20.GENGGAMAN

686 66 10
                                    

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***
Hai makasih banget yang udah baca cerita aku. Aku seneng banget kalo kalian juga vote dan komen setiap part-nya!

Semua itu sangat berarti buat aku:)

Buat kalian yang selalu nunggu up semangat ya !

***

Aku di hadapkan pilihan
Antara benar dan salah
Aku mencintai kamu
Sangat mencintai

Kamu berjalan bersamanya
Selama kamu denganku
Begitu rumitnya dunia
Hanya karena sebuah rasa cinta

Jadilah aku ,kamu,dan dirinya
Berada di dalam dusta yang tercipta
Mengapakah harus kurasa
Sepenting itu kah cintamu
Kita berawal karena cinta
Biarlah cinta yang mengakhiri

🎼Agnes Mo- Sebuah rasa🎼

Spam komen disini!

***
Malam itu, Tamara menginap di rumah sakit demi menjaga Valdo. Dia khawatir jika Valdo kenapa-napa karena semua ini adalah salahnya.

Radit dan Dino hanya pasrah menghadapi Tamara. Sikapnya sama keras kepalanya seperti halnya Valdo.

Tamara menggenggam erat tangan Valdo. Dia berharap sekali dengan seperti itu Valdo akan lekas membaik. Keadaannya kini masih di khawatirkan, karena Valdo belum juga sadar. "Aku akan selalu temenin kamu, Do. Aku akan selalu sama kamu, dan aku akan beri kamu kesempatan."

"Aku akan terima kamu sebagai pacar aku dan sebagai calon suamiku suatu hari nanti." Tamara terisak pelan. Bulir air mata mulai jatuh dari matanya.

"Kamu tahu?" tanya Tamara kepada Valdo yang masih belum sadar.

" CH3COOH itu rumus senyawa," ucapnya, "tahu maksudnya? Aku jelasin, deh!"

"CH3COOH itu adalah cuka. Aku CH3COOH kamu, maksudnya itu Aku cuka sama kamu." Tamara tersenyum miris, dengan keadaan Valdo yang sekarang. Sungguh dia sangat rindu dengan Valdo, meskipun sangat menyebalkan tapi dia lebih suka sosok Valdo yang seperti itu.

Radit dan Dino sedang mencari makan sekarang untuk mengisi perut mereka yang kosong. Apalagi Tamara, sejak kejadian tadi siang dia belum makan sama sekali.

"Kira-kira apasih yang buat Lyodra ngelakuin ini?" tanya Dino kepo. Dia berpikir dengan keras untuk mencari jawaban dari pertanyaannya barusan.

"Kayaknya dia kebakar cemburu, deh. Gara-gara Valdo lebih milih Tamara dari pada dirinya," cetus Radit ngasal.

Dino kemudian bertanya kembali. "Emang cinta itu membutakan ya, Dit?"

"Lo tanya sama orang yang tepat."  Radit membanggakan dirinya. Dia kemudian menepuk-nepuk dada bidangnya sendiri.

"Cinta itu susah di tebak," lanjutnya.

"Maksud lo gimana sih, bego?!" Dino menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Radit berdecih. "Lo yang bego!"

"Lo yang bego! Cinta susah di tebak apanya?! Buktinya gue suka sama Risya bisa di tebak."

Radit menepuk jidatnya pelan. "Bukan gitu goblok!"

Alih-alih tidak mau disalahkan. Dino mencoba mengancam Radit. "Ngegas amat sih lo, Dit! Gue tendang juga lo!"

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang