My Tsundere Bos (MarkGun)

742 33 2
                                    

My Tsundere Bos © Kirakira holic

Langit telah memunculkan sinarnya di antara kabut pagi yang dingin, suara kicauan burung dan suara bising para warga membuat seseorang yang tengah terlelap di atas kasur empuknya itu terbangun dengan malasnya.

Tubuhnya yang semula tengkurap ia balikkan, perlahan kedua matanya mulai terbuka dan tampaklah mata safir sayunya, ia mengucek salah satu matanya lalu bangkit dari tidurnya.

Bunyi suara perut membuatnya bergega menuju ke dapur, perutnya yang keroncongan juga salah satu yang membuatnya terbangun, ia mengambil satu bungkus ramen cup lalu menuangkan air panas yang sebelumnya sudah ia didihkan ke dalam cup tersebut, menutup cup ramen itu lama seraya mendudukan dirinya di kursi meja makannya yang rendah dengan masih terkantuk-kantuk.

Lima menit kemudian, ia membuka tutup cup ramen tersebut lalu memakannya, suara bunyi telepon ia abaikan begitu saja sangking laparnya. Ia tahu ini hari apa, mungkin mereka akan mengatakan hal itu kepadanya.

Selesai membuang cup ramen kosong itu ketempat sampah, ia memeriksa ponsel pintarnya dan menemukan berpuluh-puluh pesan dengan inti yang sama. Dari pada itu, ia lebih memilih membalas pesan dari seseorang yang berada jauh disana, karena kalau ia tidak segera membalasnya, wanita itu pasti akan marah besar kepadanya.

Setelah membalas pesan dari ibunya, ia mengantongi ponselnya pada saku celananya lalu berjalan ke kamar mandi. Ah, ia lupa tidak cuci muka dan gosok gigi sebelumnya, dah biasa.

Ia mengambil sweater hitam favoritnya lalu mengenakannya, dengan santai ia berjalan menuju pintu rumahnya untuk berjalan-jalan di hari santainya ini. Siluet bayangan seseorang dari luar rumah membuatnya berjalan perlahan-lahan, dengan diam ia mengintip seseorang di depan rumahnya lewat lubang kecil yang biasa ada di pintu.

Matanya membelalak, ia kenal persis seseorang yang tengah ingin bertamu denganya itu. Iseng ingin menggoda, ia memilih diam saja dan melihat tindak tanduk orang itu di depan pintu rumahnya.

Ia bisa melihat, lelaki berambut hitam itu sepertinya ragu ingin menekan bel rumahnya, saat akan menekan bel berbentuk persegi panjang berwarna putih itu, lelaki tersebut segera menarik telunjuknya lalu berdiam diri lagi di depan pintu dengan wajah gugup.

Mark, sang pemilik rumah mengerutkan dahinya bingung, bukankah orang itu sudah biasa bertandang ke rumahnya? Kenapa sepertinya malu begitu.

Berkali-kali lelaki itu ingin menekan bel namun di urungkan niatnya dengan tiba-tiba. Menghela nafasnya, lelaki yang tengah membawa bingkisan berwarna coklat itu menaruh bingkisan tersebut di depan pintu Mark lalu berlari dengan cepat menjauhi rumah sang pemuda.

Mark segera membuka pintu rumahnya dengan keras lalu berlari mengejar lelaki itu.

"Gun! Berhenti dulu!" teriaknya keras.

Gun, lelaki tadi yang mengetahui Mark mengejarnya lekas mempercepat larinya, wajah putihnya mulai memerah entah kenapa, yang pasti ia malu sekali di pergoki Mark tengah menaruh bingkisan itu di depan rumahnya dengan tidak sopannya.

"Aku bilang berhenti!" Mark pun mempercepat larinya, dan berhasil meraih tangan kanan Gun. Namun karena permukaan jalan yang tidak rata, membuat kaki Mark tersandung dan mereka berdua pun jatuh berguling-guling sebagai efek cepatnya lari mereka.

Mereka mengaduh bersamaan, para ibu-ibu kebun dan penduduk sekitar yang lewat terkikik geli melihat tingkah konyol mereka berdua.

Gun yang menyadari posisinya tidak elit segera bangun lalu berjalan meninggalkan Mark seraya membersihkan jas coklat panjangnya dengan sedikit terpincang-pincang. Mark masih mengelus kepalanya yang mungkin benjol lalu berjalan mengimbangi Gun.

Drables Thai CoupleWhere stories live. Discover now