15. Siapa?

110 13 1
                                    

Malam ini, kesunyian melampaui biasanya. Kirea duduk di kursi belajarnya dan menghadap pada selembar kertas yang berisi soal-soal rumit yang memaksa untuk dipecahkan, cewek itu tak menyentuhnya sama sekali, hanya membacanya saja seolah-olah memahaminya.

Ini membuat otaknya terasa terbelah menjadi lima bagian. Bagian pertama berpikir tentang pelajaran di sekolahnya tersebut, bagian kedua tentang neneknya, bagian ketiga tentang penderitaan orang-orang di sini, bagian ke empat tentang Susi dan juga ajakan Karsa untuk mencari tahu penyebab kematian Susi tersebut.

Bukannya Kirea tak mau, tapi sepertinya itu akan menjadikannya sulit untuk menempuh ke peringkat unggulan. Semuanya saling bertautan. Kalau Kirea memaksa untuk mencari tahu tentang kasus yang memang sengaja ditutupi, maka pihak sekolah akan menghukum dan mungkin tak akan membiarkannya naik ke peringkat unggulan, dia sudah belajar sangat keras agar bisa memenuhi keinginan neneknya.

Dan bagian ke lima, yaitu tentang Nirmala. Nirmala selalu datang ke padanya setiap hari, tapi hanya duduk, memperhatikan, dan hanya diam saja. Dia masih memaksa Kirea untuk pindah dari kamar ini dan menjauhi Ega dan Yunji, itu sangat egois.

Sekarang pun dia tengah berada di kursi Ega yang tepat di samping Kirea, sudah berkali-kali Kirea ajak dia berbicara tapi ternyata tak membuahkan hasil apa-apa.

Padahal Kirea ingin sekali menceritakan tentang kasus Susi padanya. Tapi, semuanya tampak tak tepat.

Kirea menggeletakkan kepalanya di meja belajar dan mengarah pada Nirmala.

Nirmala kebingungan. "Kamu kenapa?" Akhirnya Nirmala membuka suara, membuat Kirea tersenyum sedikit tanpa menunjukkan giginya.

"Kamu disakitin 'kan sama temen-temenmu itu! Udah aku bilang jauhin mereka, tapi kamu ngeyel. Kamu ngarepin apa sih dari mereka, mereka itu cuman manfaatin kamu doang, Kirea! Ayok ketemu gurumu dan minta pindah dari sini!"

Kirea mengacak-acak rambutnya karena jadi super frustasi dengan ocehan Nirmala yang tak ada batasnya, entah kenapa dia jadi tak suka dengan Nirmala. "Mereka gak pernah nyakitin aku Nirmala! Dan aku gak ada ngarepin apa pun dari mereka, aku seneng temenan sama mereka. Mereka gak pernah manfaatin aku, dan kalau pun iya kayaknya gak ada yang bisa dimanfaatin dari aku karena aku bener-bener gak berguna," tegas Kirea, dia sangat-sangat tak menyangka kalau Nirmala ternyata seperti ini.

Nirmala mengusap air matanya yang menggenang, untuk meredakan rasa sesak di dadanya dia coba dengan menghela nafas yang panjang. "Kirea, aku yang udah nemenin kamu sejak bertahun-tahun lamanya, aku gak suka kalau kamu bahagia dan sedih sama yang lain."

Ini bukan tentang siapa paling pertama mengenal dan bersama.

"Aku punya kehidupanku sendiri, dan kamu pun harusnya kayak gitu. kamu gak bisa terus-terusan nuntut aku kayak gini. Aku ingin punya temen selain kamu, itu hak aku. Kamu juga bisa kok temenan sama yang lain, aku gak maksa." Kirea duduk dengan tegak dan menatap Nirmala, kemudian dia menangis pelan.

Nirmala mendekat pada cewek berambut pendek di sampingnya. "Tapi, aku cuman punya kamu Kirea," sanggahnya.

Suasana mendadak hening bercampur pilu.

"Terserah lo deh, Nir." Kirea terlihat sangat lelah menghadapi Nirmala. Baru pertama kalinya Kirea berkata 'lo' pada Nirmala, dan itu membuat Nirmala jadi semakin bersedih.

"Kirea ...."

Tangis Kirea pecah mendengar sapaan dari Nirmala, dia sangat kesal dengannya. Yang dia rasakan sekarang hanya kelelahan. Tapi, Nirmala tak bisa mengerti hal itu.

Dan saat itu juga, Ega dan Yunji mendengar tangisan Kirea saat hendak masuk ke kamar. Lantas, mereka berlari pada Kirea karena khawatir.

Yunji memeluk Kirea yang sedang duduk sambil menangis tersedu-sedu, diikuti oleh Ega dari belakang.

"Lo kenapa, Kir?" Yunji menepuk-nepuk pundak Kirea di pelukannya.

Entah kenapa tangis Kirea terdengar sangat menyedihkan, tangis pecah yan dapat menular. "Hey, gue sama Ega ada di sini." Yunji masih mencoba menenangkan Kirea.

"ssstt, sssst, sssst, ssssttt." Ega juga ikut menenangkan Kirea dengan desis-desis lembut yang keluar dari mulutnya.

Sampai pada akhirnya Kirea sudah tak se-histeris tadi, dia hanya menahan isak tangisnya saja sekarang.

Yunji melepas pelukannya, kemudian menghapus sisa-sisa air mata di pipi Kirea. "Udah tenang?"

Kirea mengangguk pelan. Ega menggenggam tangan Kirea dan memberikan kehangatan di sana.

"Ayo ceritakan sama gue dan Ega, lo kenapa?" nada Yunji terdengar sangat sopan di telinga, membuat Kirea terelai merasa aman di sisinya.

Kirea menghela sesak. "Yun, Ega ... gue capek."

Ega mengelus pucuk kepala Kirea dengan perlahan-lahan.

"Bukannya mau ngebanding-bandingin, tapi semua orang pasti pernah ada di fase capek kayak lo gini. Mungkin kata 'sabar' sama 'semangat' gak cukup buat bikin perasaan lo jadi lebih baik, tapi gue harap lo bisa lebih kuat lagi, Kir." Yunji memegang kedua pipi Kirea dan mendongakkan kepalanya agar cewek itu bisa mengerti maksud perkataannya.

"Kir, lo nangis karena siapa? Lo nangis karena apa? Lo tadi ribut-ribut sama siapa? Gue sering banget denger lo ngomong sendiri. Are you okey?

Siapa? ....

....

Siapa? ....

Sekali lagi, siapa? ....

....

....

....

Kirea membeku sejenak. Pertanyaan yang dilontarkan Ega membuatnya jadi bingung sendiri. Kirea langsung menoleh kesana-kemari mencari sosok Nirmala yang baru saja berada di sini. Pikirannya mendadak menjalar kemana-mana.

Kirea menutup mulutnya karena syok. "A-aku," ucap Kirea terbata-bata. "A-aku ngomong sama—"

Yunji dan Ega jadi keheranan. Mereka menyadarkan Kirea yang masih syok. "Kireaaa." Mereka menggoyang-goyangkan tubuh Kirea.

Kirea berdiri dengan cepat dan berjalan di sekeliling ruangan dan luar ruangan sambil meneriaki nama Nirmala.

"NIRMALA ... NIRMALA."

Yunji dan Ega mengejar Kirea yang sangat panik. Bahkan Kirea sudah turun ke lantai satu dan membuat heboh di tempat itu.

"Hay, Kirea. lo nyari siapa?" tanya Ning, cewek peringkat satu yang berpapasan dengannya, wajah Kirea terlihat panik sambil mengucapkan nama Nirmala.

"Di sini gak ada yang namanya Nirmala, tapi kalok Nurmala ada."

"Nirmala bukan Nurmala!" pekik Kirea membuat Ning terkaget bukan main.

Kemudian, dari kejauhan Yunji dan Ega akhirnya mendapati Kirea. Mereka melirik ke Ning yang terlihat ketakutan karena Kirea.

Spontan, Yunji dan Ega meminta maaf kepada Ning, lalu setelahnya mereka membawa Kirea kembali ke kamar. Kirea tampak berbeda malam ini.

Di kamarnya, Kirea kembali menangis. Matanya menyusuri setiap yang bisa dia lihat berharap Nirmala muncul di sana.

"Kirea, siapa itu Nirmala?" Ega bertanya dengan sangat lembut.

"Nirmala yang selalu bareng aku, kalian gak tau?"

Mereka menggeleng cepat. "Nirmala dia yang selalu bareng sama gue Ega, gue gak pernah ngomong sendiri, gue selalu ngomong sama dia. Kalian gak pernah liat dia sekali pun? Gue emang belum sempet ngenalin dia ke kalian, tapi emangnya kalian gak tau dia? Kalian gak liat dia? Emang cuman aku yang bisa liat dia?" Kirea meracau.

"Kirea, Nirmala bukannya gak keliatan tapi emang gak ada."

Jleb!

Ucapan Ega membuat tubuh Kirea terasa sangat dingin seketika.


Bersambung ...

MEMANUSIAKAN MANUSIA (TAMAT)Where stories live. Discover now