20. A Million dream

131 8 0
                                    

Selesai juga akhirnya presentasi hari ini yang ternyata sangat-sangat mudah untuk dijalani, meski Kirea yang membacakan materi tapi dia sama sekali tak kesusahan atas bantuan Ian di sampingnya. Saat sesi pertanyaan, Ian menuliskan jawabannya di selembar kertas lalu menyuruh Kirea membacakannya sehingga guru di kelas tersebut kagum pada Kirea. Ian benar-benar bisa diandalkan dengan sangat baik.

Bulan depan, ujian semester yang terlihat mengerihkan akan tiba. Waktu begitu cepat berlalu. Untuk saat ini Kirea sudah belajar dengan cukup atas bantuan teman-temannya. Kalau waktu itu dia mati-matian berusaha masuk ke peringkat unggulan karena neneknya, sekarang dia ingin masuk ke peringkat unggulan karena kemauannya sendiri.

Ega lagi-lagi tengah melukis, dia melukis setangkai bunga matahari yang dipetiknya di taman sekolah saat pulang sekolah. Sebenarnya hal itu termasuk merusak lingkungan. Tumbuhan juga makhluk hidup yang seharusnya dilindungi dengan baik. Ya mau bagaimana lagi.

"Perpus yuk," ajak Yunji yang terlihat baru kembali sedari pulang sekolah. Peringkat unggulan punya kelas tambahan setiap hari kamis dan sabtu.

Kirea melirik ke arah si Yunji. "Ganti dulu kali baju lo," serunya.

"Tau nih Yunji, gak sabar banget kayaknya mau baca buku," sahut Ega pula.

Yunji bergegas mengganti bajunya. Benar yang dikatakan Ega, kemarin dia belum selesai membaca novel yang dibacanya karena seorang Karsa yang mengganggu fokusnya dengan ocehan yang tak kelar-kelar.

Saat hendak menyisir rambutnya, Yunji melirik ke meja belajar Ega yang menunjukkan lukisan wajah seorang cowok, Yunji mengambil lukisan tersebut. "Ini Kak Karsa, Ga?" Yunji menunjukkan kertas tersebut pada Ega.

Ega mengangguk. "Kemaren gue buat, pas di sana gue buat sketsanya dulu sambil liatin kak Karsa terus tadi malem baru gue sempurnain."

Yunji tak membalas apa-apa lagi dan menaruh kembali kertas tersebut pada tempatnya.

Kemudian mereka akhirnya pergi juga ke perpustakaan.

***

Aroma buku-buku terasa amat menenangkan. Yunji sudah mengambil novelnya yang semalam, Ega mengambil komik, dan Kirea tak mengambil apa pun. Mereka langsung menuju ke lantai dua di tempat mereka biasanya.

Dua orang cowok sudah duduk menunggu mereka di sana, padahal tak ada rencana apa pun hari ini.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Yunji dengan ketusnya.

"Belajar," jawab Karsa.

Ian mempersilahkan Kirea duduk di sampingnya, Kirea tersenyum dan berucap terima kasih. Rasa suka Ian terlihat sangat jelas.

Beberapa waktu kemudian akhirnya mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Yunji membaca novel, Ega membuat sketsa mengikuti komik yang dilihatnya, Ian dan Karsa membantu Kirea belajar, dan Ian menggeletakkan kepalanya tertidur.

Oh, Ian bukannya tertidur, dia tengah berpikir keras sambil mengetuk-ngetukkan pena ke kepalanya.

"Ian, lo kenapa sih dari tadi, keliatannya gelisah gitu?" tanya Kirea yang khawatir.

Ian tersenyum. "Gue lagi bingung banget sama masa depan gue, cuy. Gue kayak gak punya tujuan hidup gitu," ucapnya, tiba-tiba saja dia memikirkan masa depan.

Kire menghela. "Sama sih, gue juga gak tau tujuan setelah gue lulus sekolah ini tuh apa," balas Kirea.

Bukan ajang adu nasib atau apa, tapi mereka benar-benar tak tahu tentang tujuan selanjutnya. Bingung, ya seperti mengikuti alur saja mau kemana sembari usaha tipis-tpis. Berada di fase yang seperti ini benar-benar menakutkan aslinya. Semua orang sepertinya pernah berada di fase ini, ya 'kan?

MEMANUSIAKAN MANUSIA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang