Hilang

17 3 0
                                    


Pagi datang kembali
Tapi tidak ada gunanya lagi
Kau terlanjur pergi
Hal termiris
Bukan soal kepergian
Waktu
Tidak bisa diputar kembali

Drrt!

.
.
.
.
.
.

“Sha…”
“Pergi.”
“Dengarkan aku.”
“Tidak ada yang harus kudengar lagi.”
.
.
.
.
.
.

Drrt!


Mimpi lagi....




Tapi itu mimpi yang manis....


Drrt!

Jam 5 kurang lima belas menit. Alarm ponselnya belum seharusnya berbunyi.


Telepon?

“Halo?”

“Kamarnya kosong.”


“Apa?”


“Ia memang pergi.”


Hamdi menggigit bibirnya dengan penuh rasa frustasi.



“Ia tidak ada dimana-mana, paman. Aku sudah menelepon beberapa teman dekat…”


.
.
.
.
.
.

“Apa Disha punya banyak teman yang aneh?”

.
.
.
.
.
.
.









Benar, ia belum menelepon semuanya…





Tapi masalahnya…


Siapa saja?




“Hamdi, kau masih disitu?”


“Ya, paman. Mungkin ia akan pergi ke sekolah. Jika ada hal baru akan segera ku kabari.”

“Terima kasih, Hamdi.”

“Paman.”

“Ya?”

“Sebaiknya kita menghubungi polisi ‘kan”

Suara di seberang terdiam, larut dalam hening sejenak.


“Dan jika kita berhasil mendapatkan Sha kembali hidup-hidup, selanjutnya ia mati di tangan keluarga kami sendiri.”



Hamdi terperangah.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi itu bukan urusanmu. Sha juga tidak suka jika kau mengurusi masalahnya.”

“benar…”

“Kalau begitu aku akhiri.”

Telepon diputus.


Tidak ada di rumah Pipit, apalagi di rumah Yumda. Juga ia tidak ada di rumah Nisya.


Draft Ver: Potrait (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang