SURVIVED | 30

2K 245 51
                                    

Previous chapter:
"Jangan gegabah, jika aku masuk kembali ke penjara. Aku akan ikut membawamu masuk."
Jimin hanya tersenyum miring membaca isi pesan tersebut seolah tidak berarti apa-apa untuknya. Tidak memperdulikan, Jimin ikut berbaring di sebelah Vally dan memeluknya dari belakang. Ikut menyusul ke dalam dunia mimpi.

***

Sinar matahari menyelinap pada sela-sela gordyn kamar Vally yang masih terlihat gelap sebab hanya disinari oleh lampu tidur. Sepasang suami-istri masih berada di alam bawah sadar mereka, tampaknya, mereka sama-sama lelah setelah pertengkaran semalam yang pada akhirnya ditutup oleh makeup sex sebagai tanda bahwa pertengkaran mereka telah usai.

Vally dengan nyamannya tertidur di dalam dekapan sang suami, ia sangat lelah. Bukan hanya karena permainannya dengan Jimin setelah sekian lama, tapi menjelang matahari terbit, giliran Jiwon yang mengganggu jam tidurnya—memintanya untuk disusui. Tubuh Vally terasa remuk.

Berbeda dengan Jiwon yang merasa sudah cukup tenaga untuk mengawali hari. Bayi itu terbangun dari tidurnya dan memulai untuk mengeluarkan suara yang dijadikan sebagain alarm untuk kedua orang tuanya setiap pagi, tepatnya untuk sang ibu.

Samar-samar indera pendengaran Vally menangkap tangis Jiwon yang sangat memekik, ia mengerang lalu mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum berusaha menggerakan tubuh pegalnya. Gerakannya terbatas akibat lengan kekar Jimin yang bertengger pada pinggangnya. Dengan susah payah ia menyingkirkan lengan tersebut dan segera menghampiri Jiwon.

"Ssst, sst, Mommy is here." Ujarnya dengan suara berat khas orang baru bangun tidur. Vally mengangkat tubuh Jiwon ke dalam dekapannya dan mengusap lembut punggungnya. Langsung saja tangisannya menghilang saat sudah mendapat posisi nyaman di dalam pelukan ibunya. "Selamat pagi, anak tampan." Sapa Vally sambil tersenyum kepada Jiwon yang menatapnya dengan mata yang masih terdapat sisa-sisa air mata, lantas Vally menghapusnya dengan ibu jari.

Tiba-tiba Jiwon mengeluarkan racauan yang hanya dimengerti oleh bayi. Vally tertawa melihat tingkah lucu Jiwon tidak tahan untuk segera memborbardir seluruh wajah Jiwon dengan kecupan. Setelahnya Vally keluar kamar, memberikan Jiwon pada Bibi Rin untuk dimandikan sementara ia membuat sarapan untuk Jimin.

Vally membuatkan roti panggang, telur mata sapi, dan juga bacon untuk pagi kali ini. Setelah semuanya siap, Vally kembali ke kamarnya untuk memanggil Jimin. Namun ternyata pria itu masih bergelut dengan selimut seraya memeluk bantal dengan posisi yang membelakangi dimana Vally berdiri. Hanya tersisa 30 menit lagi sebelum Jimin harus ke kantor, tapi ternyata ia sama sekali belum siap.

Kedua tangan Vally bertumpu pada pinggang, berjalan ke arah Jimin seraya menggelengkan kepalanya. "Hey," tegurnya lembut, menepuk pundak Jimin yang sama sekali tidak memberikan respon. Berkali-kali Vally berusaha membangunkan dengan cara lembut namun tidak berhasil. Berbanding terbalik, dengkuran halus yang didapatkan Vally.

Membuat kesabarannya habis, terpaksa kali ini Vally mengguncang tubuh Jimin dengan penuh tenaga. "Bangun, sleepyhead!" Omelnya. Jimin yang terganggu pun menggeram kesal dan membalikan tubuhnya dengan mata yang masih tertutup rapat. Vally memutar bola matanya sebal dan berusaha menarik selimut putih tebal yang membalut tubuh Jimin namun gagal karena Jimin lebih kuat memegangnya.

"Eung?" Erang Jimin dengan mata yang hanya terbuka salah satunya dengan muka yang polos dan sedikit membengkak seperti orang baru bangun tidur pada umumnya. Namun bagi Vally tetap saja suaminya itu pria yang paling tampan di dunia mengalahkan Michele Morrone atau Scott Eastwood sekalipun.

SURVIVED [end]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें