50 - Sebuah Pengabaian

700 28 0
                                    

"Gue pamit balik, Za." Ucap Daven mewakili dari kedua sahabatnya dan adiknya untuk berpamitan.

Anza mengangguk. "Makasih ya, hati-hati dijalan." Katanya.

Daven mengangguk lalu Daven pun ikut berjalan pergi keluar dengan diikuti oleh Ravis dan Abay serta tidak lupa juga Arland.

Selang beberapa menit setelahnya. Zara, Vanya dan Debi juga ikut berpamitan.

"Kita balik ya, Za? Udah mau malem juga soalnya..." kata Zara yang langsung diangguki oleh Vanya dan Debi.

"Kenapa gak nginep aja sih kalian?" Tanya Anza keheranan.

"Yah, Za. Maaf... gue malam ini ada acara keluarga juga jadi gak bisa nginep deh." Kata Vanya.

"Gue juga malam ini harus jagain Mami. Mami gue lagi kurang fit," kata Zara.

"Gue juga malam ini harus pergi ke rumah sakit nengokin nenek gue yang lagi dirawat," kata Debi menimpali.

"Yaudah deh kalo gitu, gue juga gak bisa maksa lo pada." Lirih Anza terlihat sendu.

"Next time kita pasti bakal nginep kok, Za. Lo tenang aja," kata Vanya sembari merangkul bahu Anza untuk meyakinkan.

Anza mengangguk seraya tersenyum. "Hati-hati ya," ucapnya kepada ketiga sahabatnya yang akan bergegas pulang.

"Iya, kita balik!" Teriak Debi ketika berada diambang pintu.

"Assalamu'alaikum!" Ucapan salam ketiganya sebelum benar-benar menghilang dari edaran mata Anza.

Anza menghembuskan nafasnya gusar ketika melihat ke sekeliling rumahnya yang mulai kembali terasa sepi.

"Huft... sepi lagi rumah ini..." desis Anza kesal.

Anza kini tengah membereskan sisa-sisa makanan diatas meja makan untuk dia bawa ke dapur. Tapi saat akan mengangkat piring-piring itu, Anza merasa keberatan sampai-sampai akan terasa jatuh. Tetapi lama-kelamaan Anza akhirnya merasa ringan karena ada sebuah uluran tangan yang bersedia membantunya untuk membawakan piring-piring itu ke arah dapur.

"Biar gue bantu..." kata orang itu yang tidak lain adalah Juan.

"Juan!" ucap Anza.

Juan mengangguk.

Setelah mereka membereskan semua yang ada diatas meja makan. Mereka langsung menidurkan diri mereka diatas sofa ruang tamu rumah Anza.

"Huft..." ucap keduanya berbarengan dan kemudian tertawa bersama.

"Oh iya, Juan. Kenapa tadi sore lo gak kesini?" Tanya Anza mengintrogasi.

"Oh itu, maaf ya. Emang si Zara gak bilang sama lo kalo gue gak bisa dateng ya?" Juan balik bertanya.

Anza menggeleng.

"Dasar si Zara sialan!" Gerutu Juan. "Gue tuh sebenernya emang mau datang kesini, tapi Papa gue nyuruh gue nemenin dia diacara meeting nya kali ini. Ya awalnya juga gue udah nolak, tapi Papa bilang meeting ini penting banget buat perusahaannya, jadi gue gak bisa buat bilang nggak sama Papa." Lanjutnya.

Anza hanya manggut-manggut mendengar pernyataan dari Juan barusan.

"Gue punya surprise buat lo. Lo mau ikut gue pergi sekarang?" Ajak Juan yang mulai duduk dengan posisi menghadap Anza.

Anza beranjak dari posisinya dan juga mulai duduk menghadap ke arah Juan. "Gue mau!" Seru Anza dengan antusiasnya.

"Yaudah gih sana lo mandi dulu, ganti baju dulu, dan jangan lupa dandan secantik mungkin." Kata Juan.

DEARANZA (Completed)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum