32. Ternyata Beracun

4 2 0
                                    


Semesta menyapa di balik kaca mobil, menunjukkan berbagai fenomena bersua alurnya. Perumahan, bangunan yang menjulang, lampu-lampu dan rambu-rambu lalu lintas, kendaraan bermotor yang seliweran. Pemandangan sore hari di jalan raya yang sederhana tapi terasa sempurna. Sudah lama mereka tak berselimut kebebasan.

Apa yang biasa kalian lakukan di penghujung hari? Apa yang kalian rasakan ketika mentari tenggelam karena rotasinya? Apa yang kalian pikirkan tentang setengah hari yang telah kalian usaikan? Dan apa yang kalian harapkan pada keesokan harinya?

Apakah kalian selalu mengalami hari yang melelahkan?

Atau mungkin saat ini pun kalian sedang di posisi terendah dan nyaris ingin menyerah?

Hai, pernahkah kalian berterima kasih kepada diri sendiri? Contohnya pada saat diri sendiri bisa bertahan sampai di detik ini, saat bisa melihat terbenamnya matahari pada garis cakrawala, saat masih bisa dekat dengan orang-orang yang tersayang, berterima kasihlah pada diri sendiri untuk segala pencapaian hebat itu dengan penuh pengharapan.

That's it.

Dalam perjalanan kembali ke Tacenda sang supir memutar lagu berjudul Si Lemah—Ran, Hindia.

Tarik napas yang dalam dan dengarkan ini

Apa pun yang kau idap atau menghantui

Bukan halanganmu untuk kalahkan hari

Kamu berarti, Kamu berarti, kamu berarti

Kamu berarti ....

Sebenarnya Karsa lah yang menyuruh pak supir memutar lagi itu, soalnya lagu itu membuatnya merasa tertampar untuk menimbulkan gejolak bersemangat.

Selang beberapa waktu, Karsa menyuruh pak supir untuk berhenti di suatu tempat karena dirinya ingin membeli sesuatu sebelum kembali ke Tacenda yang terkurung. Harusnya dia memang sudah tamat sekolah, tapi anak kelas 12 memang belum mengadakan wisuda. Wisudanya dilaksanakan pada tiga hari yang akan datang. Acara wisuda itu juga sudah diperbincangkan waktu itu bersama orang-orang yang bersangkutan.

Pokoknya wes beres.

***

Sampailah akhirnya mereka kembali ke Tacenda. Hampir dua minggu berlalu pun semua sudut dari Tacenda tak ada rubahnya. Masih suram-suram saja.

Karsa dan Kirea turun dari mobil pas di halaman yang dekat dengan asrama cowok maupun asrama cewek, di sana orang-orang plonga-plongo menatap ke arah mereka berdua.

Mereka tak ambil pusing. Toh, pada akhirnya semua akan terungkap juga bahwa mereka kini adalah pemilik Tacenda.

Tapi, tahan dulu! Biarkan lah mereka menerka-nerka terlebih dahulu, sebab Karsa dan Kirea tak akan langsung memberitahukan semuanya sekarang. Rasanya terlalu melelahkan dan tak cocok. Biar saat pengakhiran acara wisuda saja.

Untuk saat ini Karsa dan Kirea saling berpamitan satu sama lain. Karsa menuju asrama cowok dan Kirea pastilah menuju asrama cewek.

Menghilang selama beberapa hari dan setelahnya turun dari mobil bersama seorang Karsa yang merupakan salah satu cowok yang terkenal di kalangan para manusia di sana. Yang Kirea sedikit risihkan adalah tatapan-tatapan manusia yang melihatnya bukanlah seperti tatapan orang yang sedang kagum atau apa, melainkan tatapan mengintimidasi dengan beberapa manusia lain yang tengah mencibirinya.

"Pantes aja dia baru masuk udah di peringkat tengah."

"Palingan juga dia di peringkat unggulan karea neneknya juga."

MEMANUSIAKAN MANUSIA (TAMAT)Where stories live. Discover now