09. Usikan Egoisme

149 23 7
                                    

Sudah seminggu berlalu. Dia masih terbayang-bayang akan tulisan yang dibacanya di ruangan UKS pagi itu. Dia bertahan dari semua kalimat menyakitkan dan destruktif yang masih tersisa dalam kepalanya. 

Nirmala tak pernah datang lagi. Kirea memanggi Nirmala pun tapi dia tetap tak ada. Nirmala benar-benar marah kepada Kirea.Kirea jadi merasa bersalah. Mereka memang sering berdebat, tapi mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Kirea juga tak ingat kapan pertama kalinya mereka mulai berteman. 

"Nirmala ... kamu dimana?"Nirmala akhirnya datang dengan bertopang dagu, dia cemberut.

 "Aku mau kamu gak sekamer lagi sama Ega dan Yunji. Kamu sendiri aja!" 

Kirea menggeleng cepat. "Gak bisa, Nirmala. Aku bukan peringkat unggulan, dan aku juga gak mau jauh dari Ega dan Yunji. Mereka temen aku, sama kayak kamu." 

Melipat kedua tangannya di pinggang. "Tapi akhirakhir ini kamu lebih deket sama mereka ketimbang sama aku," gerutunya kesal. 

Kirea melirik Nirmala sambil menunjuk wajahnya. "Kamu cemburu ya? Cieee," godanya.

"Terserah kamu deh, kalo kamu terus-terusan sama mereka. Biar aku yang pergi," ancam Nirmala. 

 Itu membuat Kirea pusing setengah mati. Ayolah Nirmala! Berpikir yang lebih positif. Masalah yang Kirea hadapi sekarang sudah sangat memuakkan, jangan ditambah lagi. Dari dulu sampai sekarang keras kepalanya tak pernah berkurang. 

Kirea menghela gusar. "Nirmala, jangan kekanak-kanakan kayak gini dong! Kalo kamu maunya aku cuman boleh temenan sama kamu doang, berarti kamu egois," ucap Kirea dengan nada yang ditekankan. 

Nirmala juga tambah kesal. "Iya, aku emang egois," pekik Nirmala. 

Kirea melemparkan sebuah tumpukan bukunya ke lantai karena emosi. "Ah, kamu ini nyebelin banget, sih! Buat orang pusing aja! Kamu tuh gak kayak Nirmala yang aku kenal biasanya, udah deh biar aku aja yang pergi," tegas Kirea kembali membuat Nirmala panik sendiri. 

Diantara keributan tersebut Yunji dan Ega muncul. Akhir-akhir ini Kirea seperti sibuk sendiri, wajahnya selalu murung dan lesu. Mereka jadi penasaran kepadanya."Lo marah-marah kenapa, sih?" Ega berjalan dari arah pintu menghampiri Kirea, disambut juga dengan Yunji yang melipat kedua tangannya di atas perut. Kirea menggeleng cepat setelah Ega mengusap pundaknya. 

"Gue gak apa-apa, cuman pusing aja kebanyakan belajar."Belajar apanya, bullshit."Wah, rajin banget. Kayaknya semester depan lo bisa deh masuk ke peringkat unggulan," tebak Ega, dia membuka buku catatan Kirea, dia sedikit kagum pada soal matematika sulit yang terselesaikan di sana. Padahal itu Karsa yang mengerjakan.Kirea jadi malu-malu tapi tak menyanggah tentang soal matematika itu. 

"Gak mungkin lah, gue mah gak pinter.""Orang yang pinter gak pasti rajin tapi orang yang rajin pasti pinter." Ega menaruh kembali buku catatan Kirea ke atas meja. 

"Gak juga, hehe." Kemudian, Yunji melirik ke buku-buku di samping kiri Kirea yang berserakan di lantai. Mereka juga baru sadar akan hal itu. Buku itu berserakan karena emosi Kirea pada Nirmala tadi. 

Saat Yunji ingin membereskan buku-buku itu, mata Kirea langsung terpaku pada satu buku merah milik mendiang Susi. Ega dan Yunji tak boleh tahu tentang hal ini, Kirea masih ingin menyelidiki tentang tempat ini sendirian. 

 Kirea menggapai buku itu cepat-cepat lalu menyembunyikannya di laci meja dan menguncinya, membuat Ega dan Yunji curiga dengan gelagatnya yang aneh.Kirea nyengir. "Ini buku diary gue, hehe," alasannya. 

Ega terkekeh. "Ya ampun, ini udah tahun 2022 woi, gak jaman lagi yang namanya nulis diary," ejek Ega sambil memukul pelan bahu Kirea pelan. 

"Hehe, gue lebih nyaman nulis dari pada cerita ke orang," timpal Kirea.Kirea bergerak merapihkan serakan buku-buku tersebut, dibantu oleh Ega dan Yunji. 

"Kalok lo ada masalah dan butuh temen cerita, lo bisa kok cerita ke gue sama Ega. Gak usah sungkan, kita bakal cari penyelesaiannya bareng-bareng. Kalok lo nulis di buku kayak gitu, buku gak bakal bisa ngebantu lo," ucap Yunji terdengar tulus.Andai ada seseorang yang berkata seperti itu kepada Susi dahulu, pasti saat ini dia masih melanjutkan kehidupannya. Terkadang dunia memang tak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan.

"Makasi, Yun. Gue bersyukur banget bisa kenal sama lo dan Ega. Kalian baik banget." Tak berlangsung lama setelah Ega dan Yunji mengangguk, Kirea memeluk mereka dengan bersemangat. Kirea sangat-sangat senang karena bertemu dengan orang yang seperhatian mereka.Biasanya dia tak suka dipeluk tapi sekarang malah deluan memeluk. Sifat manusia memang berubah-ubah sesuai kondisinya masing-masing.Lalu Kirea melepas pelukan itu.Dari tadi pagi terdengar keributan di bawah sana. Kirea baru berniat untuk tanya kepada mereka sekarang. 

"Eh, itu di bawah mau dibuat apa lagi, deh?" 

Ega mengintip dari kaca jendela. "Gak tau sih, tapi kayaknya itu tempat yang udah terbengkalai gitu," katanya, masih nebak-nebak. 

"Iya, itu perpustakaan sekolah, mau diperbaikin jadi lebih bagus. Soalnya udah banyak buku-buku yang dimakan rayap karena gak terawat. Kalau tempatnya diperbaikin 'kan orang-orang jadi nyaman buat baca di sana, dan buku-bukunya juga bisa diperhatikan." 

"Lo tau dari mana, Yun?" Ega menyenggol Kirea dengan sengaja. 

"Dia 'kan peringkat unggulan, jadi deket sama guru-guru di sini dan sering ngobrol, yekan, Yun?" Ega memastikan. 

Yunji merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan. "Gitu deh," ucapnya malu-malu.

Mengintip ke bawah sekali lagi. "Guys, liat renovasiannya, yuk!" ajak Ega menarik tangan Kirea dan Yunji padahal belum ada persetujuan dari mereka. 

Ega berlari ke sana dengan Kirea dan Yunji di belakangnya. "Pelan-pelan, Ega. "Ntar kita jatuh." Kirea fokus menuruni anak tangga, kalau-kalau terpeleset tak ada yang bisa mengurut kakinya di sini. 

Sesampainya mereka di sana. Tak ada hal yang menarik, hanya beberapa tukang bangunan yang sedang memperbaiki sesuatu, tukang cat, tukang relif, dan lainlain. Yunji menghela pasrah. "Ngapain sih, Ega?" 

"Liat-liat, bosen di kamar mulu."Ega beralih mengajak Kirea dan Yunji untuk duduk di ayunan yang berada di halaman antara perpustakaan itu. Perpustakaannya berada di tengah-tengah asrama cowok dan juga cewek, begitu pula dengan taman tersebut, jadi ada beberapa cowok juga yang tampak seliweran di sana. 

Lagi-lagi setiap Kirea keluar asrama, dia pasti akan bertemu dengan Karsa. Karsa melambaikan tangan padanya dari kejauhan kemudian berjalan menghampirinya."Lo kenal Kak Karsa, Kir?" Ega terheran. 

Karsa lumayan jarang menunjukkan dirinya selama ini, paling saat upacara bendera di hari senin karena beliau menjadi pemimpin upacara, atau mungkin saat unjuk bakat karena dia suka membacakan puisi.Cowok itu tampak mendekat dan tersenyum sehingga matanya semakin menyipit. "Hai," sapa Karsa."

Bersambung ...

MEMANUSIAKAN MANUSIA (TAMAT)Место, где живут истории. Откройте их для себя