Terlalu Jauh (MarkGun)

554 32 4
                                    

Terlalu Jauh © Julyciouss

.

.

.

.

Ada saatnya dimana seseorang merasakan jenuh terhadap pasangannya, apalagi mereka sudah menjalin hubungan selama bertahun-tahun lamanya. Hal itu dirasakan bukan hanya sekali dua kali, tetapi berkali-kali bahkan hampir setiap saat mereka bersama.

Misalnya Gun Napat yang sudah dua tahun resmi menjadi belahan jiwa seorang Mark Siwat. Mereka merupakan pasangan yang sangat cocok sekali, menurut kebanyakan orang. Khalayak ramai tersebut berpendapat demikian karena mereka tak pernah melihat Mark dan Gun bertengkar barang sebentar, meski hanya karena hal sepele.

Padahal sebenarnya mereka terbilang sering bertengkar— lebih tepatnya perang dingin. Dan pandainya mereka tak pernah membeberkan masalah mereka pada publik, curhat misalnya. Mereka menutup perasaan kesal masing-masing dengan rapat, dan memasang wajah tertampan yang mereka bisa ketika sedang berkumpul bersama teman-teman seolah tidak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua.

Hanya di tempat ini mereka berdua bisa saling terbuka. Mark dan Gun bisa mengungkapkan perasaan mereka masing-masing.

Kamar Mark.

.

.

.

.

.

.

Saat ini, pasangan itu tengah berada di ruangan yang didominasi oleh barang pribadi Mark. Gun selaku tamu hanya duduk manis di atas kasur empuk kekasihnya, sedangkan pemilik kamar masih anteng bercengkerama dengan komputer.

Dalam hati Gun menggerutu hebat. Ia merasa sebal karena tak tahu maksud Mark menyuruhnya bertamu pagi-pagi, dan sudah lima menit ia berada di rumahnya yang sepi itu tetapi Mark masih tidak memberitahu alasannya.

"Mark" panggil Gun berusaha memecah keheningan.

"Hmm?" hanya itu respon yang Mark berikan, masih anteng mengotak-atik komputer.

"Sebenarnya, apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya. "Mengapa kau menyuruhku datang kemari pagi-pagi?"

"Hmm... apa ya?" Mark malah bertanya pada diri sendiri. "Sebenarnya aku juga bingung mau bicara apa"

Sontak Gun membelalakkan matanya. Jika ia tidak ingat kalau Mark Siwat adalah kekasihnya, Gun pasti sudah melemparkan kamus saku yang kebetulan berada di dekatnya. Sungguh candaan yang tidak lucu!

Tapi tak lama kemudian, netranya kembali rileks ketika melihat kekasihnya beranjak dari kursi putar khusus untuk bermain komputer. Mark mendaratkan bokongnya pelan, tepat di sebelah Gun. Jantung Gun mendadak bekerja cepat. Rasanya seperti habis lari sprint, padahal ia hanya duduk manis selama lima menit.

"Gun" panggil Mark.

Gun menoleh ke arah samping, tempat dimana kekasihnya berada. Melihat wajah Mark yang tegas dan suaranya yang terdengar serius itu, pasti ia akan membicarakan sebuah topik penting.

"Ya, Mark?"

"Akhir-akhir ini kau terlihat begitu murung" ucapnya. "Ada apa?"

Tiba-tiba tangan Mark menyentuh surai hitam Gun, membuat Gun merasakan sedikit sensasi aneh. Ia sering diperlakukan seperti ini, tetapi karena Gun merasakan jaraknya dengan Mark begitu jauh akhir-akhir ini, jujur saja ia senang. Rasanya begitu hangat, apalagi Mark memasang ekspresi wajah khawatir saat mengelus-elus puncak kepalanya seperti itu. Menggemaskan.

Drables Thai CoupleWhere stories live. Discover now