Epilog

685 35 0
                                    

Satu tahun telah berlalu. Kini Anza sudah resmi berubah tingkat menjadi mahasiswa. Anza sekarang juga sudah di terima di universitas yang dia idamkan dan mengambil jurusan kedokteran disana.

University of Heidelberg. Universitas yang kini menaungi Anza. Tak asing ya mendengarnya? Tentu saja, itu adalah kampus yang menaungi Daven selama dua semester ini.

Anza yang tadinya ingin kuliah di UGM tak jadi karena Anza lebih memilih kuliah di Jerman dan menghabiskan waktu beberapa tahun disana bersama dengan cowok itu.

Anza sudah tiba di Jerman dari beberapa hari yang lalu. Gadis itu kini tinggal di sebuah apartemen yang di belikan orang tua Daven sebagai hadiah untuk dia tinggali bersama dengan cowok itu.

Tukar cincin alias tunangan sudah di lakukan sesaat sehari setelah Anza datang ke Jerman bersama dengan keluarganya. Kejadian bersejarah itu turut di hadiri keluarga Daven, termasuk Opa dan Omanya juga beserta kerabatnya yang lain yang tinggal di Jerman. Kabar tunangan Daven dan Anza pun saat itu jadi hot news di platform berita gossip di SMA Galaksi, sekolahnya terdahulu.

Kedua keluarga itu sudah setuju kalau mereka tinggal bersama, berdua di apartemen. Lagi pula di apartemen itu ada dua kamar terpisah dan tentunya apartemen itu dekat dengan rumah milik Uncle dan Auntie Daven, jadi mereka akan sering-sering di awasi nantinya. Lagian ya, mereka berdua itu kuat iman, jadi tak mungkin lah akan kejadian sesuatu yang tidak-tidak.

***

Satu jam yang lalu, Daven dan Anza pergi keluar berjalan kaki untuk pergi ke minimarket. Mereka pergi memakai mantel tebal karena kebetulan disini cuaca sedang dingin.

Mereka berdua pergi ke minimarket untuk belanja beberapa kebutuhan yang kebetulan habis. Setelah merasa itu cukup, troli yang di dorong Daven kemudian di bawa ke depan kasir untuk di bayar.

"Der Preis ist alles fertig 28,32 Euro." ucap kasir itu dengan bahasa Jerman, jika di translate ke bahasa Indonesia yaitu: Harga semuanya jadi 500 ribu rupiah.

"Ah, 28,32 Euro. Warte bitte eine Minute," kata Daven membalas kasir itu yang kalau di artikan yaitu: Ah, 500 ribu. Sebentar ya.

Daven mengeluarkan beberapa lembar uang Euro dan memberikannya ke kasir.

"Danke und Tschüss, hoffentlich bald zurück." kasir laki-laki itu sambil memberi dua kantong kertas berukuran besar pada Daven. Kata kasir itu dalam bahasa Indonesia: Terimakasih dan sampai jumpa, semoga segera kembali lagi.

"Ja, gern geschehen." kata Daven sambil menerima dua kantong kertas itu dan membawanya. Dalam bahasa Indonesia: Iya, sama-sama.

Daven langsung mengajak Anza keluar dari minimarket tersebut. Mereka berdua berjalan bersama beriringan seperti kembali lagi saat masa awal pacaran dulu dengan tangan yang berbeda ukuran itu saling menggenggam.

"Kamu mau beli kopi dulu di cafe depan nanti?" tanya Daven di sela-sela perjalanannya menuju apartemen, memberi tawaran kepada si gadis. Apakah ingin membeli kopi?

Aksen yang di gunakan sekarang pun sudah berubah. Dari yang tadinya 'gue-elo' dan 'kak' menjadi 'aku-kamu' karena sesaat setelah resmi tunangan mereka berdua memutuskan untuk memakai kosa kata ini. Mungkin menurut orang istilah 'aku-kamu' terdengar baper, tapi menurut mereka ini lebih formal dan enak di dengar dari pada 'gue-elo' yang terkesan biasa aja dan 'kak' yang terkesan kaku.

"Gak usah, nanti aku bikin susu hangat aja kalo sampai apartemen." tolak Anza dengan halus.

Tak perlu waktu lama, hanya butuh waktu 10 menit berjalan kaki dari apartemen menuju minimarket tadi. Sekarang Daven dan Anza sudah berada di depan pintu apartemen. Anza terlihat sedang memasukkan kode pintu untuk masuk dan Daven masih setia memegangi dua kantong kertas itu.

DEARANZA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang