34. Becik Ketitik Ala Ketara

4 2 0
                                    


Di sisi lain Ega ternyata menguping pembicaraan antara Karsa, Yunji, dan Ian sejak awal tanpa diketahui oleh mereka bertiga. Setelah mendengar hal itu dia sadar betapa menderitanya Kirea pasti di sana. Dia tak tahu juga sebenarnya kalau Kirea mengurung diri di kamar dan tak bersekolah hari ini, kelas mereka 'kan sudah berbeda.

Ega berlari ke kamar Kirea di lantai tiga, dia takut sekali Kirea melakukan hal aneh-aneh di kamarnya. Pikiran Ega sudah menjalar ke mana-mana.

Setelah sampai di sana, pintu kamar tertutup rapat dan terkunci. Ega memanggili Kirea sekuat-kuatnya sembari memukul-mukul pintu tersebut.

Beberapa lama kemudian ternyata pintu itu terbuka dan memunculkan seorang Kirea yang mendapati Ega sedang menangis khawatir akan keadaannya. Belum sempat Kirea berkata apa-apa, Ega langsung menyambar tubuh Kirea dan memeluknya sembari semakin menangis. "Lo pasti lagi kenapa-kenapa sekarang, dan bodohnya gue malah gak ada di samping lo buat jadi temen keluh kesah lo. Gue minta maaf banget, Kir. Semua ini berat buat lo ya? Maaf Kirea, maaf," racau Ega, berulang-ulang kali meminta maaf pada sahabatnya.

Kirea juga saat ini menangis terharu. "Gue gak pa-pa, Ga. Gue sekarang baik-baik aja. Gue bukan nutup-nutupin semuanya dari lo tapi gue juga gak tahu aslinya kalok nenek gue adalah pemilik sekolah ini dan Karsa itu kembaran gue, gue gak tahu, Ga. Maaf udah bikin lo marah dan bikin lo gak mau lagi temenan sama gue."

Ega melepas pelukannya lalu menatap nanar wajah Kirea. "Kata siapa gue marah ke lo kemaren karena soal nenek lo atau Karsa? Gue marah ke lo karena lo menghilang gitu aja selama hampir dua minggu sepanjang liburan, padahal gue udah nyari ke mana-mana dan bahkan udah ngira lo bunuh diri kayak Susi dan mayat lo disembunyikan sama pihak sekolah. Gue udah mikir gitu Kirea! Ternyata engga, lo masih hidup. Gue marah karena gue khawatir sama lo, Kirea," sambung Ega lagi.

"Ega—"

"Tapi ternyata gue sendiri yang salah, gue yang kurang perhatian buat lo dan juga Yunji. Gue malah ngabain kalian berdua dan milih nyerah buat berhadapan sama kalian alias gak bisa jadi penengah yang baik. Kenyataannya lo pergi tiba-tiba karena lo dapet kabar kalok nenek lo meninggal, terus lo pulang sama Karsa karena dia kembaran lo yang baru aja lo ketahui saat kematian nenek lo."

Kirea menggut-manggut mengisyaratkan bahwa yang dibilang Ega memang lah benar. Kirea memeluk Ega sekali lagi dengan lebih erat. "Makasih, Ga. Karena lo udah mau ngerti tentang ini semua, makasih ya, Ga. Maaf udah bikin lo khawatir," ucap Kirea di sela-sela tangis harunya.

Setelah suasana agak tenang dan hampir Ega melerai lagi pelukan Kirea, dia terhentak kaget karena seseorang yang tampak di balik kaca jendela yang terpampang jelas dari kejauhan tepatnya dia berdiri di atas gedung yang sebelumnya mendiang Susi melompat mengakhiri hidup di sana. Setelah Ega perhatikan lagi orang itu ternyata adalah Yunji.

Ega menunjuk ke arah jendela tersebut sehingga Kirea pun mengarahkan pandangannya pada Yunji yang tampak ingin bunuh diri di sana.

Tanpa ba-bi-bu. Kirea dan Ega berlari ke sekolah untuk mencegah niat buruk Yunji, entah sempat atau tidak, mereka berlari sekencang-kencangnya ke sana. Karena tadi pun Ega habis lari-larian ke kamar Kirea rasanya kakinya sekarang letih sekali sehingga dia sedikit tertinggal oleh larinya Kirea.

Dari arah asrama cowok pun ternyata Karsa dan Ian melihat kejadian tersebut. Mereka berdua juga berlari mengimbangi langkah Kirea untuk mengejar Yunji sebelum dia sempat melompat.

Sehingga akhirnya sampai lah mereka ke lantai atas gedung sekolah dan menjumpai Yunji yang sedang menangis terisak-isak di sana. Meski tertatah-tatih akhirnya mereka sampai juga sebelum Yunji berhasil melayangkan diri.

Yunji berbalik arah pada mereka berempat yang ingin menghentikannya. "Kalian ngapain ke sini?! Biarkan aja gue pergi, gue tuh parasit yang gak layak buat tinggal bareng kalian. Gue gak guna dan bikin orang lain menderita. Gue gak bisa bahagiain diri gue sendiri apalagi orang lain. Lebih baik gue mati." Setelah berkata seperti itu Yunji membalikkan badannya dan nyaris saja dia melompat seketika.

Untungnya dengan sigap Kirea mendapati lengan Yunji. Tak menyerah begitu saja, Yunji kembali berniat melompat meski sekarang di sebelah kirinya sudah ada Karsa yang ikut menahan tubuh dia. Yunji tetap berusaha mendorong kedua orang tersebut sampai detik berikutnya Ega dan Ian pun turut serta menahan tubuh Yunji.

Yunji berteriak sembari berusaha melepaskan mereka semua dari dirinya. "Lepasin gue! Lepasin! Biarin gue mati!"

Setelah akhirnya Yunji mulai melemah, akhirnya mereka bisa menarik Yunji agar tak dekat ke pinggiran bawah.

Sehingga Yunji terduduk pada pelukan Kirea dan Ega. Mereka kembali menangis sejadi-jadinya. Di bawah mentari yang sedang terik-teriknya. Tubuh mereka terasa panas menggelora, begitu juga hati dan pikiran yang terasa sedang sentimental bukan main. Soalnya ini sudah bersangkutan dengan nyawa.

"Lo pikir dengan lo nyoba ngakhirin nyawa kayak gini itu semua bisa bikin masalah lo selesai?! Lo pikir dengan lo pergi semuanya bakal baik-baik aja?! Orang-orang di sekitar lo yang bakal hancur karena gak bisa nyelamatin nyawa lo, orang-orang di sekitar lo termasuk gue bakal nyesel seumur hidup dan menderita atas kematian lo, lo gak mikir sampe sana?!" Kirea berkata dengan nada yang sangat keras.

Sedangkan Ega tak sanggup lagi berkata apa pun.

"Gue gak guna di sini, gue jahat ke kalian." Yunji masih meracau dalam tangisnya.

Karsa dan Ian juga tak kalah syok-nya. Karsa bahkan turut berkaca-kaca, tangannya gemetaran, hampir saja orang yang telah dia sukai selama hampir dua tahun lamanya pergi begitu saja dengan ending yang tak menyenangkan.

Setelah beberapa menit ke depan akhirnya tangis mereka mereda juga.

"Gue minta maaf, gue minta maaf, Yun," ujar Kirea.

Yunji menggelengkan kepalanya. "Gue yang harusnya bilang maaf ke lo, Kirea. Gue udah egois banget, gue bikin lo dirundung sama semua orang di sini. Gue juga nyakitin lo, gue jahat banget emang, maaf ya, Kir," balas Yunji. Dia mengucapkan hal itu dari lubuk harinya yang terdalam.

"Iya, gue ngerti kok, Yun. Gue udah maafin lo, kok. Sekarang kita baikan ya, jangan pernah kayak gini lagi, kalok lo emang punya masalah kita harus bicarain baik-baik, Yun. Jangan sambil marah, karena kalok sambil marah kita gak akan dapetin solusi melainkan emosi."

Yunji mengangguk mengerti lalu kembali memeluk kedua sahabatnya tersebut.

Ian yang sedari tadi diam akhirnya menyahut sewot pada Yunji. "Lo bukan Spiderman dan nyawa lo pun cuman satu. Sok-sokan mau mokad," cibirnya sembari memaju-majukan bibir.

Spontan Karsa menendang betis cowok itu. "Jangan sekarang, bego," protesnya.

Untung saja Ega masih down sekali, kalau tidak sudah Ian yang dicampakkannya ke bawah sana.

Kemudian, mereka semua akhirnya berbaikan satu sama lain. Mereka saling bercerita dan jujur-jujuran di sana, sudah lama mereka tak berkumpul seperti itu. Semuanya tampak baik-baik saja di antara mereka sekarang.

Senyum dan tawa sudah mulai terulas kembali seperti biasa.

***

Karsa memberikan sebuah bag besar yang isinya adalah laptop untuk Yunji yang dibeli saat menuju Tacenda waktu itu. Karsa ingin Yunji kembali melanjutkan hobi-nya dan berkarya seperti biasanya tanpa mengganggu pelajarannya.

Yunji exited luar biasa, hari itu pun dia menyesal telah membanting laptop satu-satunya. "Thanks banget Kak Karsa, gue gak tahu harus bales kebaikan Kakak dengan cara apa," ungkapnya semringah.

"It's okay. Lo masih inget sandi Wattpad lo 'kan?" tanya Karsa yang dibalas anggukan oleh Yunji. "Kakak tunggu chapter ceritamu selanjutnya," sambung Karsa.

"Sip!"

MEMANUSIAKAN MANUSIA (TAMAT)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora