Waterfall 26

8K 989 94
                                    

Tap your star!

When my world is falling apart
When there's no light to break up the dark
That's when i look at you

-Miley Cyrus

Berbeda dari waktu itu. Kali ini Mahen datang lebih awal, berbekal jaket tebal mengingat terakhir kali ia datang ke sini malam-malam ia selalu memasukan jemarinya ke dalam saku jaket. Kali ini Mahen pergi tanpa pamit kepada Miranda, sengaja, ini bentuk pemberontakannya. Ia hanya ingin membuktikan apa dirinya ini berharga untuk Miranda setelah percakapan panjangnya terekam oleh malam temaram waktu itu.

Mahen mengeratkan jaketnya, angin laut mulai bertiup cukup kencang. Shaka terlambat 15 menit dari waktu yang dijanjikan, sangat bukan Shaka. Cowok itu biasanya akan datang lebih dulu lalu berdiri sambil termenung di sini dengan mata yang kosong, aura yang ia keluarkan akan lebih kelam dari malam.

Mahen mendudukkan diri ditangga sambil mengacak kantong kresek berisi minuman dan makanan ringan yang ia beli di mini Market dalam perjalanannya kemari lalu membukanya dan menyeruput colanya sedikit. Menatap hamparan laut yang malam ini terlihat lebih gelap oleh malam juga desiran ombak yang terdengar lebih ribut efek sunyi yang ia ciptakan sendiri---entah kenapa membuat Mahen merasa lebih tenang.

"Papa kamu itu dulunya seorang abdi negara dan meninggal saat menjalankan tugas karena terpapar virus, dia dimakamkan ditempat dia meninggal dunia."

"Terus kenapa kita gak pernah ke sana? Kenapa Mama gak pernah ajak aku buat liat Papa? Kenapa Mama bilang Papanya Shaka Papa aku? Kenapa Mama bisa berubah sejauh ini, Ma?"

"Ceritanya panjang. Mama udah lupa."

"Apapun alurnya, Mama gak cinta sama Papa. Tapi kenapa aku ada? Berarti aku ini gak peting buat Mama, iyakan?!"

"Enggaklah! Kamu tuh jangan cepat berspekulasi gitu, Hen!"

"Kalau aku penting buat Mama. Mama gak akan bohongin aku! Mama gak akan buat aku malu! Mama tau gak hari-hariku setelah Mama bilang Om Harun itu Papaku? Mama tau gak rasanya ketemu Shaka setelah tau hal itu? kalau aku penting, pasti Mama udah ninggalin Om Harun dan milih hidup tenang sama aku."

"Mahen...Mama gak bisa.."

"Yaudah kalau Mama gak bisa ngelepas Om Harun, kalau gitu aku yang harus Mama lepasin! Aku udah muak hidup kayak gini sama Mama."

Bayangan-bayangan malam itu. Bagaimana isak Miranda menjadi pengiringnya menuju pintu keluar dengan tas ransel dipunggung adalah malam paling menyeramkan bagi Mahen. Malam dimana akhirnya ia memilih melepaskan ikatan terkuat yang melilitnya selama ini dan memilih menjauh dari sang Mama untuk pertama kalinya. Malam yang dibutuhkan keberanian yang sangat banyak untuk menghadapinya. Dan Mahen sebenarnya tidak didasari oleh keberanian, dia sebenarnya hanya kelelahan dan ingin pergi untuk sementara waktu.

"Ck," decak Mahen. Membuka tutup botolnya lagi kemudian menegak soda hitamnya hingga tandas lalu melempar botolnya jauh ke tengah laut.

Mahen menggaruk rambutnya dengan kasar. Merasa dipermainkan. Merasa tidak berguna. Merasa kepalanya terlalu penuh.

Bersama dengan bunyi sepatu yang bergerak cepat mendekat, suara teriakan kemudian menyusul pendengaran Mahen. Cowok berjaket hitam dengan model belakang yang dicetak tulisan 'NIRVANA' itu menoleh ke belakang, mendapati Shaka dengan celana olahraga hitam juga kaos oblong hitamnya. Peluh membanjiri pelipis Shaka, sudah Mahen duga anak itu habis berlari, terbukti oleh deru nafas Shaka yang terlihat berat dan cepat.

"AAAAAAAAAAAAAAAH! BALIKIN KEHIDUPAN SANTUY BANG MAHENN!!!"

Mahen terkejut, alisnya menyatu sembari langkahnya mendekat keujung sepatu Shaka yang ia injak tumitnya. Menggeleng kesekitar karena merasa malu.

Shaka's Ending ✔Where stories live. Discover now