Jeram 18

6.8K 952 77
                                    

Tap your star! 🌟
⚠⚠⚠

__________________
In another life, i would be your son
We'd keep all our promises, be us againts the world.
In another life, i would make you stay.

-Katy Perry











Rayyan benci saat acara tidur siangnya berakhir dengan cepat karena sang Nenek. Wanita itu membangunkannya sejam setelah ia terlelap, memintanya untuk makan siang dan minum obat. Tapi Rayyan tadi benar-benar sudah terlelap dengan nyaman.

Belum lagi setelah itu ia diseret kerumahnya tanpa memberi alasan pasti. Rayyan sih tidak peduli, hanya saja ini agak sedikit tiba-tiba dan membuatnya bingung. Lalu apa Shaka juga akan ke sini?

Ia melirik Nenek yang baru tiba diruang TV sambil meletakkan stoples kukis diatas meja kemudian duduk disamping cucu kesayangannya. Sedangkan Andin—wanita tua itu membalas lirikkan Rayyan dengan senyum tipis sambil mengelus kepala cucunya.

"Shaka ke sini gak?" tanyannya. Rayyan bisa melihat kerutan diwajah sang Nenek semakin intens. Wanita itu gugup, Rayyan cukup cerdas membaca ekspresi.

"Nanti Nenek suruh ke sini," jawabnya sambil tersenyum. Namun Rayyan tidak semudah itu percaya.

Rayyan melirik jam didinding, ini nyaris magrib. "Sekarang aja."

"Rayyan," panggil Andin lembut yang justru membuat kerutan didahi Rayyan semakin dalam.

"Kenapa sih? Bilang aja. Aku gak akan mati Cuma karena--."

"Kamu main-main sama kematian ya?! Jangan ngomong kayak gitu! Nenek telfon Shaka sekarang juga!" ujarnya sedikit getir sembari meraih ponsel dan mencoba mencari kontak yang akan ia hubungi.

Hingga panggilan ketiga, Shaka belum mengangkatnya sama sekali. Rayyan seketika gelisah ditempatnya, bahkan sejak Shaka tidak mengangkat panggilan keduannya hati Rayyan sudah tidak nyaman.

Rayyan bertekat bila tidak ada kabar apapun dari Shaka, ia akan berlari pulang sekarang juga.

Hingga panggilan keempat Shaka belum juga mengangkat, Rayyan sudah bangkit dari duduknya meski dengan cepat Andin mengambil pergelangan tangannya agar tidak segera pergi. Rayyan menggeleng, baginya akan lebih parah bila ia tidak segera menemui Shaka sekarang juga. Ia khawatir setengah mati. Hingga denting pesan dari ponsel Nenek mengalihkan atensi keduanya.

Arshaka

Maaf, Nek.

Lagi sama Mama. Kenapa?

Andin dapat melihat bagaimana Rayyan mengehembuskan nafas lega bahkan kakinya sampai lunglai berpegangan dengan lutut Nenek. Bahkan belum lama kakinya menyentuh lantai, Rayyan sudah lebih dulu merebut ponsel itu dari tangan Andin dan menelfon Shaka tanpa berlama-lama lagi. untungnya langsung diangkat oleh orang diseberang sana.

'Halo—.'

"BEGOOO! LO BEGO BANGET! Lama banget anjir ngangkat telfonnya!"

'Maaf...maaf. Lagi ada urusan, kamu mau apa? Jangan repotin Nenek.'

"Lo ke sini atau gue tonjok?"

"Rayyan," tegur sang Nenek, sayangnya Rayyan sudah menulikan telinga hanya untuk mendengar suara berat Shaka diseberang sana.

'Gak bisa, Mama sendirian di sini. Abang lagi nemenin Mama ngomong sama Papa.'

"Yaudah gue pulang aja!"

Shaka's Ending ✔Where stories live. Discover now