25.PETUNJUK

564 55 2
                                    

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***

Hai makasih banget yang udah baca cerita aku. Aku seneng banget kalo kalian juga vote dan komen setiap part-nya!

Semua itu sangat berarti buat aku:)

Buat kalian yang selalu nunggu up semangat ya !

***

Tamara termenung dalam kamarnya, dia sedang bingung sekarang. Akhir-akhir ini dirinya tidak bisa mengendalikan diri. Dia berbanding balik dengan dirinya yang dulu.

Sesuatu telah terjadi dengan dirinya, karena permintaannya pada waktu itu. Dia tidak tahu betapa berbahayanya permintaannya. Ini sangat sulit untuk di pecahkan.

"Aku kenapa, sih?" tanya Tamara kepada dirinya sendiri.

"Kenapa aku bisa begitu berubah?"

"Aku nggak tahu apa yang udah terjadi, tapi apa mungkin ini ada hubungannya sama ransel itu?"

"Nggak mungkin! Ransel itu sangat membantu aku untuk melupakan Valdo!"

"Aku akan ikhlas, jika memang ini sudah takdirku."

***
Sama seperti halnya Tamara, Valdo juga termenung di balkon rumahnya. Dia menatap langit-langit malam yang diisi penuh dengan bintang-bintang. Dia sangat menyukai itu.

Valdo adalah salah satu pecinta langit, ketika dirinya sedang bingung dan tidak tahu harus berbuat apa dan tidak bisa bicara dengan gengnya pasti dia lebih memilih untuk menatap langit.

"Langit sangat indah, begitu juga lo, Tamara," ujarnya masih menatap langit malam. "Langit sama halnya dengan lo, jauh dan tak tergapai," tambahnya.

"Mungkin, sekarang ini, lo bagaikan matematika materi limit, susah untuk di perhitungkan."

"Semua hasilnya sama, 0/0 tetapi salah, karena hasil itu bukan yang sebenarnya. Sedangkan lo? Di saat gue mencintai lo, tapi lo ngelarang gue buat deketin lo."

Valdo tersenyum miris, hatinya kini sedang gundah- gulana. Dia bingung sekali dengan pernyataan Tamara yang membuatnya pusing tak karuan.

"Karena gue bukan Tamara."

"Tubuh ini sudah jadi milikku seutuhnya."

Valdo mengingat betul pernyataan Tamara. Ini sangat sulit untuk ia pahami. Dia bingung apa karena ini memang kenyataannya? Atau mungkin dia yang terlalu bodoh karena sudah percaya dengan semua perkataan bulshit yang Tamara katakan? "Gue harus tanyain ini semua sama Lyodra, apa sebenarnya tujuan dia pengen nabrak Tamara !"

"Besok, yah besok."

***
Pagi hari itu, Valdo pergi ke tempat di mana Lyodra di penjara. Sungguh kasihan sekali nasibnya kini, tapi memang kejahatan harus di adili agar mereka tidak semena-mena.

Valdo berjalan dengan gaya cool- nya membuat semua polisi wanita menatapnya dengan kagum. Sudah tampan anak orang kaya pula.

"VALDOOO! " teriak Lyodra ketika mengetahui siapa yang menjenguknya. Dia mencoba memeluk Valdo, namun sayang Valdo langsung menepisnya.

"Nggak usah lebay!"

Lyodra mengerjapkan matanya. "Hehe, maaf, Do. Gue kangen banget sama lo."

"Kita udah putus, Lyo. Lo harus nerima kenyataan!" tegas Valdo.

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang