Orang yang Lain

15 3 0
                                    


Nisya berjalan terpatah patah menyandang tasnya,

Dari balik jendela, Oya melambaikan lap dengan semangat seolah olah ingin bilang: Hati-hati di jalan Nisya! Aku akan menunggumu dengan sejelimet pertanyaan tentunya!



Dasar Oya.



Pria itu bahkan Nisya sendiri tidak mengenalnya.

“Anda siapa?”

Pria itu tersenyum.

“Bukankah kau terlibat dalam bisnis Raomole?”

Raomole? Siapa lagi orang itu?

“Tidak kenal, ya? Bagaimana dengan nama ini.” Pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Nisya.

“Sid…Di…” Suaranya pelan, namun menggema hingga ke dalam kepalanya.

Apa?

“Sudah dipastikan. Kau, pasti Nisya.”

“Anda siapa?” Nisya mundur perlahan.

“Kau tidak perlu takut, kau bisa percaya padaku.”

“Bagaimana jika tidak?”

“Aku bisa beritahu kau apa yang kau inginkan.”

Nisya tertegun.

“Hentikan permainannya, Alden.”

Nisya menoleh.

Dia, datang lagi…

“Anak kecil ini bukan permainanmu.”

“Oh, ya?” Pria itu balas dengan menatap tajam.

“Lalu kenapa kau mempermainkannya?”

Nisya menoleh pada Siddi, betulkah begitu?

“Nisya, pergi.” Siddi menatap pria di hadapannya dengan tajam.

“Apa hakmu memerintahku?” Nisya menukas kalimatnya.

“Dia benar.” Sahut Alden. “Apa hakmu memerintahnya? Kalau kau ingin bicarakan sesuatu, kurasa ia juga berhak mendengarnya.”

Siddi menatapnya dengan tajam.

"Ini duel antara pria, Nisya. Siapapun yang ada di dekat sini akan bertaruh nyawanya juga."

Nisya pergi dengan terpatah-patah.

Tidak ada pembicaraan, kedua pria itu bersitatap dengan penuh murka.

Hingga salah satu dari mereka, Alden memulai.

“Hai, Raole. Lega rasanya menemukanmu sebelum kau membuat lebih banyak masalah.”

“kenapa kau marah?”

“Kenapa masih mau mengejar mereka, aku jadi sibuk mengurus bisnismu.” Keluh Alden

“terlambat untuk menyerah sekarang, sebaiknya bantu aku sedikit.”

“Kau membuatku gila!”

“kulepaskan kau dari bisnis ini, sepakat?”

“Apa? Lalu bagaimana nasib…”

“akan kuserahkan padanya.”

“ini bukan kau yang kukenal, kau bahkan menganggapnya menyulitkanmu. Kau serius ingin
memberikan semuanya padanya?"

“Kenapa tidak? Satu-satunya orang yang bisa dipercaya… Hei, ketika hari itu tiba… Maukah kau menjaganya untukku?”

“gadis kecil tadi?”

Siddi hanya tersenyum.

“Aku lupa kalau kau ini mantan pencari masalah, dan karena kau sudah berada disini… Aku
tidak bisa mengusirmu ‘kan?” Ucap Siddi, mulai melunak.

“Semoga kau tahu kenapa aku ada disini.” Sahut Alden

Percakapan berakhir seperti itu.

Klik!

Perekam suara dimatikan, lalu disimpannya ke dalam saku. Lalu melompati dinding sekolah.

Ia berjalan menyusuri jalan setapak sempit bernaungkan bayangan pohon rindang

Setelah beberapa jauh, Ia duduk bersandar sambil memeriksa sejumlah catatan.

“Disha?”

Ia tidak menyadari bahwa ia dengan mudah ditemukan.

“Nisya?”

Draft Ver: Potrait (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang