19. Terbiasa karena Usai

101 7 0
                                    

 3 bulan berlalu semenjak kepergian Nirmala dalam hidup Kirea. Semuanya berjalan dengan baik meski akhir-akhir ini masalah tampak berdatangan secara gerombolan tanpa ampun.

Banyak hal yang berubah.

Walau biasanya dia berkeluh kesah dengan Nirmala untungnya Kirea kini punya Yunji, Ega, dan Karsa sebagai pengganti Nirmala.

Untuk kali ini, Kirea dan Ega terperangkap bersama sang Suprian si cowok dengan humor bapak-bapak yang entah dari mana muncul di samping Kirea begitu saja. Suprian atau yang biasa di sapa Ian itu tak membawa apa pun selain iman dan takwa dalam dirinya kepada sang Pencipta.

"Lo mau kerja kelompok apa mau turu, anjai! Mana buku sama pena lo?" Baru saja Ian hendak duduk, telinganya langsung disuguhi dengan ocehan Ega yang melengking mengintrupsi dirinya.

Ian menyibakkan rambutnya. "Pinternya gue itu natural, jadi tanpa buku juga gue udah inget sama materi yang bakal kita presentasikan." Ian berucap sangat yakin.

"Dih, sok oke lo. Awas aja pas presentasi lo cuman ngang-ngong-ngang-ngong doang!" Ega memutarkan bola matanya kesal.

Ian mencibir sambil melirik ke Kirea. "Lo kali yang gitu. Liat tuh waifu gue—adem—anteng—ayem—Gak kayak lo yang mulutnya nyerocos aja udah mirip gilingan bakso."

"Enak aja lo bilang gue mirip gilingan bakso. Mulut lo tuh yang pedes udah mirip bakso mercon," balas Ega tak kalah nge-gas.

Ian menyunggingkan sudut bibir atasnya karena kesal. "Dih, kayak ucapan lo manis aja kayak kecap."

"Kecap mah asin bukan manis, cengcurut," protes Ega tak mau kalah.

"Lah, 'kan ada juga kecap manis juga, lo bego sih jadi orang, ketauan banget gak pernah masak mentang-mentang peringkat tengah."

"Lo juga peringkat tengah. Lagian pas kelas satu juga gue peringkat terbawah kok dan masak juga." Ega menjulurkan lidahnya.

Ian cekikikan merendahkan. "Halah, paling masak aer doang," tebaknya.

Sepertinya pilihan guru untuk membuat Ega dan Ian sekolompok adalah sebuah kesalahan besar. Kirea mengacak-acak rambutnya frustasi, kemudian dia memukul meja kelas sangat kuat sehingga argumentasi antara Ega dan Ian terhenti seketika.

"WOI!"

Mereka tersentak kaget, untungnya hanya tinggal mereka bertiga lah yang berada di sana karena ini waktunya pulang sekolah. Mereka masih terdiam sembari menatap Kirea yang begitu lelah karena tingkahnya.

"Lo pada kalo mau ribut di ring tinju jangan di sini. Dahla, gue laper, ntar sore aja kerja kelompoknya di perpustakaan." Kirea menata alat tulisnya di dalam tas dengan sangat rapih kemudian menyeletingkannya dan pamit undur diri, nyatanya sesi kerja kelompoknya setelah pulang sekolah ini malah gagal.

"Gara-gara lu noh, Kirea jadi gak mood. Kirea, tunggu," teriak Ega yang juga langsung cepat-cepat menata alat tulisnya dan berlari mengejar Kirea setelah mengucapkan, "bye," ujar Ega dengan angkuh pada Ian.

Setelah Kirea dan Ega hilang dari pandangan, Ian berdiri dan tersenyum manis. "Cantik," katanya tanpa sadar.

***

Well, ternyata kerja kelompok ini terjadi juga. Sekarang Kirea dan Ega tengah menunggu Ian di sana, tentunya Yunji juga ikut karena kalau tidak mereka bahkan tak bisa menginjakkan kaki di depan pintu sekali pun. Sedangkan Ian tadi sudah di suruh untuk masuk ke dalam bersama Karsa oleh Kirea. Meski tak saling kenal, Kirea tahu pasti Karsa tak akan menolak permintaan tersebut. FYI, peringkat terbawah tak boleh masuk ke perpustakaan meski ditemani oleh peringkat unggulan sekali pun, itulah perbedaannya.

MEMANUSIAKAN MANUSIA (TAMAT)Where stories live. Discover now