Snake 17+ (MarkGun)

547 43 11
                                    

Snake ©️ hathr


.

.


.

"Mark..." Panggil Gun dari arah kursi meja makan. Tangannya menggenggam mug berisikan kopi hitam pahit hangat yang menjadi favoritnya selama bertahun-tahun.

Mark yang duduk di atas sofa terlihat sedang sibuk dengan laptopnya hanya menanggapi dengan bergumam. Tidak sedikitpun ia bergeming dari tempatnya.

"Kau keberatan jika aku memelihara seekor ular?" Tanya Gun, iris hitamnya melirik ke arah pria yang berjarak hanya beberapa langkah dari tempatnya.

Jemari Mark yang sebelumnya bergerak bebas di atas keyboard laptop, terhenti seketika. Ia menelan ludah lalu menatap Gun dengan ekspresi jijik. "Ular?" Tegasnya lagi.

"Kau keberatan?" Gun balik bertanya. Sebenarnya ia tahu betul jika kekasihnya yang berusia lebih muda 2 tahun darinya itu, sangat membenci ular, tapi bagaimanapun juga rasa suka dan ketertarikannya terhadap hewan melata yang mempunyai sisik di seluruh tubuhnya itu tidak bisa ditahan lagi, sudah 4 tahun, ia menginginkan seekor ular sebagai hewan peliharaan, dan ia tidak bisa menunggu lebih lama.

Mereka saling menatap tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Mark mengeryit bingung. lalu menggaruk belakang kepalanya. "Bagaimana dengan anjing? Atau kucing? Mereka sangat manis bukan?" Ia mencoba membujuk, namun pria bersurai hitam itu hanya diam dan menatapnya tanpa ekspresi. "Ayolah Gun, aku tidak bisa tidur dengan tenang jika hewan bersisik melata itu berkeliaran di sekitarku." Jelasnya tidak nyaman sambil bergidik ngeri.

"Kau tahu untuk apa fungsi kandang hewan 'kan Mark?" Sahut Gun sarkastik.

Mark memalingkan wajahnya, terlihat tidak setuju. "Tapi"

"Aku mengerti." Potong Gun dingin bangkit dari atas kursi. Beradu mulut dengan Mark tidak akan menghasilkan apapun dan hanya membuang-buang energi saja menurutnya. "Kau membenci ular dan aku menyukainya, aku sangat paham hal itu." Ia melangkah ke arah pintu, lalu membantingnya cukup keras tanpa mempedulikan Mark yang mencoba menggapai tangannya dan memanggilnya beberapa kali.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, hanya penolakan yang ia dapat, Gun tahu jika permintaannya yang satu itu memang terbilang sangat egois, tetapi sampai kapan ia harus bermimpi hanya untuk mendapatkan seekor ular?

Sangat payah.

.

"Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu, dan beberapa tomat segar di dalam lemari tentang semalam, tapi kumohon mengertilah. Aku mencintaimu Gun, tapi aku benci ular :("

Dering pesan singkat dari ponselnya membuat Gun terpaksa membuka mata, ia menguap beberapa kali sebelum meninggalkan kasur lalu membuka tirai jendela untuk membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya. Sekilas ia melirik ke arah pintu, masih mengingat dengan jelas bagaimana Mark memanggil namanya dan mengetuk pintu kamar mereka semalaman.

Memohon untuk dibukakan pintu, namun ia mengabaikannya.

Jika saja Mark menyutujui permintaannya untuk memelihara seekor ular tadi malam, tentu saja ia tidak akan tidur di ruang tamu.

"Itu semua karena salahmu sendiri, Mark." Ucap Gun datar, melangkah ke arah dapur.

Mark selalu sibuk dengan pekerjaannya, dan terkadang tidak bisa pulang ke rumah tepat waktu. Gun paham akan hal itu, posisi Mark dan jabatannya memang penting, tapi itu bukan berarti ia tidak merasa kesepian.

.

"Tidak ada dokumen lain?" Gun menatap meja kerjanya seraya bersandar pada punggung kursi. Tumpukan kertas dan map yang baru saja ia tanda tangani tersusun rapih di sisi kanannya.

Drables Thai CoupleWhere stories live. Discover now