Hal yang luput

14 3 1
                                    


“Kau yakin memberitahu kebohongan pada mereka adalah hal yang baik?”

Disha mengintip ke dalam bungkusan roti, rencananya ia akan memeriksa keadaan pemuda yang tadi pagi
ditemuinya sekaligus meminta maaf karena memberinya roti yang tidak layak.

“Ya.” Suara di telepon terdengar sangat santai. “Maksudku, mereka jelas bukan orang yang
sama. Namun hasil tes mengatakan bahwa Nisya dan Shei punya hubungan darah.”

Disha menutup bungkusan roti. Telinganya fokus mendengarkan perkataan lawan bicaranya. “Apa maksudmu, Alden?”

Alden tertawa. “Satu kemungkinannya adalah Shei ibu Nisya, tapi hasil tes DNA Nisya dan Sid menyatakan mereka tidak punya hubungan darah.”

“Tunggu kenapa dengan Sid? Apakah… Sid…”

Alden tidak menyambungkan kalimat Disha, karena anak itu pasti sudah paham sekarang.

“Bajingan.” Umpat Disha.

“Itu salah satu kemungkinan saja, aku yakin Sid tidak melakukannya. Tapi ia yakin sekali ia melakukannya.”

Pemilihan kata yang buruk membuat tangan Disha merindukan pukulan di pelipis Alden.

Alden melanjutkan. “Aku tidak yakin Sid mau melanjutkan pencarian Shei.”

Secercah pencerahan menyinari pikiran Disha. “Ah, iya. Aku penasaran, kenapa…”

Pembicaraan itu terhenti dengan sebuah pekikan wanita.

“Apa yang terjadi?” Alden bertanya, ia bisa mendengar jelas suara teriakan dari ponselnya.

Disha menoleh ke kanan kirinya, tanpa menunggu lagi ia langsung mematikan telepon dan
berlari ke asal suara itu.

Nisya!

Disha merutuki dirinya karena tidak memikirkan kemungkinan lain…

Bahwa Nisya, meskipun ia lepas dari ancaman hidup sebagai Shei…

Ia masih terancam…

Karena memiliki barang bukti…

Terlambat! Nisya telah dibawa pergi.

Draft Ver: Potrait (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang