07. Alhasil Bungkam

190 28 6
                                    


"Lebih baik berdiam lalu bersabar dari pada berkata lalu tersebar dan akhirnya menimbulkan kemunafikan yang terbongkar."
-honeyllaw

Dalam beberapa hari kemudian benar saja semua orang tampak bungkam, benar-benar tak ada yang membahas tentang Susi. Sang pemilik sekolah Tacenda tak pernah muncul, dia hanya memantau dari kejauhan.

Pemilik sekolah sepertinya terlalu berpikir dan
bertindak secara ekstrem, dia menuntut orang-orang agar sesuai dengan keinginannya, peraturannya yang gila, dan standarnya yang tinggi.

Suara makhluk nokturnal sudah mulai bersahutan.
Kirea belum bisa tidur, pasalnya tugas menggambar
seminggu yang lalu belum siap. Bisa-bisa besok dirinya akan dipermalukan di depan semua orang hanya perkara gambar ini.

Sudah hampir se-jam berlalu, tapi tak satu pun ide muncul di kepalanya, kalau ada pun dia tak bisa
menggambarnya dengan benar. Kirea hanya bisa
gambar kuyang dan oret-oretan seperti kemarin yang ditunjukkannya pada Nirmala.

Kirea mengetuk-ngetuk kepalanya menggunakan
pinsil, mencoba menyerap fungsi otaknya dengan benar agar bisa menuangkannya ke dalam gambar. Tapi nihil, saat bekerja keras dia malah jadi cepat mengantuk. Dia akhirnya menggeletakkan kepalanya ke meja. Ega dan
Yunji sudah nyenyak di mimpi mereka.

"Udah aku bilang pake gambar yang waktu itu udah
kamu buat aja."

Kirea menghela gusar. "Gak bagus, Nir. Emang sih
cocok sama perasaanku. Tapi, kayaknya nyeremin banget, Nir."

Bagaimana tak menyeramkan? Bahkan setelahnya
Kirea menambahkan efek-efek darah pada gambar tersebut. Bisa-bisa Kirea dibawa ke psikiater sekolah saat selesai mengumpulkan gambar tersebut.

"Gambarin dong, Nir," pinta Kirea sambil merengek.

"Aku mana bisa ngegambar." Nirmala menggeleng
sambil cekikikan, baru kali ini dia melihat Kirea merengek padanya seperti itu.

"Kamu pakai itu aja." Nirmala menunjuk
gambar manusia milik Kirea yang melihat topeng waktu itu, dia sedikit memaksa Kirea.

"Gak deh," tolak Kirea, dia melemparkan kertas
tersebut. Kirea tak tahu kalau itu bisa menyebabkan
Nirmala jadi tersinggung.

"Kok dilempar sih, ini bagus loh."

Ega yang mendengar keributan suara Kirea langsung
terbangun tiba-tiba. "Kirea," panggilnya.

Kirea menoleh. "Eh, Ega. Maaf jadi ngebikin lo bangun."

Ega beranjak ke arah Kirea, dia melihat kertas kosong yang berada di depan Kirea. "Lo belum siap?"

Kirea menggeleng cepat. "Gue gak bisa gambar." Kirea menunduk malu.

Kemudian Ega tersenyum tulus. "Kenapa gak bilang,
gue bisa kok bantu buatinnya."

Ega mengambil kursi lain di meja belajarnya, lalu dia duduk di samping Kirea sambil mempersiapkan diri untuk menggambar. "Apa yang lo rasain?"

Kirea jadi terharu. Dia tersenyum seketika. Entah
kenapa di tempat ini dia merasa sangat diperhatikan, dia merasa dikelilingi dengan orang-orang baik. Kemudian dia mengatakan perasaannya tersebut tersebut kepada Ega.

Ega menggambarnya dengan indah dan rapih, berbeda dengan yang dibuat olehnya waktu itu.

***

Keesokan harinya Kirea akhirnya bisa sangat lega
karena bisa mengumpulkan tugasnya tersebut kepada guru atas bantuan Ega malam itu. Gambarnya bagus, dapat pujian.

Bahkan Ega pun ternyata punya kebisaan makanya
dia bisa menjadi peringkat tengah. Kirea jadi sedikit ragu dengan dirinya.Saat istirahat dimulai, Kirea pergi ke unit kesehatan sekolah, dia ingin beristirahat karena kepalanya yang
terasa pusing. Dia pergi ke sana sendirian, pertamanya mau ditemanin oleh Ega, tapi Kirea bilang dia ingin sendirian saja.

Kalau dipikir-pikir kembali, tinggal di tempat ini tak
terlalu menderita seperti yang dipikirkan dahulu. Orangorangnya baik, seluruh ruangan rapih dan tertata, fasilitas lengkap, tak ada paksaan untuk belajar. Ya, karena ditanggung sendiri akibatnya.
Kirea membayangkan bagaimana yang terjadi pada
dirinya semester depan. Dia tak bisa pindah lagi. Dia pasti akan turun ke peringkat terendah.

Hampir setengah jam Kirea beristirahat di tempat
itu. Saat hendak bangkit untuk kembali ke kelas, Kirea memperhatikan sesuatu di ruangan tersebut. Ada banyak sekali buku di UKS, sudah seperti perpustakaan. Apa karena sekolah ini tak memiliki perpustakaan?

Kirea melihat-lihat buku itu, banyak novel, cerpen,
kumpulan puisi, buku pelajaran, komik, dan lain-lain yang tersimpan rapih di sana. Buku itu tersusun atas warnawarnanya, jenisnya, dan ukurannya. Yang menyusun buku ini sepertinya orang yang sangat detail.Ada satu laci yang terdapat pada lemari buku itu. Saat dilihat ternyata tak terkunci, Kirea melihatnya perlahanlahan. Dia membuka laci itu dengan hati-hati, jantungnya berdebar.

Oh. Kirain laci ini berisikan emas atau berlian, ternyata hanya buku berwarna merah polos. Sepertinya buku tersebut milik salah seorang murid di sini yang tertinggal.

Kirea meraih buku tersebut, dia terseontak kaget. Buku itu terjatuh dari tangannya dan Kirea langsung menutup mulutnya karena syok. Jantungnya berdetak lebih kencang dan matanya berkaca-kaca.

Nama: Susi Darmayanti
Kelas: 12 terbawah
Buku: Diary

Bersambung ...

MEMANUSIAKAN MANUSIA (TAMAT)Where stories live. Discover now