23.

1.8K 81 0
                                    

Langit sore hampir menggelap menjadi malam. segera ku genggam lembut tangan amara, mengajaknya menuju ruang makan di lantai satu. dengan tangannya yang sudah dalam genggaman dan senyumannya itu semua terasa indah hingga akhirnya jantungku kembali berdetak kencang saat kulihat semua sudah siap di meja makan dengan melihat papah amara yang gagah itu aku merasa nyaliku menciut untuk sekedar semeja makan dengannya.

aku pun duduk berhadapan dengan amara yang tak jauh dari papah amara duduk. acara makan malam pun dimulai.

"jadi kamu punya perusahaan?" tanya papah amara

" iya om, saya nerusin usaha papah saya dan untungnya lumayan besar om" jelasku

"oh gitu, om percaya ko sama kamu. ya gimana kalo nanti kita adain kerja sama sama  perusahaan om di dubai ini?" tawarnya

"yang bener om mau kerjasama sama perusahaan saya?" tanyaku tak percaya 

"iyalah, buat apa di pisah - pisah kalo memang disatuin usaha keluarga bisa makin kuat?" ucapnya

aku hanya mengangguk " baik om saya akan persiapkan tim dari perusahaan saya" ucapku

"bagus, secepatnya akan lebih baik untuk kedepannya" ucapnya

"udah dong pah lai makan malem tetep aja ya ngomongin bisnis"cela mamah amara 

aku pun segera membungkamkan pembicaraan tadi begitupun papah amara. akhirnya terhenti sejenak hingga mamah amara menanyakan sesuatu 

"jadi, kamu udah pernah menikah?" tanyanya padaku

"iya tante, tapi......"

"istrinya sudah lama meninggal akibat kecelakaan"lanjut amara yang membuat mataku melirik ke arahnya

"kamu serius sama anak om?" tanya papah amara

aku mengangguk mantap " iya om saya sangat serius dengan anak om" ucapku lantang

"oke, kalo begitu kapan perayaan pertunangan kalian bakal dilaksanakan? om dengar kamu sudah melamarnya?" tanya papah amara

"saya sudah rencanakan secepatnya mungkin setelah pulang dari dubai kami akan merayakan lamaran ini. iya om saya sudah melamarnya" ucapku

"bagus, om suka anak muda seperti kamu lantang dan yakin dalam mengambil keputusan" ucap papah amara

"iya om makasih. tapi jangan terlalu memuji om hehe" ucapku so asik

"bagaimana kalo kamu dan amara segera menikah saja? lagi pula mamah udah setuju ko. iyakan pah?" tanya mamah amara

"iya papah setuju, lagi pula lebih cepat lebih baik" ucapnya

"iya mamah udah klop ko sama mamah marsel dan mamah seneng banget sama kesha dia lucu banget" ucap mamah amara greget

"beneran mah?" tanya amara

"iya saynag mamah yakin ko" balas mamah amara

"baik, apa bu melisa setuju jika pernikahan kedua anak kami akan dilaksanakan secepatnya?" tanya papah amara 

"sangat setuju, saya sangat senang mendengar kabar ini pak. saya yakin marsel dan amara pun merasakan demikian" balas mamahku lembut

AMARA POV 

Aku merasakan malam spesial dan menegangkan ini, merasakan kebahagiaan bahwa orang tuaku ingin aku dan marsel menikah secepatnya. aku pun merasa sangat beruntung bisa memperkenalkan calon suami yang aku cintai ini kehadapan orangtuaku  tanpa adanya penolakan. 

ditambah tatapan yakin dari marsel saat melirikku membuat jantung ini berdebar sangat kencang.

"kamu yakin akan perencanaan ini marsel?" tanya papahku tegas.

dengan matap ia mengangguk " iya om, saya senang bisa cepat saya menjadi suami amara" ucapnya tanpa ragu.

aku merasa aku sedang berada di suatu tempat, bagai seorang putri yang akan diajak menikah oleh pangeran pujaannya.

selesainya makan, aku segera ke atas. mencari udara segar di balkon bersama marsel yang berdiri sedari tadi dengan merangkul erat tubuhku.

"jadi yakin?" tanyaku membuatnya menoleh

ia menoleh, memberi tatapan mautnya lagi, "kalo gak yakin, aku gak bakal datang jauh - jauh ke dubai buat bilang sama papah dan mamah kamu kalo aku mau jadi calon imam kamu mar" ucapnya yang membuat senyum dan pipiku memerah saat itu juga.

"tapi ko bisa ya kamu milih aku?" tanyaku

"gatau juga deh ya, yang aku tau aku gak bisa tuh milih orang lain. yang bikin aku nyaman dan menjadi diri sendiri itu ya cuman kamu doang mar" ucapnya

aku meliriknya, menatap penuh kedua mata birunya yang indah. sesekali menghela napas seolah tak percaya aku berada disini bersama calon pendampingku kelak.

"kamu sendiri kenapa nerima aku? aku kan ayah beranak satu" ucapnya

"karna, anak kamu yang buat aku sadar kalo hidup itu harus berubah. dan berubah yang aku dapet itu kamu yang berubah jadi anugrah udah ketemu anak kamu eh jadi jatuh cinta sama papahnya" ucapku 

marsel pun senyum, memberi tatapan mautnya lebih lama dari biasanya, kali ini aku mencoba untuk menatapnya balik dengan waktu yang lebih lama pula.

"kamu udah ngantuk belom?" tanyanya

"emmm udah sih, kamu udah?" tanyaku balik

"yaudah tidur yu, aku juga ngantuk" ucapnya

"oh iya besok kita berenang yaaa" ucapku mencoba jinjit dan mengacak rambutnya yang gondrong berantakan tanpa pomadenya itu.

"nakal nih cewe bawel" responnya

aku tertawa, berjalan meninggalkannya, ia pun menarik tanganku saat aku sudah berada di depan pintu kamarku pas, 

ia menatapku, seolah ingin menciumku. namun ia hanya mencium keningku. dan aku beruntung ia tidak mencium bibirku karna mungkin aku bisa gila jika ia menciumku saat ini juga.

"mar?" panggilnya saat pintu kamarku setengah terbuka

"ya?" ucapku menoleh, melihatnya juga sudah berada di sebrangku, membuka pula setengah pintu kamarnya

"goodnight, i love you amara" ucapnya dengan memberikan kiss bye dan tatapan genitnya itu

"hahaha, good night marsel, i love you too" ucapku yang membalas pula kiss byenya itu. 

segera kau masuk kekamar, membaringkan tubuhku ke kasur. menatap indah langit - langit kamar sesekali senyum - senyum sendiri, bahkan ekspresiku sudah seperti abege labil di ftv yang sedang kasmaran. 

ku raih handphoneku, membuka video dan foto saat aku bermain dengan marsel dan kesha. memikir ulang mengapa bisa aku berkenalan dengannya. dan kini aku telah mengajaknya ke dubai mengahadap orangtua ku? semua kenangan kembali terputar dalam memoriku, mengingat dari awal pertemuanku dengan marsel hingga sekarang. sampai pada akhirnya memori indah itu mengantarkanku ke alam mimpi.

My Lovely Step Daughter [END]Where stories live. Discover now