28 - Rentan Terluka

1.1K 51 1
                                    

"Gue bukan wanita yang pandai menyembunyikan rasa, gue hanya wanita biasa yang rentan terluka."
- Anza




Happy Reading

Anza pergi ke salah satu gudang yang ada di rumah sakit dan mengunci gudang itu dari dalam. Dia duduk bersandar di belakang pintu sambil terus menerus memeluk lutut kecilnya.

Jangan tanya seberapa dia kecewa dan seberapa dia terluka. Semua yang terjadi sekarang menurutnya adalah salah dia. Dia menyalahkan dirinya sendiri. Tolong dia bukan wonder woman yang tidak akan tersakiti bila terus-terusan di salahkan. Dia juga manusia, punya hati dan akan terluka jika terus-menerus di sakiti.

***

Langit sudah berganti menjadi gelap. Waktu juga sudah menunjukkan pukul 7 malam. Anza keluar dari gudang tersebut dan kembali pergi menyusuri lorong rumah sakit untuk bertemu dengan sang pujaan hati--- Daven.

Ketika sampai di sana, Anza melihat dari pintu yang sedikit terbuka masih ada kedua sahabat dari kekasihnya itu yang sedang menunggu. Tangannya sudah gemetaran memegangi celana jeans yang di kenakannya, ia ragu-ragu untuk masuk apalagi tadi sudah di bentak mati-matian oleh Abay.

Anza mencoba menenangkan pikirannya. Matanya memejam, di hirupnya kuat-kuat oksigen yang ada di udara untuk kembali di hembuskan, mencoba mencari kekuatan dan... lima detik kemudian ia membuka matanya, mengangguk kuat lalu mulai melangkahkan kaki untuk masuk ke ruangan itu.

Bau khas kamar rumah sakit mulai tercium menyengat dan saat itu pula tatapan dua orang di dalam tampak mencekam. Ia kembali di suguhi langsung oleh bentakan salah satu cowok disana, Abay.

"NGAPAIN LAGI LO KESINI, HAH?" bentak Abay saat menyadari kedatangan Anza.

"Bay, gak baik lo kasar sama dia." kata salah satu cowok disana--- Ravis, sambil menepuk pundak Abay mencoba menenangkan emosi cowok itu.

"Aku cuma mau lihat Kak Daven sekali aja. Izinin aku buat ketemu dia sebelum aku mutusin buat pergi jauh dari kehidupannya. Aku mohon izinin aku..." kata Anza sambil memohon dengan penuh arti di hadapan kedua cowok itu.

Abay memalingkan wajahnya dari Anza. Sebenarnya dia merasa iba terhadap gadis ini. Namun egonya yang lebih besar dari rasa ibanya membuat dia kembali bersikap keras terhadapnya.

"Lo masuk aja, Za. Lagian Daven lebih butuh lo kok..." kata Ravis mempersilahkan Anza untuk lebih masuk lagi ke dalam, kemudian setelahnya ia pergi mengajak Abay keluar demi untuk membiarkan kedua sejoli itu di dalam sana.

"Makasih, Kak..." kata Anza. Kemudiam ia masuk dan mulai duduk di kursi yang tersedia di sisi bangsal milik Daven. Daven memejamkan matanya, ia sedang tidur. Anza, gadis itu perlahan dengan begitu hati-hati mengambil alih tangan Daven dari atas perut cowok itu, ia menggenggam kuat-kuat.

"Sebelumnya aku minta maaf sama Kakak. Kakak kayak gini semua karena salah aku. Aku tau Kak Abay ngebentak aku karena itu emang murni salah aku sendiri. Aku pacar Kakak dan aku dekat sama cowok lain, tapi apa salah aku dekat sama sahabat kecil aku sendiri, apa aku salah? Tolong Kak, aku juga manusia sama kayak yang lain, mudah rapuh, manusia yang bakal sakit kalo terus-terusan di salahin."

"Apa salah aku segede itu sampe semua orang tiba-tiba langsung ngejudge aku? Ternyata benar ya kata Kak Tania, aku itu murahan pantesan Kak Abay jijik lihat aku sekarang..." kata Anza yang tak kuasa lagi menahan air matanya untuk menangis dan sekarang bekas-bekas air mata itu sudah turun dan membekas di baju pasien yang di kenakan Daven saat itu.

DEARANZA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang