Setelah Masalah

35 5 0
                                    


Angin menderu pelan, sudah sekitar sepuluh menit… entahlah, tapi kedua anak itu masih mematung di tempat. Nisya jatuh terduduk sambil menatap tetesan darah yang ditinggalkan si bos. Hamdi menghampiri Nisya yang tampak kosong dan ketakutan.

“Nisya? Kau tidak apa-apa? Nisya?” Hamdi melambaikan tangannya. Nisya menoleh perlahan.

“Tidak apa-apa, mereka tidak akan mengganggumu lagi, pria berpistol itu pasti bisa menangani penjahat itu.” Hibur Hamdi. Tiba-tiba Disha muncul, berlari entah mengejar sesuatu.

“Hoi! Orang gila! Kemari kau!” Disha berhenti. Terengah engah. Lalu melihat Hamdi dan Nisya.

“Apa yang kalian lakukan!” Serunya terkejut.

“Kau sendiri sedang apa? Mengejar orang gila?” Tanya Hamdi, menjatuhkan dirinya ke atas
rumput.

“Ya! Yang kemarin itu! Tadi kulihat dia berlari kemari, apa kalian melihatnya?”

“Apa? Orang itu adalah orang yang kau katakan tadi?”

“Tentu saja! Aduh, dia lolos lagi.”

“Apa yang kalian lakukan?” Disha bertanya, menghampiri Nisya yang pucat pasi.

“Awas! Di depanmu itu!” Seru Hamdi. Disha menunduk ke bawah, ada tetesan darah yang mulai mengering tepat di depan sepatunya.

“Ah! Apa ini!” Pekik Disha, terlompat ke belakang karena terkejut.

“Itu darah manusia, dan jangan mencemari sekitar ini.” Kelakar Hamdi dengan wajah serius. Disha merengut kesal, menganggap lelucon Hamdi keterlaluan.

“Jorok!”

“Dia benar, disha. Kau lihat di sebelah situ.” Nisya menunjuk sebuah peluru yang menancap di rumput.

“Apa yang terjadi disini? Dan kalian sedang apa?” Tanya Disha lagi.

“Untung saja dia cepat bertindak, kalau tidak kita sudah jadi daging cincang.” Hamdi tiba tiba meralat. “eh, tidak.”

“hoi, pertanyaaanku belum dijawab.” Disha menunggu tak sabaran.

“Kami hampir mati tadi.” Nisya berlinang air mata, lalu mengadahkan wajahnya. “lalu dia datang seperti sebuah keajaiban…”

“Yaa… Tadi orang yang kau sebut gila itu menyelamatkan kami, Nisya diserang sekelompok orang berbahaya dan dia datang menyelamatkan kami!” Hamdi menceritakan kejadian yang terjadi.

“Ternyata dia bukan orang biasa!” Seru Disha takjub. Nisya meraih buku catatannya dan menulis sambil berpikir dalam hati.

Aku pernah mendengar suara itu… Ah, ya! Pasti salah satu dari mereka yang mencekikku malam lalu. Dan pria berpistol itu? Nah, Sekarang aku mengerti. Orang misterius yang biasanya datang itu adalah pria berpistol tadi. Pantas saja berbeda, pria yang mencekikku malam itu rasanya agak kekar daripada yang biasanya datang. Tapi kenapa mereka menyerangku? Foto! Pasti mereka menginginkan foto itu!

“Foto…” Gumam Nisya. Hamdi mendengarkannya.

“Apa?”

“Mereka ingin fotonya.” Tulis Nisya. Tapi kenapa? Disha mengumpulkan barang Nisya yang berserakan. Lalu meletakkan di dekat pohon. Ia menatap mereka berdua, lalu berdiri beranjak pergi. Disha kembali membawa minuman dingin.

“Ayo menyegarkan pikiran… Wah, ini enak sekali!”

Hamid meneguk minumannya tanpa berhenti, ia terbatuk sesaat lalu meremas kemasan itu.

“Disha, sebaiknya kau tutup mulutmu rapat-rapat. Atau kau akan menjadi korban berikutnya.”

“Kau pikir aku anak kecil?” Ujar Disha kesal.

Draft Ver: Potrait (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang