SURVIVED | 11

2.9K 237 38
                                    

Previous chapter:
Jelas Jimin lalu menarik tubuh Vally kepelukannya. "Selamat tidur, terimakasih untuk segalanya yang telah kau berikan. Aku mencintaimu, kemarin, sekarang, besok, dan selamanya." Lanjut Jimin sebelum mendaratkan ciumannya tepat di kening Vally selama beberapa saat.

***

Pagi ini, Jimin terbangun dengan segala perasaan senang yang terlalu menumpuk, bahkan berlebihan. Semalam adalah malam terindah dari sekian banyak malam yang juga terindah ia telah lewati dengan Vally. Semuanya terasa begitu sempurna hingga Jimin pun bingung bagaimana caranya menyusun semua ucapan bersyukur.

Kehamilan Vally adalah hadiah terbaik yang ia dapat sepanjang ulang tahunnya. Sejak kecil pria itu selalu diberi apa yang ia inginkan, tanpa harus memohon—apa pun yang ia ingin hari, maka keesokannya ia akan mendapatkan itu. Tidak perlu menunggu hari ulang tahun atau hari natal untuk mendapat sebuah hadiah, karena kapan saja kedua orang tua yang sangat menyayangi Jimin sanggup untuk memberi segalanya bagi anak pertamanya itu.

Mungkin itu lah yang dirasakan semua anak yang terlahir dari keluarga kaya raya. Setiap hari selalu disuapi dengan sendok emas.

Meski begitu, Jimin tidak terlena dengan semua fasilitas fantastis nan mewah dari orang tuanya. Terbukti dengan kegigihannya dalam belajar semasa sekolah dulu—tak pernah ia keluar dari lingkaran peringkat 3 besar di kelas. Kejeniusan dan ketekunan yang ia miliki membawa kesuksesan besar hingga kini.

Namun, manusia tetaplah manusia dan boys will be boys. Jimin juga tidak absen dalam hal kesalahan. Di dunia ini ada dua tipe manusia yang berada di gelapnya ruang kesalahan. Yakni; dia yang bertahan di dalam lubang hitam selamanya dan dia yang bangkit dari dalam lubang hitam tersebut. Dapat disimpulkan, Jimin ada di posisi yang kedua. Dia berhasil bangkit dari kesalahan yang ia perbuat sendiri.

Apa yang selama ini Jimin tidak miliki?

Ketampanan? Tak perlu diragukan lagi, semua kaum hawa memuja sosok Park Jimin. Tiap kali wajahnya muncul di dalam sebuah majalah, majalah tersebut akan habis dalam hitungan jam.

Harta? Jika Jimin menjelaskan tentang kekayaan yang telah ia miliki selama ini, mungkin kalian yang mendengarnya akan terbelak kaget. Berbagai macam aset telah ia miliki, dari properti seperti apartment, penthouse, mansion, villa dan lainnya. Jangan lupakan juga berbagai macam jenis kendaraan yang ia miliki, mobil mewah, mobil sport, jet pribadi, juga yang lainnya. Serta saham yang ia tanam dibanyak perusahaan. Tentu saja, dalam seperkian detiknya, uang terus mengalir ke dalam rekening Jimin.

Tahta? Semua penjuru Korea Selatan bahkan dunia tahu bahwa Jimin seorang pengusaha sukses di beberapa cabang bisnis. Tak perlu diragukan lagi tentang jabatan yang ia miliki.

Sekarang, Jimin mempunyai Vally juga buah hati mereka yang sedang tumbuh dalam rahim istri tercintanya. Jelas, kehidupan Jimin begitu sempurna, terlampau sempurna. Kebutuhan cinta, sayang, dan kepemilikan telah ia dapat. Tidak hanya tentang sesuatu yang bisa dibeli dengan uang.

Ketika kebutuhan fisiologi, juga kebutuhan keamanannya sudah Jimin dapat. Sekarang Jimin mendapat kebutuhan cinta, sayang, dan kepemilikan. Sebuah kebutuhan yang dicari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Setidaknya itu kata Abraham Maslow— seorang ilmuwan yang Jimin baca hasil tulisannya, A Theory of Human Motivation.

Sebuah senyuman tergambarkan jelas di wajah baru bangun tidur Jimin kala melihat wajah Vally yang masih tertidur pulas dengan tenang di atas dadanya. Wajahnya sangat cantik, membuat Jimin tidak bosan menatapnya. Tanganya merengkuh pinggang Vally untuk semakin rapat dengan tubuhnya, memberi usapan lembut naik turun.

SURVIVED [end]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon