16. Putus Aja

2.7K 367 13
                                    

"Makasih ya mas, udah belanjain aku banyak."

Sowoon mengeratkan pelukannya ditangan Johnny. Mereka baru saja selesai berbelanja.

"Sama-sama. Tapi Sowoon, ada hal penting yang harus aku omongin ke kamu."

"Apaan mas? Kayaknya serius banget,"

"Emang serius, jadi mending kita nyari tempat yang enak buat ngomonginnya."

"Gimana kalo di restoran Jepang itu mas? Sekalian, aku juga kangen makan makanan Jepang."

"Yaudah, ayo."

Mereka pun memasuki sebuah restoran Jepang. Setelah duduk dan memesan makanan, Sowoon bertanya apa yang ingin Johnny bicarakan dengannya.

"Jadi mas mau ngomongin apa?"

"Gimana ya, aku jadi gak enak ngomongnya."

"Loh kenapa? Apa ini tentang pernikahan kita mas?"

"Iya gitu,"

"Haechan udah setuju mas?"

"Nah, itu dia yang mau aku omongin. Haechan, ternyata dia gak setuju sama hubungan kita."

Sowoon tersentak kaget. Ada sedikit rasa sakit hati ketika mendengarnya. Namun dia mempertahankan senyum teduhnya.

"Terus mas nya mau gimana sekarang?"

"A-aku, bukan aku tapi Haechan. Dia mau kita putus,"

"Kok gitu sih mas? Bukannya mas sayang ya sama aku?"

"Aku sayang sama kamu, serius sayang. Tapi kalo Haechan nolak kamu, aku gak bisa apa-apa."

"Mas Johnny kok tega sih sama aku? Aku udah bilang sama orang tua aku kalo mas mau nikahin aku. Nanti aku harus bilang apa sama mereka?!"

"Maafin aku, Sowoon. Aku juga ngerasa bersalah sama kamu. Tapi aku juga harus pikirin kebahagiaan anak aku. Kalo anak aku gak bahagia dengan hubungan kita, aku gak mau nerusin hubungan ini."

Sowoon memalingkan wajahnya. Air mata sudah terbendung dipelupuk matanya.

"Kenapa sih mas gak mau berjuang buat naklukin anak mas? Kenapa mas harus selalu nurutin apapun kemauannya?!"

Johnny hanya diam. Dia tidak membantah apa yang dikatakan Sowoon karena memang itu benar adanya. Dia terlalu lembek terhadap Haechan dan tidak mau berjuang untuk hubungannya.

"Mas Johnny, ayo kita berjuang. Aku yakin, Haechan pasti nerima aku kalo kita mau berjuang."

Sowoon menggenggam tangan Johnny. Berusaha meyakinkan laki-laki berdarah Chicago itu dengan tatapan tulusnya.

"Yaudah kalo gitu, ayo kita berjuang sama-sama."





___








"Maaf bu, gak akan lagi deh. Janji!"

Haechan sedang berada diruangan Seha. Dia tadinya hanya ingin membolos, tapi saat tiba diruangan Seha, dia malah mendapat ceramahan dari Seha.

"Ayah kamu khawatir banget sama kamu, jangan lakuin itu lagi ya?"

"Iya bu, aku janji kok gak bakalan kabur-kaburan lagi kalo ayah gak nakal."

Seha menghela nafas lelah, kenapa sih dia harus bertemu dengan Seulgi versi laki-laki yang lebih bandel, lebih tengil, dan lebih-lebih bobroknya.

"Chan, ibu mau tanya."

"Apa bu? Aku pasti jawab kok,"

"Kenapa kamu ngelarang ayah kamu nikah lagi? Padahal kan, belum tentu ibu tiri itu jahat kayak dipikiran kamu."

"Gimana ya bu, aku terlalu cinta sama mamah biarpun dia udah gak ada. Aku gak mau ayah pindah ke lain hati selain mamah. Kecuali, kalo ayah nikahnya sama ibu. Aku bakalan izinin,"

Seha terkejut, "Kenapa kalo sama ibu, kamu izinin?"

"Karena, entah kenapa aku nyaman sama ibu. Aku kayak ngeliat sosok mamah didiri ibu. Aku ngerasa, mamah sengaja ngirim ibu buat aku sama ayah."

Seha hanya tersenyum lembut. Lalu dia mengusap kepala Haechan lembut.

"Kamu boleh kok nganggap ibu sebagai ibu kamu kalo kamu nyaman sama ibu. Kamu juga boleh panggil bunda kayak Hendery ke ibu, atau pun manggil mamah kayak kamu manggil Seulgi."

"Beneran bu?!"

Seha mengangguk sambil tersenyum. Haechan pun langsung memeluknya senang.

"Makasih bu, eh makasih bunda hiks.."

Haechan terisak dipelukan Seha. Dia merasa, dia sangat rindu pelukan itu. Walaupun dirinya belum pernah dipeluk sang mamah, namun dipeluk oleh Seha membuatnya merasa dipeluk oleh Seulgi.

"Eh kok nangis sih?"

Haechan tidak menjawab. Dia masih terisak dipelukan Seha.

"Hey chan, anak cowok itu gak boleh nangis. Anak cowok itu harus kuat, oke?"

"Makasih bunda,"

Seha tersenyum. Dia mengelus lembut kepala Haechan yang berada dipelukannya. Jika dipikir-pikir, Haechan adalah anak yang kuat menurut Seha.

Ditinggalkan saat baru merasakan dunia, dibesarkan oleh sang ayah sendirian, dan melewati masa-masa kelam tanpa sang ibu itu sungguh luar biasa.

Walaupun hidup tanpa didikan ibu, Haechan masih bisa dibilang anak yang cukup sopan. Ya, kadang-kadang sih Haechan juga menjadi anak yang not have akhlak juga.

"Bu, makasih ya udah biarin aku ngerasa punya seorang ibu. Tapi ibu masih ibunya bang Dery, aku gak bisa seenaknya manggil ibu dengan sebutan bunda atau mamah. Tapi aku yakin, gak lama lagi aku bakalan bisa manggil ibu dengan sebutan bunda kayak bang Dery,"









TBC

vomment juseyo

thanks for 1k reads :)

single daddy ft. johnny haechan [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang