SURVIVED | 10

3K 275 118
                                    

Previous chapter:
"Karena..." Jimin menggantung kalimatnya lalu tersenyum nakal.

"Kau terlihat lebih menggoda." Lanjutnya sambil mengelus lembut paha Vally.

Sementara Vally berdecih sebal karena Jimin selalu saja menuju sebuah kemesuman. "Huh, sudah simpan saja bualanmu. Aku lapar ingin makan malam."

***

Setelah makan malam, Jimin langsung tertidur pulas di samping Vally yang masih terjaga. Sepertinya pria itu sangat kelelahan, terlihat dari wajahnya yang sangat terlelap. Juga terdapat lingkaran hitam di bawah matanya.

Tangan Vally tergerak untuk merapihkan rambut Jimin yang berantakan dengan pelan agar tidak terbangun sementara matanya sibuk memandangi wajah Jimin yang tenang. Jemarinya mulai menyusuri wajah tampan Jimin, mulai dari dahi, perlahan turun ke mata Jimin yang tertutup sangat rapat. Jika saja mata kecil tersebut sedang terbuka, pastinya Vally tidak sanggup untuk memandangi wajah Jimin sedekat ini. Pasti dia sendiri yang salah tingkah.

Setelah puas dengan mata Jimin, jemarinya kembali turun ke hidung mungil suaminya itu yang dimana hidung Vally jauh lebih mancung. Vally terkekeh sendiri memperhatikan hidung Jimin yang sering kali mendusel nakal di area lehernya.

Matanya melirik ke pipi Jimin yang sedikit tembam membuatnya gemas hingga meletakan telunjuknya di atas pipi itu dan menekannya. Jimin yang merasa tidurnya terusik sedikit menggerakan tubuhnya namun beberapa detik kemudian kembali tertidur.

Vally menutup mulutnya sendiri menahan tawa. Ia menarik napas kemudian dihembuskan perlahan lalu kembali memperhatikan wajah Jimin. Sekarang tepat pada bibir. Bibir yang kerap kali membuatnya melayang hingga ke langit ke tujuh.

"Tebal sekali," ucapnya pelan sambil membelai pelan benda kenyal tersebut. Lalu dengan nakalnya, Vally juga mengecup bibir Jimin singkat sebelum beralih melihat yang menunjukkan pukul 11 lebih 55 menit. Sebentar lagi pergantian hari dan tandanya hari ulang tahun Jimin sudah tiba. Lantas ia bangun dari tempat tidur dengan hati-hati kemudian turun ke lantai bawah.

Sampainya di dapur, ia berjalan mendekati lemari pendingin untuk mengambil kue yang telah ia siapkan untuk Jimin. Sebuah kue coklat yang terdapat buah strawberry di atasnya, kesukaan Jimin. Untung saja Jimin tidak membuka lemari pendingin tadi.

Ia mengeluarkan kue lalu diletakkan di atas meja pantry dan mengambil lilin berbentuk angka tiga serta nol. Ditancapkannya lilin tersebut di atas kue sebelum dinyalakan.

Dengan hati-hati, Vally membawa kue tersebut ke kamar mereka yang gelap karena hanya lampu tidur yang menyala. Bersama kue yang ia pegang, Vally duduk di samping Jimin yang masih tertidur pulas. Sampai sebuah alarm di ponsel Vally berdering nyaring tepat dipukul 12 malam.

Jimin yang terganggu, lantas terbangun untuk mematikan suara yang telah mengganggu tidur nyenyaknya. Namun, ia terkejut saat melihat Vally yang duduk tepat di depannya bersama kue yang ia pegang.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday... My Husband... Happy birthday Jimin..."

Senyuman Jimin mengembang sangat lebar hingga kedua matanya tenggelam dan membentuk seperti bulan sabit ketika mendengar suara merdu Vally menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Ia bangun dan duduk berhadapan dengan Vally yang juga tersenyum manis.

SURVIVED [end]Место, где живут истории. Откройте их для себя