New Apartement (MarkGun)

454 39 4
                                    

New Apartment ©️ SasShin

Suara dering handphone menggema di sebuah kamar bercat biru. Tampak sesuatu bergerak-gerak pelan dibalik selimut berwarna putih dengan motif kipas. Suara deringan HP masih terus terdengar membuat sesuatu itu bergerak gelisah dan akhirnya menampakkan dirinya dari balik selimut tebal tersebut.

"Ekh...siapa orang gila yang menelponku pagi buta begini?" tanya sesuatu- seseorang itu sambil meraih ponselnya yang tergeletak begitu saja didekat kakinya. Mata hitamnya melirik layar HP dan mengeluh panjang saat melihat siapa yang telah mengganggu tidur nyenyaknya.

"Gun...aku ada dibawah!"

Belum juga benda elektronik itu sampai di telinganya,sebuah suara sopran itu menginterupsinya.

"Hah...?"

"Cepatlah turun, aku kedinginan!" sahut suara itu lagi dengan nada manja. Gun memutar bola matanya menanggapi rengekan sang kekasih. Namun pemuda 17 tahun itu tetap saja menuruti perintah pemuda kekanak-kanakan itu. Begitu ia sampai di Balkon kamarnya, ia bisa melihat pemuda itu tengah tersenyum lebar ke arahnya. Pemuda penuh keceriaan itu melambai sambil mengencangkan jaket putih bergaris hijaunya.

"Kapan kau akan menjadi sedikit pintar, Mark? Ini jam tiga pagi, tak seharusnya kau bertamu!" bentak Gun kesal agak menahan suaranya, walaupun merasa jengkel kepada kekasihnya itu tapi ia masih cukup waras untuk tidak membangunkan seisi rumah.

"Turunlah!" dengan entengnya pemuda bermata safir itu melabai, menyuruh Gun untuk mendekatinya.

"Apa?" Gun mendengus sebal, memang harus sabar menghadapi bocah lima tahun yang terjebak dalam tubuh tujuh belas tahun itu.

"Cepatlah, Gun!" bujuk Mark tidak peduli dengan raut kekesalan yang jelas-jelas diperlihatkan oleh Gun.

Sambil menahan helaan nafas, pemuda tampan berkulit putih itu segera melompati balkon kamarnya.

"Gun,"

Gun menghentikan gerakannya yang tengah bersiap menuruni tangga besi di samping tangga Balkonnya. Penuh tanda tanya ia menatap heran pada sang kekasih yang terlihat merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

"Lompat saja Gun. Aku akan menangkapmu!" kata mark yang kembali menambah urat kekesalan di kening Gun.

"Tidak mungkin, Mark!" sahut Gun sarkatis.

"Ayolah, Gun! Aku akan menangkapmu, kok. Jangan khawatir!" sergahnya cepat.

'senyum lebarmu itu yang membuatku khawatir.' Umpat Gun dalam hati. Ya, hanya dalam hati. Toh ia menurut juga. "Awas kalau aku smapai patah tulang, Mark!" ancam Gun tajam yang dibalas anggukan penuh semangat oleh pemuda satunya.

Gun tidak pernah mengerti pada dirinya sendiri, kenapa ia selalu mau melakukan hal-hal yang selalu ia anggap gila jika bersama dengan Mark. Ia tidak bisa menolak apapun keinginan pemuda itu. Awalnya ia memang akan menolak dengan keras, tapi entah kenapa ia akan kalah dan akhirnya malah dia yang akan sangat memang selalu membawa hal-hal aneh kepada dirinya semua pertanyaan itu langsung kandas begitu tubuh yang hanya sedikit lebih besar darinya itu kini berada di bawahnya, melindunginya dari kerasnya tanah yang dingin. Terasa empuk dan hangat. Belum lagi kedua tangan yang melingkari tubuhnya, membuat tuan muda itu serasa tidur nyaman diatas kasur dan bergelung hangat di balik bedcover. Mata mark yang hanya berisi bayangan dirinya membuat Gun tidak dapat mengalihkan pandangannya kemana pun.

"Aku menangkapmu, Gun!" bisik Mark lembut. Bibir merah milik Mark pun meraup bibir mungil Gun ke dalam ciuman hangatnya. Hanya sebentar karena Gun segera beranjak dari atas tubuh Mark.

"Ada tujuan apa kau datang ke sini, Mark? Kau pikir ini jam berapa?" tanya Gun sambil duduk di tanah berumput itu.

Alih-alih menjawab pertanyaan sang pujaan hati, Mark malah ikut beranjak dan memeluk Gun hangat. Lama mereka dalam posisi tersebut.

Drables Thai CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang