Midnight Thoughts (BounPrem)

564 41 5
                                    

Midnight Thoughts ©️ monotnlfe



"Hia" Prem memanggil pada suatu malam. Namun Bounyang dipanggil, hanya diam tidak menjawab.

"Hia, kau sudah tidur?" Dia mencoba kembali setelah percobaannya pertamanya gagal. Namun nihil, Boun tetap bergeming.

"Ayolah Hia, aku tau kau belum tidur," Prem tetap berkeras. Kali ini disertai dengan tangannya yang menyikut pinggang Boun yang berbaring disampingnya.

Akhirnya Boun menyerah.

"..Apa?" Katanya, dengan suara yang terdengar malas, tentu saja karena mengantuk.

"Yeay, aku benar. Padahal hanya menebak saja," Seru Prem.

Boun menghela nafas, "Astaga Prem, ini sudah jam 3. Tidurlah."

"Tapi aku sedang penasaran akan sesuatu. aku tidak bisa tidur karena memikirkannya," Suara Prem terdengar merengek. Mau tak mau, Boun harus meladeninya agar tidak menimbulkan masalah lain. Prem yang merajuk, misalnya. Ia tidak mau repot-repot untuk membujuk di tengah malam seperti ini.

Boun memutar badannya sehingga ia menghadap Prem.

"Apa itu?"

Prem berdeham pelan, dia membuka mulutnya, lalu menutupnya, lalu membukanya lagi. Seperti ikan. Tampaknya ia tiba-tiba ragu untuk melanjutkan perkataannya.

"Cepatlah, sayang. Aku ngantuk berat," Boun memberikan penekanan pada kata sayang. Sengaja.

"I-iya! Sabar dong..aku bingung mau bilangnya gimana," Wajahnya panas. Dasar Hia, pandai sekali membuatnya malu.

"Baiklah, tapi cepat. Kalau lama, aku tidur," Mulai mengancam rupanya.

"Iya iya!" Prem menarik nafas, panjang, "Jadi begini, bagaimana kalau ternyata aku di dunia ini hanya sendirian?"

Boun terdiam sejenak, bingung. Maklum, dia kan ngantuk, kerja otaknya juga jadi melambat.

"Maksudnya?" Akhirnya surai kelam berujar.

Prem jadi gelapagan. Dia ikut bingung. Apa penjelasaannya se-tidak jelas itu ya?

"Er..maksudku, bagaimana kalau ternyata semua orang yang ada di sekitarku hanya khayalanku saja? Semuanya, termasuk kau.."

Boun diam lagi. Lalu melirik ke arah Prem. Sinar temaran dari ponsel yang sedang digenggam Prem sedikit mengenai wajahnya. Oh. Boun menarik kesimpulan.

"Kau pasti habis baca artikel konspirasi kan?"

"E-eh..tidak kok!" Prem langsung mengelak, gugup.

"Jangan bohong, tuh artikelnya masih terpampang di ponselmu,"

Prem tersadar, lalu menutup layar ponselnya dengan cepat. Boun hanya bisa menghela nafas, lagi dan lagi.

"Prem, coba sekarang kau peluk aku," Ujarnya kemudian.

"Hah? Untuk apa?"

"Lakukan saja,"

Surai merah muda menyerah, ia meletakkan ponselnya lalu meringsut mendekat. Dipeluknya Boun dengan sebelah tangannya.

"Sudah,"

Boun bergumam pelan,"Apa yang kau rasakan sekarang? Sebutkan semuanya,"

"Rasanya hangat, lalu aku dapat mendengar detak jantungmu, nyaman sekali.." Ujarnya, menggelamkan wajahnya pada dada bidang Boun.

"Nah, aku rasa otakmu tidak akan sanggup untuk mengkhayalkan hal sekompleks ini." Boun berucap.

"KAU BILANG APA? ENAK SAJA!" Prem kesal,mengangkat wajahnya dan refleks menggerakkan tangannya untuk melayangkan pukulan. Ternyata mendarat tepat pada bokong sang surai kelam.

"HEI! ASETKU!"

Prem tersenyum miring, "Bukannya asetmu itu yang di depan ya? Kalau yang di belakang kan asetku,"

"Oh iya juga, asetku itu yang di depan dan ini.." Tangan Boun bergerak menuju bokong surai merah muda.

"Woi Hia cabul!"

Tawa mereka berdua pecah, memenuhi seluruh ruangan. Suasana jadi terasa lebih hangat.

"Hei Prem,"

"Apa?"

Sang lawan bicara hanya menggeleng pelan, "Tidak ada. Hanya..sekarang kau sudah merasa lebih tenang kan?"

Prem terdiam sejenak. Sebenarnya pertanyaannya belum terjawab sih. Jadi dirinya belum bisa tenang.

"Belum terlalu," Jawabnya jujur.

Boun lalu memindahkan tangannya ke pinggang Prem. Ia mempererat pelukan mereka. Matanya menatap lekat pemuda penyuka creampuff ini.

"Bagaimana ya..aku pun sebenarnya tidak tahu harus menjawab apa tentang pertanyaanmu itu. Intinya kau tidak perlu berpikir yang aneh-aneh. Apa yang kau baca di ponselmu itu tidak perlu kau pikirkan seserius itu, aku yakin artikel itu hanya untuk menghiburdan menakut-nakuti saja. Maaf kalau saranku sangat payah,"

Prem dengan cepat menggeleng, "Tidak tidak, itu tidak payah. Aku paham kok maksudmu. Sebenarnya aku memang sangat ketakutan tadi. Tapi setelah kupikir-pikir, ketakutan itu tidak beralasan sama sekali ya.." Ia meringis.

"Syukurlah.." Boun tersenyum, "Tetapi, kalaupun ternyata aku memang hanya khayalanmu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian. Aku akan selalu bersamamu, sampai kapan pun."

Mata Prem terlihat sedikit berbinar, Boun dapat melihatnya meski ruangan ini remang-remang.

"Kau berjanji?"Prem mengulurkan jari kelingkingnya, hendak membuat pinky promise.

"Iya, aku janji," Boun menautkan jari kelingkingnya dengan Prem, "Sekarang, kau tidurlah. Ini benar-benar sudah larut, dan kau bisa tetap memelukku kalau itu dapat membuatmu tenang."

Boun mengecup kening Prem sekilas, lalu mengusak rambut sang terkasih pelan.

"Selamat tidur, Hiaa."

Prem tersenyum kecil lalu memejamkan matanya,

"Selamat tidur, Prem."

END













Ini BounPremnya enggak ngeri lagi wkwk

Drables Thai CoupleWhere stories live. Discover now