niatnya Tamara ingin pulang dengan berjalan kaki, tetapi ternyata Valdo menawarkan tumpangan untuknya.

Tamara sudah menolak, tetapi Valdo tetap memaksa. lumayan juga untuk Tamara. Tamara naik di motor kesayangan Valdo di mana belum pernah ada satu perempuan pun yang pernah ada disana.

Terharu_batin Tamara.

"Lo tau kenapa gue ngajakin lo pulang bareng?" tanya Valdo kepada Tamara.

"Nggak, kenapa?" Alih-alih sebenarnya Tamara tidak perduli.

"Soalnya gue mau lebih dekat sama lo." Valdo tersenyum simpul. Membuat Tamara yang melihatnya terkejut. Manis sekali senyumnya, apakah dia sudah berhasil membuat Tamara jatuh hati?

"Kan kita emang udah deket." Tamara tidak tahu harus berkata apa. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang sekarang ini.

"Bukan deket itu maksud gue,  Tamara." Valdo berdecak kembali. Apa ini? Kenapa Tamara begitu polos?

"Lah terus apa?" ulang Tamara. Dia tidak tahu apapun sama sekali.

"Lo emang nggak pernah pacaran, ya?" desis Valdo cukup terdengar di telinga Tamara.

Tamara memanyunkan bibirnya, kemudian mengatakan, "Nggak, kenapa?"

"Oh, pantes." Dugaan Valdo ternyata benar.

"Kenapa emang?" ulang Tamara penasaran.

"Kelihatan gobloknya. Eh, maksud gue kelihatan polos banget." Valdo berkelit.

Tamara tahu apa yang di maksud Valdo. Emang salah kalo selama ini dia itu jomblo?

Ada pepatah bilang "Jomblo itu pilihan" terus kenapa dia dibilang bodoh?

***

Terima kasih sudah mampir ke ceritaku.

Penasaran part selanjutnya?

Silahkan komen jika ada typo!

Follow Instagram Author
@Dewibiruu

Follow YouTube Author
@dewisarah16

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang