52 - Absurd

671 31 2
                                    

Pagi ini adalah jam pelajaran olahraga untuk kelas XII IPA 4.

"SEMUANYA SEGERA KE LAPANGAN. DITUNGGU SAMA PAK KATRO!" Teriak salah satu siswa dari arah luar kelas.

"Dimana si Abay?" Tanya Daven kepada Ravis disebelahnya.

Ravis yang mendengarnya hanya merespon dengan mengangkatkan bahunya tanda bahwa dirinya tidak tahu. "Mungkin dia udah mangkal kali di lapangan," katanya.

"Mungkin..." sahut Daven.

"Yaudah lah langsung cus ke lapangan aja."

Daven mengangguk.

Setibanya dilapangan, mereka berdua masih tetap tidak menemukan keberadaan Abay.

"Dimana? Gak ada?" Daven masih bertanya-tanya.

"Apa dia udah niat bolos?" Ravis balik bertanya.

"Ah mana mungkin? Lo tau sendiri si Abay mana mungkin saat pelajaran olahraga kayak gini bolos."

"Tapi buktinya dia gak ada, ngilang dari tadi pagi dan gak tau dimana."

"DAVEN, RAVIS!" Teriak seseorang dari arah belakang.

Daven dan Ravis yang merasa namanya disebut dengan langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Huh... capek banget gue." Kata seseorang itu yang tak lain adalah Abay dengan nafas yang terpenggal-penggal.

"Abis dari mana lo, nyet?" Ketus Ravis dengan nada sedikit meledek.

"Gue abis disuruh bantuin Bu Keke bawain lukisan-lukisan ke ruang seni. Gila lukisannya banyak banget sampe gue harus bolak-balik terus dari tadi..." kata Abay dengan serius.

"Oh..." ucap Daven singkat.

"Dikira gak capek apa gendong lukisan-lukisan sebegitu banyaknya!" Kesal Abay.

"Ya siapa suruh lo mau?" Daven menyahuti lagi.

Abay hanya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal sembari memperlihatkan senyuman tidak berdosanya.

"Pantesan lo gak balik lagi ke kelas. Gue kira lo bolos..." kata Ravis lagi.

"Sialan lo! Ya kali gue bolos sih di pelajaran olahraga!" Kesal Abay.

"Ya kali aja gitu."

***

Satu jam pelajaran olahraga telah selesai. Daven dan yang lainnya langsung bergegas pergi ke kantin untuk menghilangkan haus dahaganya.

"Ngapain sih, Bay?" Tanya Ravis keheranan ketika melihat Abay tengah sibuk mengangkat tangannya ke atas yang kebetulan juga tengah memegangi ponselnya.

"Lagi nyari sinyal gue..." sahut Abay tanpa menoleh ke arah Ravis dihadapannya.

"Emang sinyal lo kenapa?" Ravis bertanya lagi.

"Jelek," ucap Abay singkat, padat dan jelas.

"Gue nanyanya sinyal bukan muka."

Abay yang mendengarnya dengan langsung menatap Ravis dengan malasnya. "Sialan lo!" ucapnya ketus.

Daven yang sedari tadi hanya menyimaknya pun ikutan tertawa kecil disela-sela tengah asiknya menyeruput cairan orange di depannya.

Abay langsung memasukkan ponsel miliknya ke dalam saku seragamnya setelah itu. "Gue cuma mau ngingetin ya sama kalian berdua..." katanya.

"Apa?" Tanya Daven dan Ravis bersamaan.

"Jangan lupa kalo mau berbuat jahat ke orang sambil goyangin bahu."

DEARANZA (Completed)Where stories live. Discover now