Jeram 19

6.5K 855 14
                                    

Tap your star! 🌟

Somebody speak to me
'Cause I'm feeling like hell
Need you to answer me
I'm overwhelmed
I need a voice to echo
I need a light to take me home
I need a star to follow

-Demi Lovato









Siang ini begitu terik, sampai beberapa siswa melepaskan seragam mereka saat bermain basket dilapangan agar tidak terkena keringat. Keringat sebiji semangka bergilir terjun dari pelipisnya, seiring dengan bola yang ia giring menuju ring diujung lapangan. Benar-benar panas sampai wajah mereka memerah dibakar matahari, belum lagi semangat muda mereka juga ikut berapi-api saat merebut bola.

Mahen melambungkan bola oranye itu dari jarak satu meter tanpa banyak tenaga, bola itu terpantul dari ring dan kembali kelapangan, meski meleset ia sedikitpun tidak kecewa atau memang ia hanya tengah ingin melempar sesuatu.

Dibandingkan yang lain, Mahen hari ini bermain cukup kacau. Pergerakkannya berantakan, tidak seperti biasanya. Teman-teman yang lain mendorongnya ketepi lapangan, memintanya untuk istirahat sebentar sementara mereka menabung angka dipapan skor.

Mahen tepar dibangku penonton sembari menegak air mineral milik anak kelas 10 yang beberapa waktu lalu memberinya air mineral dengan Cuma-Cuma. Matanya tidak bisa sama sekali menghindari lantai dua, kelas Shaka. Biasanya anak itu yang ia tau duduk ditepi jendela menatap langit-langit atau lapangan dengan mata kosongnya atau terkadang Mahen hanya dapat melihat belakang kepalanya bila anak itu tidur siang. Tapi kali ini, bangku itu kosong.

Cowok yang sedang bermandikan keringat itu memejamkan matanya, seketika pening menyerang kepalanya. Lagi pula lucu juga skenario hidup yang tengah ia jalani. Setidaknya ia tidak sampai buta dunia seperti Shaka. Anak itu benar-benar lupa bila ia sedang hidup karena terlalu sibuk membuat orang lain hidup.

"Mahen!" panggil salah satu anak laki-laki ditengah lapangan.

"Pulang ini kita mau ke warnet, ikut gak?" tanyanya. Mahen berfikir sejenak, kemudian tatapannya beralih kekelas Shaka lalu membalas tatapan temannya.

"Gue ada urusan pulang ini. Gue skip!"

Anak laki-laki itu akhirnya mengangkat bahu lalu kembali kelapangan. Sedangkan Mahen segera mengeluarkan ponselnya dan membuka ruang obrolan dengan seseorang yang sudah lama tidak ia buka sejak terakhir kali.

Shaka

Lo kenapa gak sekolah?

Nanti ada waktu gak? Gue mau ketemu.

Ada bang. Dimana?

Jam 9 malam, di dermaga.

Oke!

Mahen menghela nafas pelan kemudian kembali menikmati permainan kawan sekelasnya sembari berfikir,

"Apa Shaka bertindak sesuai keinginannya?"

***



Didepan cermin dilemari dengan cahaya remang oleh matahari sore yang Shaka tutupi tirai. Shaka mengamati tubuhnya. Ini lebih parah dari yang ia duga. Punggungnya benar-benar kelihatan jelek, lehernya ada jejak kebiruan, pipinya juga memerah. Ia melirik jam weker diatas meja, harusnya sebentar lagi ia menjemput Rayyan dirumah nenek. Namun mengingat apa yang sudah terjadi dan perjanjian yang sudah ia buat dengan Harun, nampaknya Rayyan harus bertahan beberapa hari lagi dirumah nenek sampai Harun lebih tenang.

Shaka's Ending ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora