First For You 18+ (BounPrem)

1K 53 6
                                    

First for You ©️ Keinyan-chama

.








.

Lampu-lampu rumah di sepanjang perumahan yang ada di pinggiran kota itu mulai satu persatu mati. Tentu saja. Malam yang dingin seperti ini akan lebih nyaman jika dihabiskan dengan bergelung di dalam selimut hangat. Atau setidaknya melakukan 'sesuatu' yang bisa menghangatkan tubuh. Tunggu dulu, jangan berpikiran macam-macam dengan kata 'sesuatu', maksud author 'sesuatu' itu seperti berlari-lari di dalam rumah supaya berkeringat. Eh? Abaikan saja kalimat terakhir.

Tapi dari sederetan rumah yang ada, ternyata masih ada satu rumah yang menyalakan lampu. Siapakah penghuni rumah itu? Mari kita lihat.

Seorang pemuda berambut hitam dan bermata hitam tengah duduk di sofa sambil menikmati segelas kopi yang sejak tadi tidak juga habis. Bagaimana bisa habis jika pemuda itu Prem- hanya memandangi cangkir kopi yang ada di genggamannya tanpa meminumnya?

Atau dia sedang memikirkan sesuatu? Ya, kalau tidak sedang memikirkan sesuatu pasti dia tidak akan tahan dengan posisi duduknya tanpa berpindah dalam waktu yang lama.

"Dasar Hia," dia bergumam kesal.

Dilihat dari wajah tampannya yang terlipat sepertinya dia sedang menunggu seseorang.

Tak lama kemudian suara pintu yang terbuka berhasil menarik perhatiannya, dia segera meletakkan cangkir kopi yang tadi di tangannya ke meja yang ada di dekat sofa dan segera melangkahkan kakinya ke sumber suara tadi. Dan di sana dia melihat seorang pemuda atau pria?- sedang berjalan ke arahnya dengan senyum lebar bertengger di wajahnya.

"Aku Pulang, Prem" pria tadi melangkah mendekatinya dan tersenyum lebar. Apa-apaan dia ini? Pikirnya.

"Selamat Datang,"

"Eh, kau tidak senang aku pulang, kenapa kau berwajah seperti itu?" pria tadi, yang ternyata bernama Boun, mengerutkan kedua alisnya melihat ekspresi pemuda yang ada di hadapannya.

"Kau lama sekali, Hia!"

Boun tertawa kecil, "Mau bagaimana lagi,, rapat kali ini sedikit merepotkan, tapi yang penting sekarang aku sudah di sini 'kan?" Boun mendekatkan wajahnya pada Prem dan mengecup lehernya yang putih.

Prem sedikit bergidik ketika napas Boun yang hangat menerpa kulit lehernya. Kini dia tidak bisa menahan rasa terkejutnya ketika dia merasakan Boun menggigit lehernya.

"Jangan lakukan itu, Hia," dia memundurkan tubuhnya selangkah agar bisa terhindar dari bibir Boun yang semakin mengganas.

"Kenapa?"

Prem memutar bola matanya, "Kau bau keringat,"

Dan Boun benar-benar tertawa mendengar jawaban kekasihnya itu. Seperti anak-anak yang sedang merajuk.

"Kalau begitu aku akan mandi dulu," Boun masih sempat mencium bibir Prem sebelum dia melangkahkan kakinya untuk membersihkan diri.

Prem juga beranjak dari tempatnya berdiri untuk menyusul Boun. Kali ini biarkan dia yang menyiapkan air panas untuk Boun. Tidak mungkin di malam yang dingin seperti ini dia akan membiarkan Boun mandi dengan air dingin. Bagaimana kalau Boun membeku? Oke, itu pertanyaan yang sangat konyol.

Setelah selesai menyiapkan air panas, Prem segera menuju ke dapur untuk membuat kopi. Dia berpikir mungkin segelas kopi bisa mengurangi rasa lelah kekasihnya. Sudah hampir satu tahun ini mereka tinggal bersama. Dan dia merasa senang meski tidak mengakuinya. Dia tidak perlu merasa kesepian lagi, karena Boun selalu bersamanya. Dia tidak perlu kedinginan, karena Boun akan memeluknya setiap malam. Tanpa sadar Prem sedikit melengkungkan bibirnya membentuk senyuman kecil mengingat hari-hari yang mereka lalui bersama.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 02, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Drables Thai CoupleWhere stories live. Discover now