SURVIVED | 15

2.5K 222 49
                                    

Previous chapter:
Vally menghembuskan napasnya pelan, "memikirkan tentang pembangunan kampus?" Jimin tidak bergeming selama beberapa saat sebelum menggerakan kepalanya ke atas dan ke bawah dengan ragu. Demi Tuhan, Vally tahu Jimin tengah berbohong saat ini. "Semuanya akan berjalan dengan baik. Suamiku ini sangat hebat, jadi jangan khawatir, hmm?" Namun hanya itu yang bisa ia keluarkan dari mulutnya sambil mengusap lembut pipi Jimin.

***

Waktu makan siang yang sedari tadi Vally tunggu-tunggu akhirnya datang menghampirinya juga Choi Wuri yang sedang berada di ruangannya.

"Ah, aku lapar sekali." Gumam Vally sambil mengelus perutnya. Wuri tertawa dan ikut meletakkan tangannya di atas perut Vally.

"Sekarang waktunya baby minta makanan apa pun yang kau inginkan pada ibumu." Candanya membuat Vally tertawa. Tangannya mengeluarkan ponsel lalu membuka aplikasi order makanan.

"Tiba-tiba aku ingin bibimbap," tangannya bergerak untuk mencari makanan yang inginkan. "Dan juga mandu." Saat sudah di dapat, ia segera memasukkan menu makanan itu ke dalam keranjang virtualnya.

"Kau ingin apa? Aku yang traktir." Tanyanya pada Wuri lalu menyerahkan ponselnya agar lebih mudah memilih menu yang diinginkan.

"Hmm, aku ingin jjajangmyeon." Wuri kembali menyerahkan ponselnya pada Vally. "Terimakasih banyak, eonni!"

"Kita lahir di tahun yang sama," ucap Vally tak terima.

"Tapi kau lebih tua 5 bulan dariku."

"No! Aku merasa begitu tua jika dipanggil eonni olehmu."

"Iya-iya, Vally sang ibu hamil. Aku tidak akan memanggilmu eonni." Vally tersenyum kemenangan dan kembali fokus pada ponselnya untuk menyelesaikan proses transaksi.

"Baiklah, aku akan memesannya sekarang."

Sambil menunggu pesanan mereka datang, keduanya mengobrol. Tak jarang Wuri bertanya seputar kehamilannya. Pasalnya Wuri itu masih lajang, dan ia sangat penasaran dengan bagaimana rasanya hamil.

"Lalu... proses pembuatan babynya seperti apa?" Bola mata Vally berputar, sebal dengan pertanyaan yang dikeluarkan oleh Wuri. Tapi ia tahu Wuri hanya menggodanya saja.

Baru saja ingin menjawab pertanyaan Wuri, suara dering ponselnya Vally menginterupsi. Ia fikir itu dari orang yang mengantar pesanannya, tapi ternyata itu Jimin. Tanpa pikir panjang, ia segera memencet tombol berwarna hijau pada layar ponselnya. "Hallo?" Sapanya.

"Hey, kau sudah makan siang?" Tanya Jimin di seberang sana.

"Aku sedang menunggu makananku datang. Aku makan di kantor bersama Wuri. Bagaimana denganmu?" Jimin tersenyum disana, setidaknya Vally tidak makan di luar. Jadi kekhawatirannya sedikit berkurang.

"Aku di jalan menuju restoran dengan klien. Baiklah, kalau begitu ingat jangan sampai kelelahan, ok? Aku akan menjemputmu nanti, love you babe."

"Okay, love you too." Balasnya malu-malu sebelum memutus sambungan telfon—sebab ada Wuri di sampingnya.

Mata Wuri memicing ke arah Vally dengan tatapan menggoda, "love is in the air!" Ucapnya dengan tangan dibentuk menyerupai hati di atas kepalanya.

SURVIVED [end]Where stories live. Discover now